ROH KUDUS TURUN KE DUNIA

Hari Pentakosta, itulah hari kelahiran gereja. Di Perjanjian Lama, pada saat Taurat diberikan, ada 3.000 orang yang dihukum mati. Di Perjanjian Baru, pada saat Roh Kudus diberikan, ada 3.000 orang yang menerima pembaruan hidup. Tidaklah salah jika Paulus mengatakan bahwa Hukum Taurat adalah pelayanan yang mematikan, sedangkan Injil adalah pelayanan yang menghidupkan (Roma 7:7 – 8:17). Roh Kudus turun dan berdiam di dalam gereja. Gereja berarti orang-orangnya, bukan gedungnya! Jadi Roh Kudus tidak datang ke dalam suatu gedung lalu gedung itu menjadi gedung yang suci. Roh Kudus turun kepada setiap pribadi yang ditebus oleh Kristius dan beriman kepada Kristus. Roh Kudus turun pada hari Pentakosta sebagai penggenapan janji yang telah diberikan kepada manusia. Sebagaimana ketika waktu yang ditetapkan telah genap, Kristus lahir ke dalam dunia (Galatia 3:4), demikian pula ketika saatnya genap, Roh Kudus turun ke dalam dunia. Ini merupakan suatu peristiwa di dalam sejarah yang tidak terulang lagi. “Tidak terulang” berarti Yesus hanya satu kali berinkarnasi ke dalam dunia. Ia tidak akan berinkarnasi demi menebus dosa manusia sekali lagi. Demikian pula Roh Kudus yang dijanjikan turun ke dalam dunia satu kali untuk selama-lamanya, maka Ia tidak turun berulang kali.

Tetapi jika kita membaca di dalam Kisah Para Rasul, kita akan menemukan turunnya Roh Kudus dicatat di pasal 2, 8, 10, lalu 19. Jadi, di dalam kitab ini, turunnya Roh Kudus dicatat empat kali, bukan hanya satu kali. Jadi bagaimana kita menyelaraskan dengan perkataan “Dia turun satu kali untuk selama-lamanya.”? Pertama kali Roh Kudus turun, yaitu pada hari Pentakosta, di catat di dalam Kisah Para Rasul 2. Hal ini terjadi kepada 120 orang. Kedua kali Roh Kudus turun di Samaria, setelah Petrus dan Yohanes diutus untuk mengorfirmasikan hasil penginjilan diaken Filipus (Kisah Para Rasul 8:4-25, bdk.6:5). Di dalam pasal 10, Roh Kudus pertama kali turun ke atas orang kafir, yaitu atas rumah tangga Kornelius pada saat Petrus berkhotbah dan berdoa bagi mereka. Roh Kudus turun ke atas mereka sama seperti pada hari Pentakosta. Yang keempat kalinya terjadi di kota Efesus (pasal 19). Ketika itu, rasul yang berada di situ adalah rasul Paulus. Orang-orang yang menerima Roh Kudus saat itu adalah orang-orang yang sudah menerima Firman yang telah diuraikan oleh Apolos dan rekan-rekan lain. Mereka juga sudah pernah dibaptis dengan baptisan Yohanes Pembaptis. Pembahasan ini tidak diuraikan lebih mendetail, karena di sini belum dibahas tentang kepenuhan Roh Kudus, serta baptisan dan karunia Roh Kudus. Pada saat ini, pembahasan dibatasi pada pimpinan Roh Kudus atas dinamika hidup seseorang.

Mengapa dicatat empat kali Roh Kudus diturunkan? Roh Kudus yang turun di Yerusalem, tanah Yudea, sama dengan Roh yang turun di Samaria, maupun di Efesus (yang mewakili ujung bumi). Maka hadirnya Roh Kudus di empat tempat ini mewakili kehadiran Roh Kudus di empat wilayah yang merupakan langkah misiologis ke seluruh dunia. Langkah ini dimulai dari Yerusalem, Samaria, lalu Yudea, dan ke ujung bumi yang dilambangkan oleh Efesus. Tetapi penurunan yang kedua dan ketiga terbalik. Di dalam Kisah Para Rasul 1:8, dicatat dari Yudea ke Samaria, tetapi mengapa di sini Samaria terlebih dahulu baru ke Yudea?

Kehadiran Roh Kudus yang pertama dan kedua adalah bagi orang Yahudi. Peristiwa kedua, sekalipun di Samaria, tetap terjadi atas orang Yahudi. Jadi disini turunnya Roh Kudus mengikuti suatu rencana yang ditetapkan oleh Allah di dalam kerajaan-Nya, yaitu Injil tiba terlebih dahulu kepada orang Yahudi, baru orang kafir atau non-Yahudi. Urutan ini tidak boleh dibalik. Itulah sebabnya mengapa ketika di Yerusalem orang-orang menerima Roh Kudus, lalu mereka keluar karena penganiayaan, pergi ke Samaria dan menerima Injil dan Roh Kudus di sana. Saat itu yang menerima adalah orantg-orang Yahudi juga. Orang Yunani menerima Rih Kudus dicatat di dalam pasal 10 dan orang kafir menerima Roh Kudus dicatat di pasal 19. Mereka merupakan golongan yang kedua.

