Suka Cita Dan Kesenangan

Bersukacitalah senantiasa, berdoalah dengan tiada henti dan bersyukurlah dalam segala hal. Inilah kehendak Allah  yang ditetapkan bagi setiap kita di dalam Kristus. Karena bersukacita adalah kehendak Allah, maka kita harus bersukacita senantiasa. Siapa yang tidak suka bersukacita? Orang Kristen harus bisa membedakan sukacita dengan bersenang-senang.

Bersenang-senang bukan bersukacita, dan bersukacita bukan bersenang-senang. Berdansa itu menyenangkan, berjudi itu menyenangkan, melacur itu menyenangkan, mendapatkan uang yang banyak itu menyenangkan. Mendapatkan apa yang kita inginkan itu menyenangkan, tetapi itu bukan bersukacita seperti yang dinyatakan di dalam Alkitab. Setiap orang boleh mempunyai kegemaran tertentu, boleh mempunyai kesenangan tertentu. Itu tidak salah. Tetapi jika kesenangan atau kegemaran itu sudah dicampuri dengan cara yang salah, itu menjadi dosa. Dan pada saat kita bersenang-senang di dalam dosa, maka kita tidak  melakukan kehendak Allah. Yang Alkitab inginkan adalah supaya kita bersukacita menurut kehendak Allah, seperti yang ditetapkan bagi kita di dalam Kristus Yesus. Itu berarti ada batasan di dalam kita mengerti sukacita yang Alkitab inginkan. Ada ikatan yang tidak boleh kita lewati. Jika kita mendapatkan banyak uang dan kita senang sekali, tetapi uang itu didapat dari penipuan, maka kita tidak mungkin mengalami sukacita. Semua tipuan hanya akan membawa lebih banyak dosa dan racun yang akan menghilangkan sukacita sejati dalam hidupmu dan keluargamu. Kekayaan yang diterima melalui kejahatan akan menjadi pisau yang saling membunuh di antara anak-anakmu setelah kamu meninggal.

Jikalau kita bersenang-senang tetapi tidak bersukacita, maka kita tidak berbeda dari orang dunia. Jikalau kita bersukacita menurut kehendak Tuhan, maka kualitas sukacita kita sangatlah berbeda dari kesenangan orang dunia. Inilah yang perlu kita pelajari dan alami dalam kehidupan kita. Sukacita merupakan suatu emosi kesukaan yang sudah dikuduskan oleh Tuhan. Sukacita Kristen adalah sukacita yang kudus (The Sanctified Happiness). Alkitab menyerukan:”Bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan : Bersukacitalah. Istilah rejoice berbeda dari istilah happiness. Ini berbeda dari istilah “Bersenang-senang.” Di dunia ada om senang, ada tante girang, tetapi hanya ada satu sukacita, yaitu : sukacita dari orang Kristen sejati.

Sukacita Yang Berbeda Dari Dunia

Sukacita orang Kristen adalah sukacita yang sama sekali berbeda. Paulus menulis satu surat yang disebut sebagai : Kitab Sukacita, karena di dalamnya ada begitu banyak ungkapan tentang sukacita. Surat ini adalah Surat Filipi. Mengapa Surat Filipi ini bisa menjadi surat yang penuh sukacita padahal surat ini ditulis ketika Paulus sedang berada di dalam penjara. Aneh? Tidak! Sukacita sejati yang dikuduskan oleh Tuhan terjadi tanpa bisa dipengaruhi oleh lingkungan. Paulus banyak mendirikan gereja, dan penegakan gereja itu  telah mengakibatkan Paulus harus masuk penjara. Ketika Paulus menulis Surat Filipi, dia menulisnya dari dalam penjara. Bahkan ketika dia mulai memberitakan Injil dan mendirikan gereja Filipi, dia pun harus masuk penjara di kota Filipi. Jadi istilah “Filipi” tidaklah terlepas dari konotasi “Penjara”.

Gereja Filipi merupakan gereja yang pertama kali didirikan di Eropa. Gereja yang pertama di Eropa bukan di Jerman atau Inggris, melainkan di jazirah Balkan, yaitu di kota Filipi. Ini merupakan gereja yang pertama kali didirikan oleh Paulus ketika dia mulai menerobos ke Eropa karena panggilan Makedonia.

