BAB 4 :

PEKERJAAN UTAMA ROH KUDUS (2)

Pembicaraan-pembicaraan tentang Karl Marx, John Adams, atau tokoh-tokoh lain akan segera membosankan Saudara. Tetapi pembicaraan tentang firman Tuhan dan esensi firman akan menyebabkan Saudara lebih haus, lebih tertarik, dan lebih dibentuk, dan saya yakin iman Saudara akan semakin bertumbuh. Otak kita yang seringkali macet oleh berbagai kesulitan dan problem dunia ini, perlahan-lahan mulai dibuka oleh Firman. Ketika Firman itu mulai bekerja, iluminasi atau pencerahan terjadi. Akibatnya kita mulai mengerti dan setiap jalur yang macet mulai dibukakan. Kuasa Firman itu mulai memasuki hati kita. Bagaimana Roh Kudus mengerjakan hal itu sampai kita mendapatkan hidup? Kembali kepada kedua hal di atas, Roh Kudus menurunkan Firman itu dari sorga kepada manusia dan kemudian mencerahkan Firman itu agar dimengerti oleh manusia. Caranya adalah dari telinga (Roma 10:17). Ketika Firman itu masuk ke dalam diri kita, Ia melakukan beberapa langkah perubahan, yaitu :

1. Roh Kudus Mencerahkan Rasio

Jika ada orang yang berkata bahwa dia dipimpin oleh Tuhan, tetapi otaknya tidak pernah berubah, keadaan iini sungguh menjadikan saya gentar. Maka kita akan dipimpin oleh Tuhan tanpa tahu apa itu pimpinan Tuhan. Ini sangat berbahaya. Roh Kudus tidak membunuh otak dan Roh Kudus tidak meniadakan fungsi rasio. Allah yang mencipta rasio tidak mungkin membuang rasio. Memang rasio telah mengalami pencemaran dosa, tetapi rasio yang telah tercemar ini perlu dikembalikan, dinormalkan, bukannya dibuang. Ada pendeta yang mengatakan, “Jika mau dipimpin Roh Kudus, buanglah bakpao-mu yang di kepala ini.” [Bakpao adalah sejenis kue atau roti dari tepung yang berbentuk setengah bola]. Ia mengatakan, bahwa jika kita memakai bakpao otak ini, maka Roh Kudus tidak akan bekerja. Kalau Roh Kudus bekerja tidak pakai otak, dan jika pakai otak, Roh Kudus akan pergi. Sepertinya Roh Kudus takut kepada otak, sampai-sampai jika orang pakai otak, Ia akan pergi atau sepertinya Roh Kudus menjadi musuh dari otak. Hal itu tidak benar. Roh Kudus lebih besar daripada otak dan Roh Kudus lebih hebat daripada otak. Letakkanlah orang yang paling pandai di bawah firman Tuhan, nanti Roh Kudus akan menaklukkan otaknya. Hanya pendeta-pendeta yang tidak mau belajar yang takut kepada otak yang pandai, lalu mereka mengatakan, “di mana otak bekerja di situ Roh Kudus tidak bekerja.” Alkitab tidak pernah mengatakan hal sedemikian.

Yesus Kristus pernah mengatakan, “Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu, dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” (Yohanes 14:26). Iman yang sejati bukan melawan rasio tetapi mengembalikan fungsi rasio ke arah yang benar. Pada waktu kebenaran tidak menguasai otak Saudara, maka otak Saudara menjadi “anak terhilang”. Tetapi pada waktu “anak terhilang” itu dibawa kembali kepada kebenaran dan tunduk dengan setia kepada Tuhan dan kebenaran-Nya, itulah yang disebut iman. Maka iman tidak berlawanan dengan atau di luar rasio. Iman justru arah yang benar untuk mengatur rasio agar kembali takluk kepada kebenaran. Roh Kudus bekerja melalui Firman dengan memberikan pencerahan kepada rasio kita, sehingga kita mengerti kebenaran. Kita mulai sadar akan kebenaran dan sadar bahwa kita tidak perlu menjadi orang Kristen yang dualistis.

