Nats : Yoh.  11 : 1 – 16

Injil Yohanes adalah  kitab  injil terakhir, yang  Tuhan izinkan beredar di dunia. Ditulis sembilan puluh tahun setelah Yesus  inkarnasi, saat  ketiga  kitab  Injil  lain  telah  beredar di mana-mana tempat. Itu artinya,  meski  riwayat  Yesus sudah tertulis di tiga kitab  Injil, tapi masih ada hal-hal tentang hidup Yesus Kristus yang perlu  diketahui oleh orang Kristen dari zaman ke zaman.  Itu sebab  Yesus  sengaja  memanggil  Yohanes,  yang amat muda,  kelihatannya  tak  selevel  dengan murid-murid  lain. Tapi di kemudian hari terbukit, cara pandangNya  jauh melampaui sejarah: karena dua puluh tahun setelah Paulus, Petrus meninggal  dunia,  Gnosticism  mengerosi gereja,  belum lagi penganiayaan dari  pemerintah Romawi,  ajaran  agama lain  mengancam  ajaran  Kristen yang sudah tersebar di mana-mana tempat, masih ada  Yohanes,  murid Yesus yang  dapat berjuang, memerangi semua itu.  Dan  di masa tuanya,  dia  juga  mengingat kembali akan semua ajaran dan  pekerjaan  Yesus, dan menuliskannya  satu per satu dengan teliti. Kita  tak bisa membayangkan, betapa  besar  kerugian gereja, jika tak ada Injil  Yohanes.  Karena  dia menuliskan banyak hal yang tak  terdapat  di tiga kitab injil  sebelumnya.

Misalnya:  konsep inkarnasi yang jelas,  mujizat pertama yang Yesus lakukan, penyembuhan orang  yang  lumpuh tiga puluh delapan tahun, yang buta sejak lahir, bahkan  kebangkitan Lazarus,  Doa Yesus  pada Allah Bapa… dan semua  hal  yang  sangat penting  tentang Yesus. Termasuk  Yesus  beberapa  kali  menyembuhkan orang di hari Sabat. Itu memang merupakan  satu perkara  yang sangat menarik:  why Jesus  heals  people in  Sabbath, mengundang  krisis  yang  tak   mungkin diselesaikan,  sampai  Dia  harus  disalibkan? Apakah karena  Dia lupa,  lalai  atau sengaja?  Jawaban  saya:  Dia sengaja  melakukan  pekerjaan Allah  yang  tak  mungkin  dilakukan  oleh  manusia itu di hari Sabat.  Mengapa  orang Yahudi  tetap  beranggapan bahwa  Allah  tak  bekerja  di hari Sabat?  Karena  menurut  mereka,  setelah  enam hari  Allah  mencipta  segala  sesuatu,  di hari ketujuh, Dia  stop  dari  segala  pekerjaan  —tafsiran  harafiah.  Padahal,  Paulus sudah mengatakan dengan jelas, menafsirkan  Alkitab secara  harafiah  mematikan,  tapi  mengerti  makna rohani  yang  sungguh  menghidupkan.  Jika  Sabat  diartikan Allah  stop dari  segala  pekerjaan,  lalu siapa  yang  memelihara  ciptaanNya?  Jadi sebenarnya,  saat  Allah  stop mencipta,  saat  itu juga  Dia  mulai  menopang  ciptaanNya.  Itu sebab Yesus  mengatakan di Yoh.5:7  “My Father works until today, Me too”,  memberi  pengertian  baru, menerobos pengertian lama orang Yahudi,  bukan menekankan pada  harinya  Sabat.   Karena  “hari” hanyalah sesuatu yang berhubungan  dengan rotasi bintang, matahari, bulan dan bumi. Padahal makna Sabat jauh lebih penting:  perhentian, janji Tuhan  bagi orang  beriman.  Dan  untuk menggenapi janji  itulah,  Yesus  datang  ke  dunia, melepaskan kita dari belenggu dan hukuman dosa, agar kita dapat  menikmati  sabat;  istirahat  rohani yang  sejati. Maka  seruNya  di atas kayu salib: tetelestai;  it is accomplished  —  keselamatan sudah  Dia  genapkan, manusia  tak  perlu  jadi budak  dosa  lagi.