Suatu malam, ketika Paulus masih berada di daerah Asia Kecil, dia bermimpi melihat seseorang di seberang lautan, di daerah Makedonia, yang melambai-lambaikan tangan dan meminta Paulus menyeberang ke sana untuk menolong mereka. Ketika dia bangun dia segera berangkat menyeberang ke benua yang lain, yaitu benua Eropa. Sesampainya di sana, dia terkejut melihat kehidupan masyarakat di sana. Ketika dia mengumpulkan orang dia melihat bahwa orang-orang disana adalah penyembah dewa-dewa, penyembah berhala yang kuat sekali. Mereka menyembah dewa Zeus, Athena, Artemis, dan lain-lain. Patung-patung dewa itu dijual dikuil-kuil dan di pasar-pasar. Meskipun demikian, ternyata di situ ada umat pilihan Tuhan, yang kemudian bertobat setelah mendengarkan Firman Tuhan. Diantara mereka yang bertobat, ada seorang perempuan penjual kain ungu yang bernama Lidia (Kisah 16 : 14).

Di Filipi Paulus berkhotbah dan memberitakan Injil dengan berani. Namun pada malam harinya, orang-orang Filipi yang tidak suka dengan tindakan Paulus mengadukan dia ke pengadilan dan Paulus ditangkap, lalu dipenjarakan. Inilah penginjilan pertama di kota Filipi, dan penginjilan ini telah membentur kultur (Kebudayaan) setempat, membentur kepercayaan yang mereka anut selama ini. Paulus dianggap sebagai pengacau. Itu karena setelah dia memberitakan tentang Tuhan Yesus, dia mengajar mereka untuk tidak berbakti kepada berhala dan tidak lagi pergi ke kuil-kuil penyembahan mereka. Maka pengajaran Paulus menjadi serangan yang merugikan para pedagang patung dan juga pengelola kuil-kuil.

Di mana penginjilan sejati dilakukan, itu akan mengganggu kelompok tertentu. Jangan kita berharap bahwa ketika kita menginjili, maka orang-orang akan menyambut kita dengan gembira karena ada berita Injil. Tidak demikian fakta yang akan kita alami. Kalau kita memberitakan Injil dengan sungguh, pasti ada orang yang terganggu, karena setelah ekonominya mulai merosot mereka akan bersatu untuk menghancurkan kita. Itulah penginjilan sejati.

Saat ini, penginjilan-penginjilan yang dilakukan oleh gerakan karismatik justru berpola sebaliknya. Penginjilan membuat semua orang senang, membuat merasa untung. Berita yang mereka sampaikan adalah Tuhan akan memberkati siapa saja, dan semua orang akan menjadi senang. Ini bukan ajaran Firman Tuhan. Jika kita betul-betul menjalankan Firman Tuhan, mungkin perdagangan kita akan berkurang dan merosot, karena banyak hal yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.

Pada saat Paulus di penjara, dia mengalami banyak penderitaan, didera dan dijebloskan ke sel yang paling dalam. namun dia tetap memberitakan Injil kepada orang-orang dipenjara, termasuk kepada kepala penjara. Dia menyampaikan undangan Injil kepada kepala penjara itu:”Percayalah kepada Tuhan yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu” (Kis 16 : 31). Kota Filipi merupakan kota yang menuntut pengorbanan Paulus yang sangat berat baru setelah itu Injil berkembang di kota itu. Inilah pertama kali Paulus memberitakan Injil lalu dianiaya dan dipenjarakan. Dia mengerti bahwa inilah arti memberitakan Injil lalu dianiaya dan dipenjarakan. Dia mengerti bahwa inilah arti memberitakan Injil, menjalankan kehendak Allah. Mimpi yang Tuhan berikan kepada Paulus dalam bentuk panggilan Makedonia itu langsung membawa Paulus ke penjara dan penganiayaan. Inilah menaati kehendak Allah. Inilah pimpinan Tuhan.

