Injil Yohanes adalah kitab injil terakhir, yang Tuhan izinkan beredar di dunia. Ditulis sembilan puluh tahun setelah Yesus inkarnasi, saat ketiga kitab Injil lain telah beredar di mana-mana tempat. Itu artinya, meski riwayat Yesus sudah tertulis di tiga kitab Injil, tapi masih ada hal-hal tentang hidup Yesus Kristus yang perlu diketahui oleh orang Kristen dari zaman ke zaman. Itu sebab Yesus sengaja memanggil Yohanes, yang amat muda, kelihatannya tak selevel dengan murid-murid lain. Tapi di kemudian hari terbukit, cara pandangNya jauh melampaui sejarah: karena dua puluh tahun setelah Paulus, Petrus meninggal dunia, Gnosticism mengerosi gereja, belum lagi penganiayaan dari pemerintah Romawi, ajaran agama lain mengancam ajaran Kristen yang sudah tersebar di mana-mana tempat, masih ada Yohanes, murid Yesus yang dapat berjuang, memerangi semua itu. Dan di masa tuanya, dia juga mengingat kembali akan semua ajaran dan pekerjaan Yesus, dan menuliskannya satu per satu dengan teliti. Kita tak bisa membayangkan, betapa besar kerugian gereja, jika tak ada Injil Yohanes. Karena dia menuliskan banyak hal yang tak terdapat di tiga kitab injil sebelumnya.
Misalnya: konsep inkarnasi yang jelas, mujizat pertama yang Yesus lakukan, penyembuhan orang yang lumpuh tiga puluh delapan tahun, yang buta sejak lahir, bahkan kebangkitan Lazarus, Doa Yesus pada Allah Bapa… dan semua hal yang sangat penting tentang Yesus. Termasuk Yesus beberapa kali menyembuhkan orang di hari Sabat. Itu memang merupakan satu perkara yang sangat menarik: why Jesus heals people in Sabbath, mengundang krisis yang tak mungkin diselesaikan, sampai Dia harus disalibkan? Apakah karena Dia lupa, lalai atau sengaja? Jawaban saya: Dia sengaja melakukan pekerjaan Allah yang tak mungkin dilakukan oleh manusia itu di hari Sabat. Mengapa orang Yahudi tetap beranggapan bahwa Allah tak bekerja di hari Sabat? Karena menurut mereka, setelah enam hari Allah mencipta segala sesuatu, di hari ketujuh, Dia stop dari segala pekerjaan —tafsiran harafiah. Padahal, Paulus sudah mengatakan dengan jelas, menafsirkan Alkitab secara harafiah mematikan, tapi mengerti makna rohani yang sungguh menghidupkan. Jika Sabat diartikan Allah stop dari segala pekerjaan, lalu siapa yang memelihara ciptaanNya? Jadi sebenarnya, saat Allah stop mencipta, saat itu juga Dia mulai menopang ciptaanNya. Itu sebab Yesus mengatakan di Yoh.5:7 “My Father works until today, Me too”, memberi pengertian baru, menerobos pengertian lama orang Yahudi, bukan menekankan pada harinya Sabat. Karena “hari” hanyalah sesuatu yang berhubungan dengan rotasi bintang, matahari, bulan dan bumi. Padahal makna Sabat jauh lebih penting: perhentian, janji Tuhan bagi orang beriman. Dan untuk menggenapi janji itulah, Yesus datang ke dunia, melepaskan kita dari belenggu dan hukuman dosa, agar kita dapat menikmati sabat; istirahat rohani yang sejati. Maka seruNya di atas kayu salib: tetelestai; it is accomplished — keselamatan sudah Dia genapkan, manusia tak perlu jadi budak dosa lagi.