Apa maksudnya menjadi orang Kristen yang dualistis? Orang Kristen dualistis adalah orang Kristen yang ketika ke gereja, ia melakukan hal-hal yang tanpa pakai rasio dan hanya mengolah perasaan dengan melakukan hal yang aneh-aneh. Tetapi di saat keluar dari gereja dan memasuki dunia perdagangan, maka semua dihitung dengan teliti, memakai rasio sekuat-kuatnya untuk menghitung setiap sen. Pada hari Minggu, ia menjadi seperti orang gila di gereja, tetapi hari Senin sampai Sabtu penuh perhitungan rasio dan logika. Lalu tempat kebaktian menjadi tempat membius diri, tempat untuk melunakkan fungsi rasio sehingga tertidur. Saya tidak mau melakukan hal sedemikian. Saya ingin agar setiap orang Kristen semakin mendengar Firman semakin pandai, tetapi bukan pandai untuk memuliakan diri sendiri tetapi mau taat kepada rencana Allah dan kehendak Allah. Jelas sekali prinsip Alkitab bahwa Firman itu mencerahkan pikiran, semakin membuka pikiran dan membuat semakin mengerti, bukan semakin membunuh dan menguburkan pikiran. Firman membangunkan dan menghidupkan fungsi otak.

Mungkin ada orang yang beranggapan bahwa lebih baik otak tidak semakin pandai karena kalau semakin pandai nanti akan menjadi sombong. Saya tegaskan bahwa ada dua macam orang yang takut Saudara sombong. Pertama, orang yang memang sudah iri kepada Saudara; Kedua, orang yang terlalu minder sehingga menuduh Saudara sombong. Menjadi orang pandai tidak harus menjadi sombong. Orang yang rendah hati adalah terpaksa harus rendah hati sebab tidak punya modal untuk sombong, sebenarnya bukan rendah hati, tetapi rendah diri. Tetapi jika Saudara sudah menjadi sangat pandai namun tetap takluk kepada Tuhan, itulah rendah hati yang sesungguhnya. Kita tidak perlu takut orang Kristen menjadi pandai. Saya tidak takut kalau para pembaca saya semakin pandai, membeli buku-buku sebanyak mungkin untuk belajar. Jika setiap orang Kristen bersikap seperti ini, sehingga setiap orang yang Saudara layani menjadi semakin pandai, maka Kekristenan akan maju. Apa gunanya kita melayani jika tujuannya supaya orang-orang yang kita layani itu tetap bodoh, membuang rasio mereka, yang akhirnya kesalahan kita tidak diketahui mereka. Itu bukan sikap yang benar. Kekristenan harus kritis, sehingga semakin maju dan terbuka.

Agustinus pernah berkata, “Kalau tulisan saya tidak sesuai dengan Alkitab, buanglah saya dan kembalilah kepada Alkitab.” Alkitab adalah Firman Tuhan dan Roh Kudus mencerahkan manusia untuk mengerti firman. Di dalam sejarah sudah terbukti bahwa Roh Kudus telah menaklukkan otak-otak yang paling hebat, seperti Augustinus, Bonaventura, Thomas Aquinas, Martin Luther, John Calvin, dan lain-lain. Sepanjang hidupnya, Martin Luther menulis 25 jilid buku yang tebalnya seribu halaman tebih. Orang-orang yang memiliki otak sedemikian besar telah ditaklukkan oleh Roh Kudus. Mengapa kita takut jika anak kita pandai maka dia akan melawan Tuhan? Kalau orang pandai itu melawan Tuhan, itu hanya membuktikan bahwa: pertama, pemimpinnya tidak dipimpin oleh Roh Kudus untuk menaklukkan otak mereka. Kedua, supaya seseorang mencintai Tuhan, syaratnya dia harus terus bodoh, maka kesalahan ini merupakan tanggungjawab pendeta-pendeta yang bodoh. Dua reaksi yang seharusnya muncul dalam diri orang yang dicerahkan oleh Roh Kudus: Pertama, kalau sebelum menjadi Kristen Saudara sudah pandai, setelah menjadi Kristen Saudara harus lebih pandai lagi karena Roh Kudus tidak membunuh fungsi otak yang sudah Tuhan ciptakan. Tuhan mau supaya otak yang sudah Ia ciptakan ini difungsikan secara paling maksimal dengan pertolongan Roh Kudus. Kedua, setelah dicerahkan oleh Roh Kudus maka timbul respons yang membuat kita berseru: “Tuhan, Engkau benar. Kebenaran-Mu di dalam Alkitab sedemikian benar, sekalipun super-rasional. Aku mau menaklukkan diri di bawah kebenaran-Mu.”

