Tidak dapat dipungkiri bahwasanya bagi perusahaan pajak mengakibatkan profit perusahaan berkurang atau rate of return bagi investor berkurang dan bagi manajemen akan mengurangi bonus mereka. Sementara bagi pengusaha pajak akan mempengaruhi harga jual dan tingkat persaingan dengan perusahaan lain. Dan yang paling universal adalah salah satu sifat alami yang dimiliki manusia adalah menghindar membayar pajak dalam berbagai bentuk dan manifestasinya.

Adalah seorang Benjamin Franklin yang notabene saat itu adalah pejabat keuangan Amerika mengadposi kutipan dari James Ottis mengatakan bahwasanya yang pasti di dunia ini adalah kematian dan pajak (nothing is certain but tax and dead), untuk menegur setiap rakyatnya untuk tidak menghindari pajak. Berikut ini adalah anak manusia yang bergelimang harta namun merasakan beratnya dalam membayar pajak.

Christiano Ronaldo (CR)

Tahun 2017, CR pernah didera dugaan penggelapan pajak senilai 14,7 juta Ero atau saat itu setara Rp. 217 Milyar. Dapat dikalkulasi jika pajak saja sudah sekitar 217 milyar maka perkiraan atas penghasilan yang belum dikenakan pajak adalah sebesar Rp. 1,5 Triliun.

Sementara, jika ditilik kembali bahwasanya setiap penghasilan yang diterima dari klub misalkan sebelunya dengan klub Real Madrid CR menerima gaji sebesar Rp. 259 milar setiap tahun dan tentu saja itu sudah tidak termasuk pajak, karena pajak sudah ditanggung oleh klub mereka. Lalu bagaimana penghasilan sebesar Rp. 1,5 Triliun di atas yang belum dikenakan pajak? Untuk hal itu hanya petugas pajak yang tahu, karena tentu dengan alasan yang kuat yaitu penghasilan terbesar adalah pendapatan diluar aktivitasnya sebagao olahragawan yang lebih besar dari gajinya sebagai pesepakbola.

Jadi teringat dari tulisan sebelumnya yang berjudul “Untuk Perpajakan, Tidak Ada Lagi Kerahasiaan” bahwa negara memiliki informasi perpajakan dalam bentuk Automatic Exchange of Information (AE0I) atau kerja sama internasional tentang sistem pertukaran data keuangan secara otomatis.

CR diindikasikan berupaya menghindari pembayaran pajak dari pendapatan diluar aktivitas sepakbolanya adalah karena dana yang diperolehnya dari aktiva tak berwujud berupa Royalty, Hak Citra (image right), dll disimpan dan dicuci di luar negeri sebagaimana Panama Papers, Paradise Papers yang sempat heboh karana banyak pengusaha dan pejabat kayah Indonesia terlibat di dalamnya.

Lionel Messi (LM)

Lionel Messi adalah seorang anak yang berbakti dengan ayahnya, sehingga semua urusan keuangan termasuk pajak diserahkan kepada ayahnya. Tahun 2016, Mesi dan Ayahnya menggunakan perusahaan-perusahaan di Belize, Inggris, Swiss dan Uruguay untuk menghindari pembayaran pajak atas penerimaan diluar aktivitas sebagai seorang pesepakbola sama halnya  sepanjang tahun 2007 hingga 2009.

Walaupun LM beralasan bahwasanya untuk urusan pajak ia serahkan semuanya kepada ayahnya dan menegaskan tidak tahu sama sekali soal urusan tersebut dikelola, namun Mahkamah Agung Spanyol menyatakan mestinya LM paham dan tahu tentang kewajiban membayar pajak atas royalti, paten, dan lainnya yang ia terima.

Sama halnya dengan CR, sepanjang tahun 2017  kontrak dari klub FC Barcelona mencapai Rp. 446 Miliar setahun dan sudah tidak termasuk pajak lagi karena ditanggung oleh Klub.

Adriano Correia (AC)

Baru-baru ini, mantan bek kiri Barcelona Adriano Correia dijatuhi hukuman 14 bulan penjara dan denda 1 juta Euro untuk kasus penghindaran pajak.

AC bersalah atas penghindaran pajak sekitar 650.000 Euro untuk periode 2011 s.d. 2012. Mekanisme ganda adalah tuduhan yang ditimpakan kepada AC. Mekanisme ganda adalah suatu mekanisme penyembunyian pendapatan dari kontrak yang ditandatangani dengan merek produk olah raga dan menstimulasi transfer hak citra ke suatu lembaga sosial di Maderia. Melalui strategi ini AC mendapatkan selisih lebih atas pajak yang lebih rendah.