Tapi faktanya: kesembuhan yang Yesus lakukan di hari Sabat justru orang Yahudi jadikan alasan untuk membunuh Dia. Karena menurut Richard Niebuhr: kalau Yesus tak dibunuh, kebudayaan Yahudi akan punah, dan mereka memilih untuk mengenyahkan Dia. Ay. 1, Lazarus tinggal di Betania. Dimanakah letak Betania? Di lereng bukit Zaitun. Dimana terdapat satu keluarga, yang terdiri dari tiga bersaudara: dua orang wanita: Marta, Maria dan seorang pria: Lazarus. Kalau Yesus ke Yerusalem, Dia akan lewat di Betania dan menginap di rumah mereka. Maka Dia mengenal ketiganya dengan baik. Alkitab tak pernah mencatat Lazarus mengatakan apa-apa. Mungkin dia adalah seorang introvert, yang tak suka berkata-kata. Bahkan setelah dia bangkit dari kematian tetap tak mengatakan apa-apa. Berbeda dengan Marta, kakak sulungnya yang talkative; banyak bicara. Apa hobinya? Memasak, menjamu tamu. Maka setiap kali Yesus ke rumah mereka, dia pasti sibuk menyiapkan makanan.
Dan Maria, kakaknya yang lain, selalu memegang setiap kesempatan mendengar firman yang dapat mengubah hidupnya, membuat dia lebih mengerti kebenaran, imannya bertumbuh. Maka dia selalu duduk di dekat Yesus, mendengar pengajaranNya dengan seksama. Hari itu, terjadi sesuatu di keluarga itu: Lazarus jatuh sakit. Mungkin dia adalah anak muda yang manja atau yang agak lemah tubuhnya. Karena dia sakit, kedua kakaknya mengirim orang memberitahu Yesus, yang waktu itu berada ditempat yang jauh dengan Betania: “orang yang kau kasihi sakit”. Bagaimana perasaan dan reaksimu saat orang memberitahumu: “orang yang kau cintai jatuh sakit? Tentu kau ingin cepat-cepat menemui dia, bukan ? Tapi Yesus, setelah mendengar berita itu mengatakan: “penyakit itu tak akan membuatnya mati” dan memutuskan untuk tidak menjenguk dia. Kadang-kadang kita yang merasa diri cinta Tuhan, giat melayani, tapi waktu kita sakit, tak ada orang yang peduli atau melawat kita. Pendeta-pun tidak. Karena memang ada banyak orang yang hanya mau dilayani – tapi tak mau melayani, hanya ingin diperhatikan – tapi tak mau memberi perhatian pada orang lain. Bahkan masih mengeritik Pendeta: tak pernah mengunjunginya tanpa mengintrospeksi diri: sebenarnya siapa yang lebih banyak melayani: dia atau orang yang dia kritik?
Saat Yesus mengambil keputusan untuk tidak mengunjungi Lazarus, Dia berkata: penyakit itu tak akan membawanya pada kematian. Tapi faktanya: Lazarus mati. Jadi, apakah Yesus berbohong atau memang sengaja mengulur-ngulur waktu? Saya percaya, Yesus memang sengaja tak segera ke sana. Itulah yang sering kali membuat kita berpikir: when I am so bad in need, where are You, God, why You do not come to help me? Mengapa sepertinya Kau begitu apatis, tak peduli akan penderitaan anak-anakMu, bahkan terkesan sengaja menunda-nunda; tak segera menolong? Itu lah pemikiran yang sering membuat kita gelisah, ragu terhadap Tuhan. Tapi sesungguhnya, masa krisis adalah masa yang sangat penting dalam membentuk rohani kita. Karena God, Who created time is transcend time, Dia memandang segalanya secara menyeluruh, bukan hanya dalam satu kurun waktu yang singkat. Berbeda dengan kita yang terkurung dalam waktu, tak dapat melihat rencana Allah yang kekal secara menyeluruh. Maka saat iman seorang bertambah – kekuatirannya berkurang. Sebaliknya, saat kekuatirannya bertambah -imannya berkurang.