Dalam hal inilah kita melihat perbedaan antara filsafat dan theologi. Filsafat selalu membanggakan kreativitas pikiran manusia, tetapi melupakan polusi dosa di dalam rasio manusia. Theologi selalu mengikat pikiran manusia kepada wahyu-wahyu Allah. Walaupun seolah-olah membatasi kreativitas manusia, tetapi theologi di bawah wahyu Allah selalu menjernihkan dan menormalkan tujuan dan fungsi rasio manusia. Theologi selalu menjawab setiap pertanyaan manusia, sedangkan filsafat selalu mempertanyakan setiap jawaban. Oleh karena itu, jika gereja tidak menggarap baik-baik para pemikir yang memiliki kemampuan berpikir lebih ini, maka gereja akan kehilangan para pemikir ini yang merupakan harta yang besar. Pemikir-pemikir ini harus dibawa kembali ke jalur yang sudah disiapkan oleh Tuhan dalam theologi yang benar. Sehingga semua manusia, termasuk Saudara, yang berpotensi pikiran, janganlah membanggakan diri hanya karena memiliki potensi pikiran, tetapi selalu sadar akan adanya polusi di dalamya. Maka theologi harus memberikan batasan bagi potensi pikiran itu di dalam pimpinan Roh Kudus dengan firman Tuhan.

2. Roh Kudus Mencerahkan Emosi

Kemudian, setelah rasio tunduk, maka emosi pun diubah sehingga mencintai kebenaran. Karena mencintai kebenaran akan memotivasi kita hidup di dalam kebenaran. Itulah semangat saya di dalam melayani Tuhan. Seorang yang begitu cinta akan kebenaran akan dengan sungguh-sungguh membagikan kebenaran kepada orang lain. Banyak orang yang pada waktu mudanya berkata, “Saya dipakai Tuhan,” tetapi setelah tua berkata, “Tuhan dipakai saya.” Kita harus betul-betul mengabdi kepada kebenaran, maka Roh Kudus juga akan menanamkan kecintaan kepada kebenaran. Semakin seseorang mengerti kebenaran, ia akan semakin mencintai kebenaran. Seseorang yang otaknya telah disentuh oleh Roh Kudus sehingga takluk kepada kebenaran, emosinya pasti juga akan disentuh oleh Roh Kudus, sehingga ia semakin mencintai kebenaran. Cukupkah sampai mencintai kebenaran? Tidak!

Inilah yang disebut sebagai pengudusan emosi. Ketika bangsa Israel, yang hidupnya sudah menyeleweng, setiap hari mempersembahkan korban, Allah tidak berkenan. Mereka menganggap dengan memberikan persembahan seperti itu, Allah akan senang. Tetapi di Yesaya pasal 1 Allah menyatakan betapa Allah membenci dan muak akan persembahan mereka. Sambil bersenang-senang berbuat dosa, mereka memberikan persembahan kepada Tuhan. Pada waktu itu emosi mereka belum dikuduskan, belum dipimpin oleh Roh Kudus. Jika seseorang sudah mendapatkan pimpinan kebenaran dan mengalami penyangkalan diri sesuai dengan kehendak Tuhan, maka perubahan emosi akan penting sekali.