ROH KUDUS DAN KONFIRMASI RASUL

Kini perlu dipikirkan hal yang penting sekali. Mengapa tidak cukup pemberitaan Injil oleh Filipus sehingga perlu diutus Petrus dan Yohanes ke Samaria untuk mengonfirmasikannya? Apakah karena Injil yang diberitakan Filipus itu tidak tepat, kurang akurat dan perlu dikoreksi lagi? Tidak! Filipus disebut sebagai Filipus si Pemberita Injil. Ia memberitakan Injil yang sungguh-sungguh dan Roh Kudus telah memakai dia. Bahkan Roh Kudus begitu peka memimpin dia. Filipus memberitakan Injil dengan baik dan orang-orang Samaria dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Tetapi sekalipun telah dibaptis dalam nama Tuhan Yesus, mereka tetap belum menerima Roh Kudus. Bukan berarti karena Filipus bisa memberitakan Injil tetapi kurang mengajarkan tentang Roh Kudus sehingga Petrus dan Yohanes harus menyusul; untuk mengajarkan doktrin Roh Kudus supaya mereka menjadi jelas dan menerima Roh Kudus. Tidak demikian! Petrus dan Yohanes diutus ke Samaria sebagai rasul. Filipus bukan rasul. Di antara rasul memang ada juga yang bernama Filipus, tetapi Filipus ini bukanlah rasul Tuhan Yesus. Maka, gereja di Samaria sudah menerima Injil dan dibaptis di dalam nama Yesus tetapi tidak didirikan di atas fondasi rasul. Perlu rasul untuk mengonmfirmasikannya. Berdasarkan hal itu, maka Petrus dan Yohanes diutus.

Di dalam pasal 19, dikatakan bahwa Akwila dan Priskila dan orang-orang lain pernah memberitakan Injil di situ. Lalu Apolos mengajar mereka. Tetapi mereka menerima baptisan Yohanes Pembaptis. Oleh karena itu, Paulus merasa baptisan itu belum benar dan membaptis kembali dalam nama Tuhan Yesus, sekalipun mereka menerima Roh Kudus. Jadi kasus pasal 8 berbeda dari kasus di pasal 10. Berdasarkan kedua kasus ini, tidak ada alasan bagi kita untuk menerima baptisan ulang. Di dalam pasal 8 mereka telah dibaptis di dalam nama Yesus sehingga Petrus tidak meminta mereka untuk dibaptis ulang, sedangkan dalam kasus pasal 19, mereka harus dibaptis kembali karena sebelumnya mereka belum pernah dibaptis di dalam nama Yesus, mereka hanya mendapatkan baptisan Yohanes.

Petrus tidak meminta mereka yang sudah dibaptis di dalam nama Tuhan Yesus dibaptiskan kembali seperti kasus Paulus di Efesus di mana mereka yang hanya mendapatkan baptisan Yohanes harus dibaptiskan kembali. Tetapi, mengapa mereka yang mendapatkan baptisan dalam nama Yesus harus dikonfirmasikan lagi untuk menerima Roh Kudus? Hal ini sepertinya bertentangan dengan Kisah Para Rasul 2:38-39 yang menegaskan bahwa mereka yang sadar dosanya segera bertobat, dibaptis, dan menerima Roh Kudus. Seolah-olah janji Petrus di Kisah Para Rasul 2 ini belum terlaksana di dalam pasal 8. Mengapa demikian? Sebenarnya bukan bertentangan, tetapi perlu dikonfirmasikan oleh rasul.

Lalu bagaimana dengan gereja-gereja saat ini yang tidak dikonfirmasikan oleh rasul? Karena hal-hal seperti ini, ada beberapa orang yang terlalu berani mengaku diri sebagai rasul. Memang secara fungsi kita diutus oleh Tuhan, tetapi secara jabatan kita bukanlah rasul karena rasul ditetapkan oleh Tuhan sendiri.

Gambar 1 : Kristus sebagai fondasi, lalu nabi, dan rasul-rasul, dan gereja di atasnya.

Gereja didirikan di atas landasan nabi dan rasul, dan batu penjurunya adalah Kristus sendiri. Maka yang di bawah sendiri adalah Kristus sebagai fondasi. Apa artinya? Nabi dan rasul mewakili ajaran Perjanjian Lama dan Perjanjian baru. Pengertian Perjanjian Lama dan perjanjian Baru harus dikaitkan dengan berita utama yaitu menyaksikan tentang Kristus dan keselamatan-Nya. Maka, jika di dalam mempelajari Perjanjian Lama Saudara mau bersaksi sungguh-sungguh bagi Tuhan, Saudara akan mengerti Perjanjian Lama dengan benar; demikian juga jika Saudara mempelajari Perjanjian baru dengan sikap sungguh-sungguh mau bersaksi bagi Tuhan, Saudara akan mengerti Perjanjian Baru. Jika tidak, Saudara hanya mempelajari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tanpa dikaitkan dengan Kristus sebagai pusat, maka Saudara akan menjadi liberal dan tidak akan mengerti makna Kitab Suci yang ditujukan kepada Anak Allah yang Tunggal, yaitu Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat manusia.