Banyak orang berfikir kalau ada “suara Makedonia” maka semua akan menjadi lancar, enak, dan sukses secara duniawi. Tidak demikian. Orang yang menyerahkan diri untuk menjawab panggilan Tuhan, menggenapi pimpinan Tuhan dan memberitakan Injil, harus rela mengalami penganiayaan dan penyiksaan. Semua murid sekolah theologi harus belajar hal ini. Kalau kamu mau melayani Tuhan, kamu harus belajar untuk rela dipenjarakan karena Injil. Belajar untuk berani mengalami penganiayaan, bahkan dibunuh. Itulah penganiayaan dengan motivasi yang sungguh-sungguh murni.

Saya rasa sekarang ini banyak sekolah theologi yang memiliki dosen-dosen theologi dan juga meluluskan mahasiswa-mahasiswa theologi pengecut dan takut menderita, Mereka yang seperti ini bahkan tidak mau mengikuti kebaktian doa. Maunya hanya mengajar dan berkhotbah dan hidup mewah. Bagaimana orang-orang seperti ini bisa siap untuk menghadapi penganiayaan? Bagaimana orang-orang seperti ini bisa menjalankan kehendak Tuhan seperti yang dikatakan oleh Alkitab? Paulus harus berulang kali masuk penjara karena memberitakan Injil.

A. Internal Vs Eksternal

Di dalam penjara di Roma, Paulus menulis surat untuk jemaat di Filipi ini. Isi suratnya penuh dengan berita suka cita. Dia mengajak pembacanya untuk bersukacita dan mengerti sukacita yang benar. Inilah emosi yang suci. Sukacita  yang dikuduskan berbeda dengan senang-senang secara duniawi. Emosi yang dikuduskan adalah emosi yang mengetahui bahwa jiwa yang dipenuhi dengan pengharapan tidak dipengaruhi oleh lingkungan dan penindasan yang kita alami.

Dalam bahasa Ibrani terdapat lebih dari 13 istilah yang dipakai untuk melukiskan tentang sukacita, dan di dalam bahasa Yunani ada lebih dari 7 istilah yang dipakai untuk menggambarkan tentang sukacita. Di dalam bahasa Indonesia kita juga menemukan beberapa istilah seperti sukaria, gembira, senang, sukacita, dll. Ini adalah aspek bahagia. tetapi apa yang Alkitab katakan sebagai “sukacita” berbeda dari konsep kesenangan duniawi. Kebahagian bukanlah kesukacitaan duniawi. Sukacita yang sesungguhnya adalah sukacita yang berasal dari dalam.

Manusia memerlukan parfum, tetapi bunga yang harum tidak membutuhkan farfum, karena bunga itu menghasilkan parfum dari dalam dirinya sendiri. tubuh kita mengeluarkan keringat yang berbau kurang sedap, sementara bunga memancarkan harum yang begitu menyegarkan terus menerus. manusia bukan bunga dan bunga bukan manusia. Inilah perbedaan antara senang-senang dengan sukacita. “senang-senang” itu seperti tubuh yang diberi minyak wangi, sehingga kalau lupa diberi, akan keluar bau aslinya. Sukacita tidaklah demikian. Itu bagaikan bunga yang terus mengeluarkan keharumannya. Semakin dihancurkan atau diperas semakin mengeluarkan keharumannya, karena keharumannya itu berasal dari dalam. Keharuman itu tidak perlu dituang dari luar, karena merupakan produksi sendiri dari dalam, yang senantiasa memancar keluar. Inilah sukacita yang kudus.

Orang Kristen mempunyai sukacita yang suci, dan itu bagaikan keharuman yang memancar keluar dari dalam dirinya. Seperti yang dikatakan Paulus, “aku mengeluarkan bau harum iman, bau haru ke Kristenan” (2 Kor  2: 15-16). Keharuman itu berada di dalam Kristus, yang mengakibatkan orang mati atau orang hidup. Keharuman Kristus bisa menghidupkan ataupun mematikan seseorang, itulah sukacita suci di dalam kristus, karena bersumber dari dalam. Pada saat angin bertiup, tidak perlu takut harumnya hilang, justru akan semakin tersebar kemana-mana. ketika angin bertiup keras, bunga-bunga di padang justru memancarkan keharuman kesekelilingnya, dan mereka sendiri tidak akan pernah ketakutan kehabisan bau harum mereka. “Silahkan tiupkan anginmu menerpaku, maka engkau akan menyebarkan harumku ke tempat lain.” Itulah sukacita.

