Bekerja dirumah masih berlangsung dan sudah hampir 2 (dua) bulan berjalan, semua informasi tetap mudah didapatkan demikian juga tentang wabah pandemik covid 19 ini. Sering merenung ketika mendengar khabar bahwa ada rekan yang menjadi korban, bahkan sangat sedih ketika mendengar bahwasanya ketempat  peristirahatan terakhir pun tanpa dihadiri keluarga.

Masa-masa 2 (dua) bulan terakhir ini, membuat setiap kita menyadari bahwa betapa kita adalah makhluk yang lemah yang rentan terkena virus ini. Hal ini menggugah sebagian orang untuk lebih bermanfaat menjalani kehidupan ini. Namun apakah semua memiliki pandangan dan pemikiran yang sama? memang tidak demikian dengan prilaku. Baru-baru ini saya  berbincang-bincang dengan seorang pengusaha yang menyampaikan keluhannya bahwa prilaku orang tidak berubah menjadi lebih baik bahkan lebih brutal lagi, dia mencontohkan ketika bagaimana terjadi pembancakan yang luar biasa terkait pengadaan alat kesehatan dalam pencegahan covid 19 ini. Mulai dari pemberian izin, mark up harga, dan komisi yang harus diberikan terlebih dahulu kepada oknum pejabat negara, dan semua dilakukan tidak tanggung-tanggung. Bahkan ketika dilakukan bantuan sosialpun, semua dengan pamrih, sumber dana bantuan dari mana? namun setiap bantuan yang diberikan dengan merk dari pejabat tertentu. Seakan-akan wabah pandemik ini menjadi sumber rejeki dan kesempatan yang jarang terjadi sehingga dipakai untuk mengeruk keuntungan.

Baru-baru ini juga saya berbincang-bincang dengan rekan-rekan, bahwasanya  bagaimana banyak orang tidak perduli dengan protokol kesehatan dan arahan yang diberikan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Bahkan isu narapidana yang dibebaskan sebagai perlakuan asimilasi dalam pencegahan wabah, yang banyak ditangkap kembali akibat berulah kejahatan.

Akhirnya saya tidak mengerti bagaimana orang memandang wabah ini, namun bagi saya bahwa peristiwa wabah ini terlepas menjadi bagian dari korban atau tidak adalah badai yang harus dilalui bersama dengan Tuhan. Karena dengan peristiwa ini, barulah kita sadar siapa diri kita, bahwa Tuhan tidak akan membuang kita dan ada tujuan yang lebih tinggi daripada yang sekarang ini telah kita capai, jika kita setia dan takut akan Tuhan, akan selalu ada pengharapan.