Tapi  faktanya:  kesembuhan yang  Yesus  lakukan  di  hari  Sabat  justru  orang Yahudi  jadikan  alasan  untuk membunuh Dia. Karena  menurut  Richard Niebuhr:  kalau  Yesus tak dibunuh,  kebudayaan  Yahudi  akan punah, dan mereka memilih untuk mengenyahkan Dia. Ay. 1,  Lazarus tinggal di  Betania.  Dimanakah letak Betania?  Di lereng bukit Zaitun.  Dimana terdapat  satu keluarga,  yang terdiri dari  tiga bersaudara: dua  orang  wanita: Marta, Maria  dan seorang  pria: Lazarus.  Kalau  Yesus  ke Yerusalem,   Dia  akan  lewat  di Betania  dan menginap di rumah mereka.  Maka Dia mengenal ketiganya  dengan  baik.  Alkitab  tak  pernah mencatat Lazarus  mengatakan  apa-apa.  Mungkin dia adalah seorang  introvert,  yang  tak  suka berkata-kata.  Bahkan  setelah  dia  bangkit  dari kematian  tetap  tak  mengatakan  apa-apa.  Berbeda dengan  Marta,  kakak  sulungnya  yang  talkative; banyak  bicara.  Apa  hobinya?  Memasak, menjamu tamu. Maka setiap kali Yesus ke rumah mereka,  dia  pasti  sibuk menyiapkan  makanan.

Dan    Maria,  kakaknya yang lain,  selalu memegang  setiap  kesempatan  mendengar  firman yang  dapat  mengubah  hidupnya,  membuat  dia  lebih   mengerti  kebenaran,  imannya  bertumbuh.  Maka  dia  selalu  duduk di dekat  Yesus,  mendengar pengajaranNya dengan seksama. Hari  itu,   terjadi  sesuatu di  keluarga  itu:  Lazarus jatuh sakit.  Mungkin  dia adalah  anak  muda yang manja atau  yang  agak lemah  tubuhnya.  Karena dia sakit, kedua kakaknya  mengirim  orang  memberitahu  Yesus,  yang  waktu  itu  berada  ditempat  yang  jauh  dengan  Betania:  “orang  yang kau  kasihi sakit”.  Bagaimana perasaan  dan reaksimu  saat orang  memberitahumu: “orang yang  kau  cintai  jatuh  sakit?  Tentu  kau  ingin cepat-cepat  menemui dia, bukan ?  Tapi Yesus, setelah mendengar  berita itu  mengatakan: “penyakit itu tak akan membuatnya mati”  dan memutuskan  untuk  tidak  menjenguk  dia. Kadang-kadang  kita  yang merasa diri  cinta Tuhan,  giat  melayani,  tapi  waktu  kita  sakit,  tak ada  orang  yang  peduli  atau  melawat  kita. Pendeta-pun  tidak.  Karena  memang  ada  banyak orang  yang hanya  mau  dilayani  –  tapi  tak mau melayani,  hanya  ingin diperhatikan  –  tapi tak mau memberi perhatian  pada  orang lain.  Bahkan masih  mengeritik  Pendeta:  tak  pernah mengunjunginya tanpa  mengintrospeksi diri: sebenarnya  siapa yang lebih banyak melayani: dia atau orang yang dia kritik?