Mengapa Yesus tak segera menyembuhkan Lazarus? Saat kau sakit, tentu berharap tangan Tuhan langsung menyembuhkan. Saat kau menemui kesulitan, tentu menginginkan Dia langsung memberikan solusi, bukan? Tapi tidak demikian dengan Tuhan kita, kadang-kadang Dia membiarkan kita melewati lembah bayang-bayang maut, bahkan bertahun-tahun sampai kau merasa hidupmu tak berarti. Ingatlah akan statemen Socrates: “an unexamine life is not worth living”. Karena memang, hidup manusia jauh lebih sulit dari binatang. Setelah binatang lahir, hanya beberapa jam dia sudah bisa jalan bahkan lari. Tapi manusia, perlu menunggu + dua belas bulan baru bisa jalan. Itulah pengaturan Tuhan: hidup yang makin tinggi makin punya banyak kesulitan. Maka semakin tinggi jabatanmu semakin berat juga beban yang harus kau pikul. Saat di keluarga Marta, Maria dan Lazarus yang Tuhan cinta itu ada yang jatuh sakit, Tuhan seperti tak peduli. Mereka mulai gelisah: mengapa Yesus tak juga datang? — mulai tak bisa terima dan Marta yang punya fasih-lidah mulai mengomel. Padahal seharusnya, orang menggunakan bakatnya dengan sikap yang positif: orang yang pandai bicara, katakanlah hal-hal yang positif. Dengan begitu, barulah hidupmu jadi berarti. Maka kalau kau pandai bicara, jangan kau gunakan untuk mengomel atau menghina orang. Kalau kau sehat, jangan gunakan untuk berzinah, berjudi. Karena Tuhan akan menuntut pertanggungjawaban atas semua anugerah yang Dia beri. Man is the only creted being with the responsibility to react to God. So man is not what he thinks, what he behaves or what he feels, man is what he reacts before God. Karena eksistansi kita bukan absolut tapi relatif; berhadapan dengan Tuhan, maka your reaction before God will be accountable and be the basis that God used to evaluate your value in eternity.
Jadi, kalau Tuhan memberi kita banyak uang, Dia juga akan menghakimi bagaimana kita menggunakannya: apakah kau memakainya untuk kemuliaanNya, menolong sesama atau memuliakan diri sendiri? Jadi berbahagialah orang yang berespon dengan benar atas anugerah yang dia terima dari Tuhan. Maria adalah orang yang suka mendengar firman Tuhan, semakin banyak dia mendengar, semakin mengerti, semakin beriman dan semakin tak berani sembarangan buka mulut. Sementara Marta yang diberi bakat memasak, fasih lidah, kesehatan, uang itu meski melayani dengan baik, tapi suka mengomel. Banyak majelis dan orang Kristen juga seperti itu: sambil melayani sambil mengomel, berselisih, merendahkan orang.
Mereka adalah orang-orang yang menerima anugerah, tapi responnya di hadapan Tuhan tidak benar. Yesus Kristus tidak segera datang, membiarkan Lazarus sakit bahkan mati. Apakah Tuhan memang menginginkan orang yang Dia cintai itu mati? Bukankah kalau Tuhan mau, Dia cukup mengatakan satu kalimat, maka penyakitnya akan sembuh, mengapa Dia berlaku begitu tega, apatis? Karena Dia ingin melihat reaksimu. Sifat Tuhan yang satu ini dicatat berkali-kali di Alkitab. Misalnya, saat Yohanes pembaptis di penjara, Yesus Kristus tetap mengabarkan injil, mengusir setan, menyembuhkan orang sakit, bagai tak peduli akan penderitaan Yohanes. Sampai-sampai Yohanes mengutus dua orang muridnya menemui Yesus dan bertanya: Kaukah Mesias yang kami nantikan? Menandakan iman dari rekan Yesus yang paling dekat itu goncang; mulai ragu terhadap Yesus. Bukankah mereka berdua adalah pelopor P.B., yang sama-sama dibenci oleh Herodes dan pemimpin agama yang tak bertanggungjawab. Kalau