Seseorang yang telah disucikan emosinya akan mencintai apa yang dicintai Tuhan dan membenci apa yang dibenci Tuhan. Kita seringkali membenci hal-hal atau orang-orang tertentu padahal Allah tidak membencinya. Terkadang kita mengalami jatuh cinta yang sedemikian mendalam pada seseorang, padahal Tuhan tidak ingin kita jatuh cinta sedemikian. Tuhan mnenuntut kita mencintai Tuhan lebih daripada semua yang lain. Inilah revolusi emosi, sehingga terjadi perputaran arah emosi kita.

Pada saat seseorang memiliki emosi yang semakin mirip dengan Allah, ia akan semakin mampu memancarkan keindahan Allah. Pada saat apakah Saudara tertawa? Apakah Saudara tertawa untuk hal-hal yang najis, yang jorok, yang tidak benar? Semua itu adalah tertawa dan kesenangan di luar kesenangan Allah. Mengapa Saudara menangis? Apakah Saudara menangis karena diejek, karena hatimu disinggung? Itu adalah tangisan yang rendah. Binatang pun kalau disakiti bisa sedih. Kalau Saudara sedih karena diperlakukan kurang baik oleh orang, emosi Saudara rendah. Yesus Kristus di seluruh Alkitab melakukan 35 kali mujizat, tidak pernah satu kali pun Ia menangis karena dirugikan oleh orang lain. Inilah emosi yang tinggi. Jikalau Saudara tidak pernah menyelidiki dan memperbandingkan dengan orang lain, tidak mungkin Saudara mengetahui betapa luar biasanya emosi Kristus. Yesus Kristus satu kali menangis di depan kuburan Lazarus. Orang mengira ia menangisi Lazarus. Yesus tidak perlu menangisi Lazarus karena sebentar lagi akan dibangkitkan. Yesus justru menangisi orang Israel yang begitu bebal. Inilah tangisan yang kudus. Menangis karena melihat manusia tidak mau bertobat. Tangisan sedemikian adalah tangisan yang dipimpin Roh Kudus. Tangisan-tangisan yang memaksa Tuhan mengikuti doa manusia, tangisan yang mau menggerakkan Tuhan adalah tangisan yang rendah. Tangisan yang mulia dan kudus adalah tangisan karena digerakkan Tuhan. Yesus menangis yang kedua kalinya ialah ketika ia berada di atas bukit. Ia melihat Yerusalem akan menjadi tempat yang gersang, karena tidak mau bertobat. Ia menangisi zaman yang tidak mau bertobat. Tangisan Yesus yang ketiga kalinya di catat di dalam Ibrani 5:7. Ayat ini sering disalah-mengerti dengan menganggap bahwa Yesus akhirnya tidak jadi mati di kayu salib karena Allah melepaskan Dia. Dalam hal ini Yesus berdoa kepada Allah karena Ia tahu bahwa hanya Allah Bapa yang dapat membangkitkan orang mati. Semua ini dilakukan untuk menggenapi Mazmur 16:10. Ini merupakan tangisan Getsemani ketika Yesus menangisi manusia berdosa yang harus binasa. Semua ini kembali kepada ungkapan Paulus, berapa dalam kita bisa mengerti cinta kasih Kristus, semakin dalam kita mengerti emosi Kristus, sedemikian dalam pula kerohanian kita.

3. Roh Kudus Mencerahkan Kemauan

Kebenaran yang telah dimengerti kemudian harus dicintai setelah itu dijadikan pedoman bagi penaklukan diri. Jadi pertama-tama, kita mengerti kebenaran, lalu mencintai kebenaran, selanjutnya takluk kepada kebenaran. Kebenaran itu akan memimpin Saudara. Puji Tuhan. Jika dahulu Saudara berjalan menurut jalan dan pikiran Saudara sendiri dan merasa cukup pandai, tetapi kini mulai mau bersandar pada Alkitab. Saudara berusaha untuik menemukan prinsip-prinsip Alkitab, karena Tuhan telah menyebabkan Saudara tunduk di bawah kebenaran. Namun, jangan Saudara lupa bahwa jika Saudara menaklukkan diri di bawah Kitab Suci, Saudara hanya tunduk kepada firman dalam bentuk tertulis saja. Tetapi Kristus yang menjadi Firman kebenaran dalam bentuk Pribadi. Pribadi yang berinkarnasi itu harus juga menjadi Tuhan dan Penguasa atas hidup Saudara. Itulah yang menjadi tujuan Roh Kudus.