Saat  Yesus  mengambil keputusan  untuk  tidak mengunjungi  Lazarus,  Dia berkata: penyakit  itu  tak akan   membawanya pada kematian.  Tapi  faktanya:  Lazarus mati.  Jadi, apakah Yesus  berbohong  atau  memang  sengaja mengulur-ngulur  waktu?  Saya  percaya,  Yesus  memang  sengaja  tak  segera ke sana.  Itulah yang sering kali membuat  kita  berpikir:  when I am so bad in need,  where are You, God, why You do not  come to  help me?  Mengapa sepertinya Kau begitu apatis, tak peduli akan penderitaan anak-anakMu, bahkan  terkesan  sengaja menunda-nunda;  tak segera  menolong?  Itu lah  pemikiran  yang  sering membuat  kita  gelisah,  ragu  terhadap  Tuhan.  Tapi sesungguhnya,  masa  krisis  adalah  masa  yang sangat  penting  dalam  membentuk  rohani  kita. Karena  God,  Who created time  is  transcend time, Dia  memandang  segalanya  secara  menyeluruh, bukan  hanya  dalam  satu kurun  waktu  yang singkat.  Berbeda  dengan  kita  yang  terkurung dalam  waktu,  tak  dapat  melihat  rencana  Allah yang  kekal  secara  menyeluruh.  Maka  saat iman seorang  bertambah  –  kekuatirannya  berkurang. Sebaliknya,  saat  kekuatirannya  bertambah  -imannya berkurang.

Mengapa  Yesus  tak  segera  menyembuhkan Lazarus?  Saat kau sakit, tentu  berharap  tangan Tuhan  langsung  menyembuhkan.  Saat kau menemui  kesulitan,  tentu  menginginkan  Dia langsung memberikan  solusi,  bukan?  Tapi  tidak demikian  dengan  Tuhan  kita, kadang-kadang  Dia membiarkan kita  melewati  lembah bayang-bayang maut,  bahkan  bertahun-tahun  sampai  kau merasa  hidupmu  tak berarti.  Ingatlah  akan statemen  Socrates:  “an  unexamine life is not worth living”.  Karena  memang,  hidup  manusia jauh  lebih  sulit  dari  binatang.  Setelah  binatang lahir,  hanya  beberapa  jam  dia  sudah  bisa  jalan bahkan lari. Tapi manusia, perlu menunggu + dua  belas bulan  baru  bisa  jalan.  Itulah  pengaturan  Tuhan:  hidup yang  makin tinggi  makin  punya banyak  kesulitan.  Maka  semakin tinggi jabatanmu  semakin  berat juga beban  yang  harus kau pikul.  Saat di keluarga  Marta,  Maria dan Lazarus yang  Tuhan cinta itu  ada yang jatuh sakit, Tuhan  seperti  tak  peduli.  Mereka  mulai  gelisah: mengapa  Yesus  tak  juga  datang?  —  mulai  tak bisa  terima  dan  Marta  yang  punya fasih-lidah  mulai  mengomel.  Padahal  seharusnya,  orang menggunakan  bakatnya  dengan  sikap  yang positif:  orang  yang  pandai bicara, katakanlah hal-hal yang positif.  Dengan  begitu, barulah hidupmu jadi  berarti.  Maka  kalau  kau  pandai  bicara, jangan   kau gunakan  untuk  mengomel  atau menghina  orang.  Kalau  kau sehat,  jangan gunakan  untuk  berzinah, berjudi.  Karena  Tuhan akan  menuntut  pertanggungjawaban  atas  semua anugerah  yang  Dia beri.  Man is the only  creted  being with the  responsibility  to  react to God.  So man is not what he thinks,  what he behaves  or what he feels, man is what he reacts before God. Karena  eksistansi  kita  bukan  absolut  tapi  relatif; berhadapan  dengan  Tuhan,  maka  your  reaction before God  will  be accountable and  be  the basis that God used to  evaluate  your value in eternity.

Jadi, kalau Tuhan memberi kita banyak uang, Dia juga  akan  menghakimi  bagaimana  kita menggunakannya:  apakah  kau  memakainya untuk  kemuliaanNya,  menolong  sesama  atau memuliakan  diri  sendiri?  Jadi  berbahagialah orang  yang  berespon  dengan  benar  atas  anugerah yang  dia  terima  dari  Tuhan.  Maria  adalah  orang yang  suka  mendengar  firman Tuhan, semakin banyak  dia  mendengar,  semakin  mengerti, semakin  beriman  dan semakin  tak  berani sembarangan  buka mulut.  Sementara  Marta  yang diberi  bakat  memasak,  fasih lidah, kesehatan, uang  itu  meski  melayani  dengan  baik,  tapi  suka mengomel.  Banyak  majelis  dan  orang Kristen juga  seperti  itu:  sambil  melayani  sambil mengomel, berselisih,  merendahkan  orang.