ada yang mulai ragu, sangat tidak menguntungkan bagi kekristenan, bukan? Tapi itulah fakta. Dan Yesus, tak menegur atau menghardik Yohanes pembaptis, hanya berkata pada dua orang utusan itu: “go back and tell John, orang buta melihat, orang tuli mendengar, orang lumpuh berjalan, bahkan orang mati dibangkitkan”. Menandakan bahwa Yesus tak mau berdebat atau membela diri, hanya memaparkan fakta yang ada. Jadi saat orang (termasuk orang yang paling sayang, paling dekat dengan kita) mengeritik, mengejek, ragu terhadap kita, no attack and no defend. Statemen ini diucapkan oleh Oswald Smith, tokoh Kanada yang penting sekali, pendiri dari People’s Church of Toronto. Karena seruannya: “saya ingin seribu orang Kristen dari denominasi apapun di Toronto, yang sevisi dengan saya: memberitakan injil ke seluruh dunia mendirikan satu gereja bersama saya” banyak orang Kristen bergabung dengannya, bersama-sama berdoa, mempersembahkan uang, mengirim misionari. Dia sendiri, sampai usia sembilan puluh sekian tahun masih memimpin gereja yang berhasil mengirim tiga ratus enam puluh lebih missionari ke India, Asia, Eropa, Amerika Latin…. seluruh dunia. Karena uang gereja memang harus disalurkan, agar lebih banyak orang mengenal Yesus Kristus. Bukan justru menjadikan gereja sebagai tempat untuk mencari uang, seperti yang dilakukan pendeta-pendeta Karismatik. Memang apa yang Oswald Smith lakukan itu mengundang banyak kritikan, serangan, fitnahan, tapi dia mengatakan pada rekannya: “I want you to do two things: 1. no defend. 2. no attack. Yang penting, show the fact. Lambat-laun orang akan tahu apa yang kau lakukan. Saya kira, dia bijaksana luar biasa.
Dan waktu saya mendirikan GRII juga belajar, meski orang menentang, menyerang, menfitnah, menebar isu-isu seperti: Stephen Tong tak punya Roh Kudus, sangat arogan: menganggap hanya Reformed yang benar dan semua yang lain salah – saya tak membela diri, juga tak balik menyerang mereka. Cukup dengan memaparkan fakta: we are preaching the truth of God, never ask somebody to leave his church and join with me. Tuhan akan memimpin dombaNya datang. Yesus Kristus juga memberi kita teladan, mengatakan: tell him the truth… dan menambahkan dengan satu statemen: “berbahagialah orang yang tak terantuk olehKu”.
Jadi berdoalah pada Tuhan, pada waktu kau mengalami kesulitan, sakit-penyakit, kesusahan…, dan sepertinya Dia tak menolong, jangan ragu, jangan meninggalkanNya. Karena mungkin Dia sengaja menunda-nunda waktu guna menguji kesetiaan, konsistensi, kesabaranmu: sampai sejauh mana kau bersandar padaNya. Keluarga Marta, Maria dan Lazarus diuji oleh Tuhan, dan hasilnya? Tidak lulus: Marta marah pada Yesus: mengapa Dia tak juga datang? Dua hari setelah Lazarus mati, Yesus mengatakan: “temanKu tidur”. Aneh, bukankah dua hari lalu Dia mengatakan: penyakit itu tak akan membuat dia mati, mengapa saat dia sudah mati malah dikatakan tidur? Karena istilah “mati” di Alkitab punya tiga macam arti:
- Mati jasmani, saat fungsi organ tubuh seorang stop, dia tak dapat bernapas, melihat, mendengar, jantungnya tak berdetak.
- Istilah “mati” yang pertama di Alkitab: Kej. 2 “…. hari kau makan buah itu, kau pasti mati” — bukan kematian fisik. Karena setelah Adam makan buah itu, dia tetap hidup, bahkan mencapai usia sembilan ratus tiga puluh tahun. Jadi yang dimaksud di sana bukan kematian jasmani tapi kematian rohani.
- The second death; terpisah dari Allah Pencipta untuk selamanya.