B. Kekal vs Sementara

Sukacita suci bersifat kekal, sementara senang-senang itu bersifat sementara. Sukacita suci akan terus menerus diingat dan akan terus menerus menghibur orang percaya. Bahkan setelah bumi ini tamat riwayatnya, bahkan setelah sejarah tutup usia dan proses waktu berhenti, sukacita itu akan terus berlanjut ke dalam kekkekalan. Bersykurlah jika kita boleh menikmati sukacita seperti ini. Sebelumnya kita telah membicarakan tentang “penyesalan yang tidak mendatangkan penyesalan” (unregretable regret). Misalnya, di sorga nanti kita tidak akan pernah menyesal bahwa kita pernah bertobat. Pertobatan adalah penyesalan akan dosa yang telah kita lakukan. Menyesali dosa, bertobat, akan membawa kita kepada kondisi “tidak akan pernah menyesal” lagi. Kini kita berbicara tentang sukacita yang tiada henti, sampai pada kekekalan. Mengapa? Karena sukacita ini terkait pada dan mengandung  kehendak Allah yang kekal, yang kita tambahkan  ke dalam emosi kita di dalam kesementaraan, sehingga emosi kita boleh dikuduskan. Dengan demikian, di dalam kehidupan kita yang sementara ini, ada suatu isi emosi yang bersifat kekekalan.

Orang yang bersukacita tidak tentu harus kaya, dan sebaliknya, orang kaya tidak tentu bersukacita. Orang yang bersukacita tidak tentu harus lancar, dan sebalinya, orang yang hidupnya senantiasa lancar tidak tentu sukacita. Jika kamu mempunyai kekayaan yang berlimpah dan hidup yang lancar, tetapi ada dosa di dalam hatimu, maka sambil kamu menikmati semua kekayaanmu, sambil menegur diri yang berdosa; sambil menikmati kelancaran hidupmu, hati nuranimu mengingatkan akan dosa-dosa yang sudah kamu lakukan. Tuduhan dan kepahitan dosa akan terus menuduh dan menyiksa kerohanianmu, sehingga kerohanianmu tidak mungkin bisa bertumbuh baik.

Jadi, apakah sukacita orang kristen? Sukacita orang Kristen adalah kesadaran bahwa kita mulai diubah oleh Tuhan tentang apa yang kita suka dan tidak kita suka. Anak kecil yang digigit nyamuk menangis keras sekali, tetapi orangtua yang terluka tidak menangis, dia hanya menahan sakit sekuat tenaga. Orang semakin dewasa semakin mengerti untuk hal apa dia harus mengeluarkan air mata dan untuk hal apa dia harus menahan diri. Sementara anak kecil, segala hal yang mengganggu sudah membuat dia menangis dan susah hati. Emosi manusia berposes dari kedangkalan menuju ke kedalaman pengertian yang mahir, yang menggambarkan kedewasaan seseorang. Dia mulai mengetahui apa yang patut membuat dia susah dan apa yang tidak. Dia juga mulai mengetahui apa yang membuat dia senang dan apa yang tidak. Inilah kemahiran kedewasaan.