Penghindaran Pajak Terus Terjadi

Ketiga contoh di atas adalah bagian kecil dari pesepakbola, karena pemain-pemain lainnya seperti Maradona, Luis Figo, Samuel Eto’o, Pablo Maldini, Javier Mascherano, Gareth Bale, Marcelo, Alexis Sanchez, Luka Modric, James Rodrigues, Ronaldo, Xabi Alonso, Ricardo Carvalho, Angel Di Maria, Fabio Coentrao, Radamel Falcao, Adriano Coreia, Daniel Alves, Neymar bahkan Mourinho juga pernah tersandung kasus penghindaran pajak yang terungkap oleh petugas pajak.

Harta yang berlimpah adalah alasan menghindari pajak, “bingung kan?”, haruslah diakui penghasilan ratusan miliar bagi para pemain sepakbola kelas dunia bisa menjadi pedang bermata dua, “kenapa?” karena disatu sisi membahagiakan dan disisi lain harus rela memberikan dengan jumlah besar untuk pajak terlebih jika kompetisi diadakan di Eropa, Inggris, Spanyol, Italia, Prancis, dan Jerman dimana tarif pajak di negara tersebut sangat tinggi.

Sebagai contoh penghitungannya, di Perancis misalnya, tarif pajak (tax rate) yang dikenakan sebesar 75% dari penghasilan di atas 1.280.000 Euro. Di Jerman, tarif pajak dikenakan sebesar 45 % untuk penghasilan di atas 250.730 Euro. Di Italia, tarif pajak dikenakan sebesar 43% untuk penghasilan di atas 75.000 Euro. Di Matado Spanyol, tarif pajak dikenakan sebesar 52% untuk penghasilan di atas 300.000 Euro. Di Inggris, tarif pajak yang dikenakan sebesar 45% untuk penghasilan di atas 150.000 Euro.

Angka pajak diatas hanyalah gambaran umum untuk pajak penghasilan dari masing-masing negara. Angka riil yang dibayarkan bisa saja lebih besar karena wilayah otonomi yang ditempati oleh pesepakbola bisa saja menambah bayaran pajaknya sesuai dengan ketentuan otonomi pajak daerah masing-masing. Bagi negara yang bersangkutan, penerimaan pajak tersebut diperoleh hanya dari gaji seorang pesepakbola saja, belum termasuk pajak dari pendapatan resmi seperti pajak fee kontrak baru, pajak transfer fee, pajak bonus pertandingan dan juara, pajak royalti, pajak saat membela negara, pajak pemusnahan kontrak, pajak perpanjangan kontrak, pajak komersial, pajak usaha pribadi, dan lain-lain.

Tak heran jika banyak pesepakbola yang menggelapkan bayaran pajaknya kepada negara yang bersangkutan karena nilai yang dibayarkan bisa bernilai jutaan dalam mata uang Euro. Jika misalnya seorang Neymar yang mendapat gaji dari Barcelona sebesar 25 juta Euro atau Rp 359 miliar. Dikalikan dengan jumlah pajak 52% , maka Neymar harus membayar pajak sebesar 13 Juta Euro atau sebesar Rp 186,68 miliar. Bayangkan jumlah pajak ratusan miliar hanya untuk seorang Neymar saja, dan itu baru hanya dari pendapatan dari gaji regular saja. Berarti Neymar hanya menerima bersih sebesar 12 Juta Euro atau sebesar Rp 172, 32 miliar di mana bayaran untuk pajak lebih besar dari pendapatan resmi setelah pajak.

Jumlah yang sangat besar tersebut membuat banyak para pesepakbola melakukan segala cara untuk mengurangi besaran jumlah pajak yang dibayarkan kepada negara yang bersangkutan. Cara yang lazim yang digunakan adalah berusaha menyembunyikan nilai penghasilan selain dari sepakbola.

Penutup

Dalam salah satu sesi pengajaran untuk materi perencanaan pajak, penulis selalu menekankan bahwa prinsip “Kalau bisa tidak membayar, mengapa harus membayar. Kalau bisa membayar lebih kecil, mengapa harus membayar lebih besar” patut dipegang namun, menghindar membayar pajak dengan cara tidak melaporkan penghasilan dengan tidak benar adalah suatu malapetaka ibarat bom waktu ada saatnya untuk meledak. Sehingga motto yang dipakai dalam pelatihan perpajakan (P3Koppa) ini adalah “Ada suatu masa dalam kehidupan yang tidak boleh berspekulasi yaitu saat membayar pajak”.

Itulah mengapa seorang James Ottis bisa mengatakan bahwa selain kematian yang tidak dapat dihindari adalah pajak. Memang pajak adalah suatu masalah tersendiri bagi sapapun tanpa memandang bulu karena semakin tinggi penghasilan maka pajak pun setia mengikutinya yaitu semakin tinggi pajak yang harus disetorkan. Karena tidak perlu lagi penjelasan bahwasanya pajak memiliki peranan penting dalam suatu negara.

Sumber : www.nusatax.com