Mereka  adalah  orang-orang  yang  menerima anugerah,  tapi  responnya di  hadapan  Tuhan  tidak benar.  Yesus Kristus  tidak segera  datang, membiarkan Lazarus sakit  bahkan  mati.  Apakah Tuhan  memang  menginginkan  orang  yang  Dia  cintai  itu  mati?  Bukankah kalau  Tuhan  mau, Dia  cukup  mengatakan  satu  kalimat,  maka penyakitnya  akan  sembuh,  mengapa  Dia berlaku begitu  tega,  apatis?  Karena  Dia  ingin   melihat reaksimu.  Sifat  Tuhan  yang  satu  ini  dicatat  berkali-kali  di  Alkitab.  Misalnya, saat  Yohanes pembaptis di penjara,  Yesus Kristus  tetap mengabarkan injil, mengusir setan, menyembuhkan  orang  sakit,  bagai  tak peduli akan  penderitaan  Yohanes.  Sampai-sampai Yohanes mengutus dua orang muridnya menemui Yesus  dan  bertanya:  Kaukah  Mesias  yang  kami nantikan?  Menandakan iman  dari  rekan  Yesus yang  paling  dekat  itu  goncang;  mulai  ragu terhadap  Yesus.  Bukankah  mereka  berdua adalah  pelopor  P.B.,  yang  sama-sama  dibenci oleh  Herodes  dan  pemimpin  agama  yang  tak bertanggungjawab.  Kalau  ada  yang  mulai  ragu, sangat  tidak  menguntungkan  bagi  kekristenan, bukan?  Tapi  itulah  fakta.  Dan  Yesus,   tak menegur  atau  menghardik  Yohanes  pembaptis, hanya  berkata  pada  dua  orang  utusan  itu:  “go back and tell John,  orang  buta melihat,  orang  tuli mendengar, orang  lumpuh berjalan, bahkan orang mati  dibangkitkan”.  Menandakan  bahwa  Yesus tak mau berdebat  atau  membela  diri,  hanya memaparkan  fakta  yang  ada.  Jadi  saat  orang (termasuk orang yang paling sayang, paling dekat dengan kita) mengeritik, mengejek, ragu terhadap kita,  no attack and no defend.  Statemen  ini  diucapkan  oleh  Oswald Smith,  tokoh  Kanada yang penting sekali, pendiri dari  People’s Church of Toronto.  Karena  seruannya:  “saya  ingin   seribu orang  Kristen  dari  denominasi apapun  di Toronto, yang  sevisi  dengan  saya:  memberitakan injil  ke seluruh  dunia  mendirikan  satu  gereja  bersama saya”  banyak  orang  Kristen  bergabung  dengannya,  bersama-sama  berdoa, mempersembahkan  uang, mengirim misionari. Dia  sendiri,  sampai  usia sembilan puluh  sekian tahun  masih  memimpin  gereja  yang  berhasil mengirim  tiga ratus enam puluh lebih  missionari ke India, Asia, Eropa, Amerika Latin….  seluruh dunia.  Karena  uang  gereja  memang  harus disalurkan, agar  lebih  banyak  orang  mengenal Yesus Kristus.  Bukan  justru  menjadikan  gereja sebagai  tempat  untuk  mencari  uang,  seperti  yang dilakukan  pendeta-pendeta  Karismatik.  Memang apa  yang  Oswald Smith  lakukan  itu mengundang  banyak  kritikan,  serangan,  fitnahan,  tapi  dia  mengatakan  pada  rekannya:  “I want you to do two things:  1.  no defend.  2.  no attack.  Yang penting,  show the fact.  Lambat-laun  orang  akan tahu  apa  yang kau lakukan.  Saya  kira,  dia  bijaksana  luar biasa.