Jadi maksud Yesus saat Dia mengatakan: “penyakit itu tak akan membawanya pada kematian” adalah: Lazarus sudah diselamatkan, dia tak perlu takut akan kematian jasmani. Karena mati jasmani itu hanyalah tidur. Apa bedanya tidur dengan mati? Orang yang tidur akan bangun. Tapi orang yang mati tak akan bangun. Jadi statemen Yesus: “kawanKu sedang tidur” mengindikasikan bahwa Lazarus akan bangun lagi. Maka Dia tak perlu untuk cepat-cepat ke sana, biar dia mati dulu baru dibangkitkan. Sebab bila seorang tak pernah mati, mana mungkin bangkit. Itu sebab kalau Yesus tak mati dan bangkit, mana mungkin membuktikan bahwa Dia punya kuasa mengalahkan kuasa maut?
Waktu anak-anak saya masih kecil, saat saya memindahkan buku-buku, pasti memberikan buku Encyclopedia yang berat pada anak pria saya, yang tubuhnya paling kuat, dan memberikan buku yang kecil, tipis pada anak bungsu saya. Mengapa? Sesuai dengan kemampuannya. Maka kalau Tuhan melihat rohanimu cukup baik, Dia akan memberimu kesulitan yang lebih besar. Pemikiran ini tak akan dimengerti oleh banyak orang yang dangkal imannya. Khususnya orang Karismatik, yang selalu berpikir: seorang pendeta harus mengendarai mobil Rolls-Royce. Kalau bisa malah seperti Benny Hinn, punya pesawat pribadi. Karena pendeta adalah pemimpin, harus yang paling kaya. Tapi dengarlah hai orang kaya: karena Tuhan tahu, rohanimu sangat lemah, kalau tak kaya pasti tak bisa hidup, maka Dia memberimu uang. Begitu juga wanita yang cantik, tahukah kau mengapa Tuhan memberimu paras yang cantik? Karena kalau tak cantik, kau akan bunuh diri. Bukan memberimu paras yang cantik, agar kau boleh sombong. Saya bukan sedang menghibur orang-orang yang parasnya jelek tapi ingin mengatakan padamu, kadang-kadang Tuhan mengizinkan kita menanggung beban yang amat berat, adalah karena Dia tahu , kita mampu. Dan ingat, sejarah selalu mencatat orang miskin yang sanggup menerobos kemiskinannya, jadi berkat bagi orang. Artinya: mereka lebih diingat ketimbang orang yang hanya sekedar kaya, tapi tak memberi sumbangsih apapun. Sejarah juga lebih mengingat akan orang-orang yang di dalam kesulitannya tetap dapat bersandar pada Tuhan, ketimbang mereka yang hidupnya lancar. Karena orang yang hidupnya lancar, tak punya sesuatu yang perlu dicatat, selalu sama: lancar; tak ada yang lain. Maka kalau ada kau bertemu dua orang lansia, yang sama-sama sudah berusia delapan puluh; sembilan puluh tahun dan saat kau minta mereka menceritakan riwayat hidupnya, yang seorang berkata: “aku pernah mengalami Perang Dunia Pertama, Perang Dunia kedua, pernah diculik orang Jepang, dijebloskan ke penjara sekian bulan, pernah mengalami ombak yang menakutkan di tengah laut, dan kapal yang kami tumpangi pecah, aku terdampar di sebuah pulau, hanya makan akar-akar selama sekian puluh hari, pernah digigit ular….” tentu kau akan mendengar kisahnya yang mendebarkan dengan mata terbelalak. Tapi saat seorang yang lain menceritakan riwayat hidupnya yang setiap hari sama: “bangun pagi, sikat gigi, makan pagi, makan siang dan makan malam” tentu kau tak merasa interes, bukan? Begitu juga saat Tuhan memandang hidupmu yang selalu lancar, tak ada sesuatu yang berarti, yang perlu dicatat. Tapi kalau hidupmu penuh dengan kesulitan, bahkan Tuhan sepertinya terus membiarkanmu sedih, bergumul…. sebenarnya Dia sedang mengamati your reaction: are you murmuring, critizicing here and there or give glory to Him with the thankful heart, wait patiently for His deliverance, show your faith and trust in Him, believe His promise, Dia akan berkata pada malaikat: “catatlah semua itu, jadikan dia teladan bagi orang di segala zaman, karena hidupnya patut diingat di dalam kekekalan. Itu sebab jangan bersungut-sungut. Dan waktu kau sakit, dapatkah kau mengatakan: Tuhan, aku bersyukur padaMu, karena Kau mengizinkanku menderita penyakit ini? Orang Karismatik tak akan dapat melakukannya, karena bagi mereka, penyakit, kesusahan…. berasal dari setan. Anak Tuhan semestinya kaya, lancar — ajaran manusia yang tak pernah ada di Alkitab.