Orang yang memberitakan Firman harus mencapai kesimpulan akhirnya di dalam diri Kristus, jikalau tidak, pemberitaan Firman itu belum lengkap. Jika Saudara memberitakan Injil, Saudara bukan sedang mengerjakan program gereja Saudara, atau menyenangkan pendeta Saudara, atau agar orang lain mengetahui bahwa Kekristenan hebat juga, tetapi kita harus memiliki tujuan agar mereka mau mengenal Kristrus. Kalau belum sampai pada fokus Kristus, maka Roh Kudus belum puas. Roh Kudus baru puas apabila seseorang mengerti Firman, mencintai Firman, takluk kepada Firman, dan akhirnya menemukan fokus Firman, yaitu Kristus. Pada saat itulah, melalui mengenal kebenaran, mencintai kebenaran, dan takluk kepada kebenaran, seseorang berkata: “Tuhan Yesus, aku datang kepada-Mu, aku mengakui dosa-dosaku, dan aku menerima Engkau sebagai Tuhanku, Penguasa atas hidupku, dan sebagai Juruselamatku.” Pada saat Saudara mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat Saudara, Roh Kudus menegaskan bahwa sekarang hidup baru sudah terwujud di dalam hati Saudara.

Hidup baru harus takluk kepada Pemimpin hidup baru, yaitu Kristus. Jikalau Saudara sudah menyebut Kristus sebagai Tuhan, maka ada meterai yang dibubuhkan di dalam hati Saudara. Meterai itu dari Tuhan, cukup satu kali dimeteraikan karena tidak pernah luntur atau pudar. Meterai itu adalah Roh Kudus sendiri (Efesus 1:13-14). Roh Kudus diberikan kepada orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan telah menjadi anak-anak Allah. Setelah Roh Kudus diberikan, Ia tidak pernah meninggalkan orang itu lagi sampai selama-lamanya. Roh Kudus tidak pernah pulang pergi. Tidak benar kalau gereja-gereja yang setiap hari Pentakosta berdoa lagi sepuluh hari meminta Roh Kudus turun lagi. Ia tidak pernah kembali!

Roh Kudus turun satu kali atas satu pribadi. Kita boleh memohon agar Roh Kudus turun ke atas suami atau istri atau anak kita yang belum percaya, tetapi tidak kepada kita yang sudah dimeteraikan oleh Roh Kudus. Empat kali Alkitab mancatat tentang Roh Kudus, dan semua itu terjadi kepada orang yang berbeda-beda. Tidak pernah pengalaman itu terjadi dua kalipada orang yang sama. Juga setelah empat kali itu, tidak pernah lagi dicatat Roh Kudus turun di Galatia, di Kolose, atau di tempat-tempat lain karena ke-empat tempat yang dicatat tadi cukup mewakili empat wilayah yang disebutkan di dalam Kisah Para Rasul 1:8, dari Yerusalem sampai ke ujung bumi.

Setelah Kitab Suci selesai ditulis, penginjilan diberitakan, dan setiap orang percaya menerima Yesus Kristus, Roh Kudus dimeteraikan di dalam diri orang itu. Setelah Roh Kudus masuk ke dalam diri Saudara, sadar atau tidak sadar, Saudara adalah milik Tuhan untuk selama-lamanya, dan Tuhan beserta Saudara untuk selama-lamanya. Roh Kudus kini berdiam di dalam diri Saudara. Sekarang, apakah Saudara akan menganiaya Roh Kudus yang berdiam di dalam diri Saudara, ataukah Saudara akan mempersilakan Dia menjadi Tuan atas hidup Saudara?

Amin.
(bersambung)
SUMBER :
Nama buku : Dinamika Hidup Dalam Pimpinan Roh Kudus
Sub Judul : Bab 4 : Pekerjaan Utama Roh Kudus (2)
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2014
Halaman : 47 – 56