Dan waktu  saya  mendirikan  GRII  juga  belajar, meski  orang  menentang, menyerang, menfitnah,  menebar  isu-isu  seperti: Stephen Tong tak punya  Roh Kudus,  sangat arogan: menganggap hanya Reformed yang benar dan  semua  yang  lain salah  –  saya  tak  membela  diri, juga  tak  balik  menyerang  mereka.  Cukup dengan  memaparkan fakta: we are preaching the truth of God, never ask somebody to leave his church  and join  with me.  Tuhan  akan  memimpin dombaNya  datang.  Yesus Kristus  juga memberi kita  teladan,  mengatakan:  tell him the  truth…  dan  menambahkan  dengan  satu  statemen:  “berbahagialah  orang  yang  tak  terantuk  olehKu”.

Jadi  berdoalah  pada  Tuhan,  pada waktu  kau mengalami  kesulitan, sakit-penyakit,  kesusahan…,  dan  sepertinya  Dia  tak  menolong,  jangan  ragu,  jangan  meninggalkanNya.  Karena  mungkin Dia  sengaja menunda-nunda  waktu  guna  menguji kesetiaan,  konsistensi,  kesabaranmu:  sampai  sejauh mana kau  bersandar  padaNya.  Keluarga  Marta, Maria dan Lazarus diuji  oleh  Tuhan,  dan  hasilnya?  Tidak  lulus:  Marta marah  pada Yesus: mengapa Dia tak juga datang? Dua  hari  setelah  Lazarus mati,  Yesus mengatakan: “temanKu tidur”.  Aneh, bukankah  dua hari lalu Dia mengatakan: penyakit  itu  tak akan membuat dia  mati, mengapa saat dia  sudah mati malah dikatakan tidur? Karena istilah “mati”  di  Alkitab  punya  tiga   macam  arti:

  1. Mati  jasmani,  saat fungsi organ tubuh seorang stop, dia tak  dapat  bernapas,  melihat,  mendengar,  jantungnya tak  berdetak.
  2. Istilah “mati”  yang pertama  di  Alkitab:  Kej. 2  “…. hari  kau  makan buah itu, kau pasti mati” — bukan kematian fisik.  Karena  setelah  Adam  makan buah itu, dia  tetap  hidup, bahkan mencapai usia  sembilan ratus tiga  puluh tahun.  Jadi  yang  dimaksud di sana  bukan kematian jasmani  tapi  kematian  rohani.
  3. The  second death; terpisah  dari  Allah  Pencipta untuk selamanya.

Jadi  maksud  Yesus  saat Dia mengatakan:  “penyakit itu  tak  akan membawanya  pada  kematian” adalah:  Lazarus  sudah  diselamatkan,  dia tak  perlu  takut  akan kematian  jasmani.  Karena  mati jasmani itu hanyalah  tidur.  Apa  bedanya  tidur  dengan  mati? Orang yang tidur  akan  bangun.  Tapi orang yang mati  tak  akan  bangun.  Jadi  statemen  Yesus: “kawanKu sedang  tidur” mengindikasikan bahwa Lazarus  akan  bangun  lagi.  Maka Dia  tak  perlu untuk cepat-cepat ke sana, biar dia mati dulu  baru dibangkitkan.  Sebab  bila seorang  tak  pernah mati,  mana mungkin  bangkit.  Itu sebab  kalau Yesus  tak  mati  dan  bangkit,  mana  mungkin membuktikan  bahwa  Dia  punya  kuasa mengalahkan kuasa maut?