Di bagian ini, Tuhan Yesus menunggu sampai Lazarus sudah mati empat hari baru datang. Apakah itu rencana Tuhan? Ya. Memang, ada kalanya Tuhan terlihat seperti kejam, tapi sebenarnya: tidak. Ada syair Chinese yang berjudul: qian zhi wen; the book of the thousand characters, yang sudah eksis sebelum zaman Kongfuzu. Di sana terdapat dua kalimat yang memberi pengaruh ribuan tahun dalam kebudayaan Chinese: zhi bu jiao fu zhi guo, jiao bu yan shi zhi duo; adalah dosa besar kalau seorang ayah hanya melahirkan tapi tak mendidik anaknya. Dan kalau seorang guru kurang disiplin dalam mendidik muridnya, dia adalah guru yang malas. Maka, kita mendirikan Sekolah Calvin bukan karena kebanyakan tempat atau ingin mencari duit. Sebab uang bangku di sana jauh lebih rendah dari sekolah lain. Dan kami mempersiapkan guru yang lebih ketat dari sekolah lain, mendidik mereka memahi akan Christian education is to build up the Christian personality, so they can be the light and the salt of the world. Jadi, guru yang kami butuhkan adalah guru yang mau berjuang bagi kemuliaan Tuhan, membentuk karakter murid dan dirinya juga siap jadi teladan murid-murid. Filsafat ini akan tetap kami pelihara. Paling sedikit selama saya hidup, tak akan membiarkan gerakan Reformed terombang-ambing oleh angin apapun. Yesus mendisiplin anak-anakNya, tak membiarkan mereka manja. Ada banyak ayah yang tak menyadari akan dosanya dalam hal tak mendidik anaknya dengan benar. Begitu juga ada banyak guru yang tak menyadari akan kemalasannya dalam mendisiplin murid-murid.
Kemarin, DR. Os Guiness mengatakan: “masyarakat butuh pemimpin yang berani”, semua orang mengaminkan. Dan sebenarnya, gereja, sekolah, universitas, kepemerintahan adalah sama: butuh pemimpin yang tegas, yang memberi teladan, giat bekerja, disiplin. We need leader, we do not need ruler. Leader is to lead, ruler is to rule. Saya menandaskan: Soekarno was a leader and Soeharto was a ruler, yang terus mementingkan kuasa. Dan siapapun yang berani mengeritik akan dia jebloskan ke penjara . Seperti penulis buku yang berjudul: Prima Dosa, yang karena menuliskan statemen: siapa yang melakukan dosa terbesar? Soeharto. Soeharto bukan introspeksi diri, malah mejebloskannya ke penjara. Pemimpin yang berani adalah pemimpin yang berani melawan kejahatan, berani jadi teladan, berani menanggung berat. The leader is to lead. To lead is not with your power, but with your example, sacrifice, self denior. Yesus membiarkan Lazarus mati dulu baru membangkitkan dia, agar nama Allah dipermuliakan. He used the same philoshophy to answer the question: why this man is bond blind: it is because of his sin or his parent’s sin? No. Yesus Kristus menolak either – or dan memperkenalkan neither – nor: his blindness cause the nama of God be glorified. The work of God might be manifested through his blindness. Apakah kau merasa Tuhan membiarkanmu sakit, miskin? Tak masalah. Karena mungkin melalui kesulitan, kemiskinan, sakit-penyakit… yang kau alami, nama Tuhan dipermuliakan, amin? Kiranya Tuhan menguatkan kita, jadi orang Kristen yang gagah-perkasa, bijaksana, beriman dan trust only in God.
Ringkasan Khotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong (27 Februari 2011)
(ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – EL)
Sumber : https://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/jakarta/MRI1120.pdf