ROH KUDUS DAN GEREJA DI MASA KINI

Jika demikian, bagaimana nasib gereja pada masa kini yang tidak dikonfirmasikan oleh rasul? Gereja pada zaman sekarang ini yang tidak pernah dikonfirmasikan oleh rasul tidak perlu kuatir. Asal gereja Saudara betul-betul mengajar berdasarkan Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, maka gereja itu sudah dikonfirmasikan di dalam kuasa nabi dan rasul. Lalu bagaimana dengan Filipus? Ketika Filipus mengabarkan Injil di Samaria, bukankah ia juga mengajarkan Perjanjian Lama? Benar. Tetapi pada saat itu, Perjanjian Baru belum ditulis sehingga gereja-gereja belum memiliki patokan atau standar ajaran yang digariskan untuk menjadi standar iman. Maka pada saat itu gereja-gereja tidak bisa mendapatkan konfirmasi kebenaran, kecuali rasul-rasul itu sendiri yang datang. Tetapi setelah rasul-rasul selesai menulis Perjanjian Baru, dan rasul-rasul sudah meninggal, maka gereja-gereja dapat berjalan terus dari zaman ke zaman, asalkan tetap bersandar di atas tulisan rasul-rasul itu sendiri, yaitu Perjanjian Baru. Itulah sebabnya, sama seperti Petrus dan Yohanes perlu mengonfirmasikan pelayanan Filipus, demikian pula Paulus perlu mengonfirmasikan pelayanan Apolos, karena Apolos bukan rasul. Dan jika sekarang sudah tidak ada rasul lagi, hal itu tidak menjadi hambatan bagi gereja masa kini asalkan gereja-gereja berdasarkan kepada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru pada hakekatnya berintikan pemberitaan tentang Kristus, dan jika inti itu sudah dibuang, gereja itu bukanlah gereja yang sah. Meskipun memiliki papan nama yang bagus sekali, sudah lama terdaftar di Departemen Agama, tetapi jika hakekat pengajaran Alkitab dibuang dan Roh Kudus tidak menyertainya, maka gereja itu hanya merupakan papan nama dan gedung saja. Di mana Liberalisme menggerogoti iman Kristen, di situ gereja hanya tersisa papan nama dan gedungnya saja karena manusia yang didiami Roh Kudus sudah tidak ada lagi di dalamnya. Hal ini sungguh mengerikan. Tetapi di mana berkumpul orang-orang yang sungguh-sungguh menerima percaya kepada Yesus Kristus, dan Roh Kudus ada di dalam hatinya, maka di situ ada gereja. Gereja bukanlah gedungnya, tetapi orangnya.

Bait Allah Yerusalem merupakan ironi yang besar. Ketika Tuhan Yesus melayani, Bait Allah ini sudah dibangun selama 46 tahun dan masih belum selesai. Dan setelah selesai, belum dipakai selama 46 tahun sudah dihancurkan kembali. (Bait Allah dihancurkan oleh tentara Roma pada tahun 70, sekitar 40 tahun setelah Tuhan Yesus disalibkan). Mengapa demikian? Tuhan tidak mau kita hanya memiliki gedung yang megah tetapi Roh Kudus tidak bekerja di dalamnya. Tuhan mau kita mementingkan pekerjaan Roh Kudus, lebih dari sekadar gedung yang hanya bisa di foto saja. Itulah sebabnya ketika Yerusalem memiliki Bait Allah yang begitu besar, begitu mewah, dan begitu anggun yang didirikan oleh Herodes Agung, di mana terdapat orang-orang yang membaca firman di dalamnya dengan suara-suara yang otoritatif dari tradisi-tradisi hierarkis yang kelihatan hebat, dengan toganya (jubah agama) tetapi tanpa Roh Kudus di dalamnya, semua itu sia-sia. Roh Kudus ada di mana? Roh Kudus ada di tepi Sungai Yordan. Di dalam seseorang yang bernama Yohanes Pembaptis yang tidak memiliki gedung, tidak memiliki organisasi, tidak memiliki alat musik, tanpa jubah, dan yang ada hanyalah bulu onta, tetapi Roh Kudus justru diam di situ.

Banyak gereja yang sudah menjadi institusi yang kuat, organisasinya kuat, keuangan kuat, tetapi dinamikanya hilang. Di sungai Yordan hal-hal tersebut tidak ada, tetapi justru berdinamika, karena Yohanes Pembaptis mengetahui bagaimana Roh Kudus memimpin dia.

Amin.
SUMBER :
Nama buku : Dinamika Hidup Dalam Pimpinan Roh Kudus
Sub Judul : Bab 1 : Hadirnya Roh Kudus (2)
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2014
Halaman : 8 – 15
Artikel Terkait :