Waktu anak-anak saya masih kecil, saat saya memindahkan buku-buku, pasti  memberikan buku Encyclopedia  yang  berat pada anak pria saya,  yang  tubuhnya  paling  kuat, dan memberikan buku yang  kecil, tipis pada anak bungsu saya.  Mengapa?  Sesuai  dengan kemampuannya. Maka kalau  Tuhan  melihat rohanimu  cukup  baik,  Dia  akan  memberimu kesulitan yang  lebih besar. Pemikiran ini tak akan  dimengerti  oleh  banyak  orang  yang  dangkal  imannya.  Khususnya  orang  Karismatik,  yang selalu  berpikir:  seorang pendeta  harus mengendarai mobil  Rolls-Royce.  Kalau  bisa malah  seperti  Benny Hinn, punya pesawat  pribadi.  Karena  pendeta  adalah  pemimpin,  harus yang paling  kaya. Tapi dengarlah hai orang kaya: karena Tuhan tahu, rohanimu sangat lemah, kalau tak kaya  pasti  tak  bisa  hidup,  maka  Dia  memberimu  uang.  Begitu  juga wanita  yang cantik,  tahukah kau  mengapa  Tuhan  memberimu  paras  yang  cantik?  Karena  kalau  tak  cantik, kau  akan  bunuh  diri.  Bukan  memberimu paras yang  cantik,  agar kau  boleh  sombong.  Saya  bukan sedang  menghibur  orang-orang  yang  parasnya  jelek  tapi  ingin mengatakan  padamu,  kadang-kadang  Tuhan  mengizinkan kita menanggung beban  yang  amat  berat,  adalah  karena  Dia  tahu ,  kita mampu.  Dan  ingat,  sejarah  selalu  mencatat orang  miskin  yang  sanggup  menerobos kemiskinannya,  jadi  berkat  bagi  orang.  Artinya:  mereka  lebih   diingat  ketimbang  orang  yang hanya  sekedar  kaya,  tapi  tak  memberi sumbangsih  apapun.  Sejarah  juga  lebih  mengingat akan  orang-orang  yang  di  dalam kesulitannya  tetap  dapat  bersandar  pada  Tuhan, ketimbang mereka  yang  hidupnya lancar. Karena orang  yang  hidupnya  lancar, tak  punya  sesuatu yang  perlu  dicatat, selalu  sama:  lancar;  tak  ada  yang lain.  Maka kalau  ada  kau bertemu  dua  orang lansia,  yang  sama-sama  sudah  berusia  delapan puluh;  sembilan puluh tahun  dan saat  kau minta  mereka  menceritakan riwayat  hidupnya,  yang  seorang  berkata:  “aku  pernah mengalami  Perang Dunia  Pertama, Perang  Dunia kedua,  pernah  diculik  orang  Jepang,  dijebloskan  ke  penjara sekian bulan,  pernah  mengalami ombak  yang  menakutkan  di  tengah  laut,  dan  kapal  yang  kami  tumpangi pecah,  aku  terdampar di sebuah pulau,  hanya  makan akar-akar  selama sekian  puluh  hari,  pernah  digigit ular….”  tentu kau akan  mendengar kisahnya yang  mendebarkan  dengan  mata terbelalak.  Tapi saat seorang  yang lain  menceritakan  riwayat  hidupnya  yang  setiap  hari sama:  “bangun pagi, sikat gigi,  makan pagi,  makan siang  dan  makan malam”  tentu kau tak  merasa interes, bukan? Begitu juga saat  Tuhan memandang hidupmu  yang  selalu  lancar, tak ada  sesuatu  yang  berarti,  yang  perlu  dicatat.  Tapi kalau  hidupmu penuh dengan  kesulitan,  bahkan  Tuhan  sepertinya terus  membiarkanmu  sedih, bergumul….  sebenarnya  Dia  sedang  mengamati  your reactionare you murmuring, critizicing  here and there or  give glory to  Him  with  the thankful heart, wait patiently for  His deliverance, show your faith and trust in  Him, believe  His promise,  Dia akan berkata pada  malaikat: “catatlah  semua  itu,  jadikan dia  teladan  bagi orang di  segala  zaman,  karena hidupnya patut  diingat di  dalam  kekekalan.  Itu sebab  jangan  bersungut-sungut.  Dan waktu kau sakit, dapatkah  kau mengatakan:  Tuhan,  aku  bersyukur  padaMu,  karena  Kau  mengizinkanku menderita  penyakit ini?  Orang  Karismatik tak  akan dapat melakukannya,  karena  bagi  mereka,  penyakit, kesusahan….  berasal  dari  setan.  Anak  Tuhan semestinya kaya, lancar  —  ajaran  manusia yang  tak pernah ada di Alkitab.

Di bagian ini,  Tuhan  Yesus  menunggu  sampai Lazarus sudah mati  empat  hari  baru  datang. Apakah  itu  rencana  Tuhan?  Ya.  Memang, ada kalanya  Tuhan  terlihat  seperti  kejam, tapi sebenarnya: tidak.  Ada  syair  Chinese  yang berjudul:  qian zhi wen;  the book of the thousand  characters,  yang  sudah  eksis  sebelum  zaman Kongfuzu.  Di sana  terdapat  dua  kalimat  yang memberi  pengaruh  ribuan tahun  dalam kebudayaan  Chinese:    zhi bu jiao fu zhi guo, jiao  bu yan shi zhi duo;  adalah  dosa  besar  kalau seorang  ayah hanya melahirkan tapi  tak mendidik anaknya.  Dan kalau seorang  guru kurang disiplin dalam  mendidik  muridnya, dia  adalah  guru  yang malas.  Maka, kita  mendirikan Sekolah  Calvin bukan  karena  kebanyakan  tempat  atau  ingin  mencari  duit. Sebab  uang bangku  di sana  jauh  lebih   rendah  dari  sekolah lain.  Dan  kami mempersiapkan guru  yang  lebih  ketat  dari sekolah lain,  mendidik  mereka  memahi  akan Christian education  is  to build up the Christian  personality, so they can be  the light and the salt  of the world.  Jadi,  guru yang kami butuhkan  adalah  guru  yang  mau  berjuang  bagi  kemuliaan Tuhan, membentuk karakter  murid  dan  dirinya juga siap  jadi  teladan  murid-murid.  Filsafat ini  akan tetap kami pelihara.  Paling  sedikit  selama saya  hidup,  tak  akan  membiarkan  gerakan Reformed terombang-ambing oleh angin apapun. Yesus  mendisiplin  anak-anakNya, tak membiarkan  mereka  manja.  Ada  banyak  ayah yang  tak  menyadari  akan  dosanya  dalam hal tak mendidik anaknya dengan  benar. Begitu  juga ada banyak  guru  yang  tak  menyadari  akan  kemalasannya  dalam mendisiplin  murid-murid.

Kemarin,  DR. Os Guiness  mengatakan: “masyarakat  butuh  pemimpin  yang  berani”, semua  orang  mengaminkan.  Dan  sebenarnya,  gereja,  sekolah, universitas,  kepemerintahan adalah  sama:  butuh  pemimpin  yang  tegas,  yang memberi  teladan,  giat  bekerja, disiplin.  We  need  leader, we do not need ruler.  Leader is to lead,  ruler is to rule.  Saya  menandaskan:  Soekarno  was  a leader and Soeharto was a ruler,  yang terus  mementingkan  kuasa.  Dan  siapapun  yang  berani  mengeritik akan  dia  jebloskan ke penjara . Seperti  penulis  buku  yang  berjudul: Prima  Dosa, yang  karena  menuliskan  statemen: siapa yang  melakukan  dosa  terbesar?  Soeharto.  Soeharto  bukan introspeksi diri,  malah mejebloskannya ke  penjara. Pemimpin  yang  berani  adalah pemimpin  yang  berani  melawan kejahatan,  berani  jadi teladan,  berani  menanggung berat.  The leader is  to lead.  To lead is not with your power,  but  with  your example, sacrifice, self denior. Yesus  membiarkan Lazarus mati dulu  baru  membangkitkan  dia, agar  nama  Allah dipermuliakan.  He used the same philoshophy  to  answer the question: why this man is bond blind: it is because of his sin  or his parent’s sin?  No. Yesus Kristus  menolak  either  –  or  dan  memperkenalkan  neither  –  norhis  blindness cause  the nama of  God be glorified. The work of  God  might  be  manifested through  his  blindness.  Apakah  kau  merasa  Tuhan  membiarkanmu  sakit,  miskin?  Tak masalah.  Karena  mungkin  melalui kesulitan,  kemiskinan,  sakit-penyakit…  yang  kau  alami, nama Tuhan dipermuliakan, amin?  Kiranya  Tuhan  menguatkan  kita,  jadi  orang Kristen  yang  gagah-perkasa,  bijaksana,  beriman dan trust only in God.

Ringkasan Khotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong (27 Februari 2011)

(ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – EL)

Sumber : https://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/jakarta/MRI1120.pdf