Ada seorang penjudi di Semarang yang begitu “sukses.” Setiap kali berjudi dia selalu mendapatkan kemenangan. Juga setiap kali terjadi penggrebekan polisi, dia selalu lolos dan tidak tertangkap. Orang mengatakan bahwa dia seorang yang “hoki,” penuh keberuntungan. Akhirnya, pada usia 40-an dia betul-betul bertobat, menangis luar biasa dan mengakui dosa-dosanya, dan akhirnya menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan. Dia berkata kepada saya, “Saya bersyukur kepada Tuhan, saya mempunyai istri yang sangat baik. Itulah salah satu alasan yang membuat saya bisa bertobat.” Saya bertanya kepada dia apa maksudnya ketika ia berkata bahwa dia mempunyai istri yang baik. Dia menjelaskan bahwa istrinya tidak pernah mau memakai uang yang dia dapatkan dari hasil berjudi. Satu sen pun dia tidak pernah mau  memakainya. Dia tetap menjahit dan bekerja berat, di mana melalui usaha itu dia mendapat sedikit uang dan bisa hidup dan membesarkan anak-anaknya dengan uang yang dia peroleh dengan kerja berat itu. Itu terjadi bertahun-tahun, sampai uang hasil judi si suami bertumpuk sangat banyak, namun istrinya tetap tidak mau memakainya. Suaminya mulai merasa tidak berarti. Istrinya mengatakan bahwa lebih baik dia bekerja keras menjahit, sampai terkadang jarinya berdarah tertusuk jarum dan mendapat sedikit uang untuk membesarkan anak-anaknya, sehingga anak-anaknya boleh dibesarkan dengan karakter yang bagaikan beton, yang bermutu dan berkualitas tinggi. kalau dia memakai uang yang begitu banyak dari hasil judi, dia merasa jiwanya disiksa. istrinya itu mengerti apa artinya sukacita dan apa artinya bersenang-senang.

Banyak istri atau pemudi yang hanya mau tahu senang, merasa aman jika mempunyai suami yang bisa mendapat uang banyak, sekalipun dengan cara-cara yang tidak benar. Dia senang menjadi istri dengan cara-cara yang tidak benar. Dia senang menjadi istri orang kaya, walaupun bermoral bobrok. Bob Jones berkata: “Menikahlah dengan pria yang bekerja berat sampai malam dan tidak menghina mereka, itu lebih baik daripada menikah dengan orang kaya yang tidak tahu dari mana uangnya berasal.” Jika seorang pria mau melamarmu datang dengan mobil mewah, lebih baik kamu mempertimbangkan sungguh-sungguh apakah aman kamu menerima lamarannya. tetapi ketika pria lain datang bersepeda, seorang yang berani berkeringat, dan hidup penuh perjuangan, mungkin sebaiknya kamu menikah dengannya, karena kamu tahu uangnya datang dari mana.

Istri yang tidak mau uang hasil perjudian itu adalah seorang yang mempunyai karakter yang sangat serius. Saya mengenal pribadi wanita ini. Dia memang tidak banyak bergurau, rela bekerja berat, tetapi kalau berbicara, anggun sekali. Ketika berbicara dengan anak-anaknya, dia teliti sekali menggunakan kata-kata, karena dia menganggap itu sebagai pelajaran yang penting. Dia tidak mendisiplinkan anaknya kalau dia merasa hal itu karena dirinya dirisaukan atau merasa diganggu. Prinsipnya, mendidik adalah menyelesaikan persoalan anak, bukan menyelesaikan persoalan kemarahan sendiri. Anak-anaknya sangat menghormati ibunya, karena mereka tahu setiap kalimat yang dikeluarkan oleh ibunya bukan karena kemarahan  atau kejengkelan, tetapi demi mendidik mereka dan demi kebutuhan mereka.

Seorang anaknya menjadi penginjil di Campus Crusade yang semikian baik pelayanannya. Kini si suami sudah meninggal, istrinya sudah berusia 75 tahun (Pada tahun 2003 – ed) dan saya sudah mengenal keluarga ini sejak 42 tahun yang lalu. Keluarga ini menjadi keluarga yang baik. Suaminya berkata, ketika dia bertobat, anaknya berusia 12 tahun (perempuan), 10 tahun dan 7 tahun (laki-laki). Dia bersyukur karena pada saat itu anak-anaknya belum terlalu besar. Dia membayangkan, kalau dia baru bertobat ketika anak-anaknya sudah dewasa, pasti akan memberikan pengaruh yang sangat merusak. Sering kali kita berfikir kapan saja kita bertobat  itu sama saja dan tidak ada pengaruhnya. Tetapi si suami ini sadar, kalau dia terlambat bertobat, anak-anaknya mungkin dipengaruhi oleh kebiasaannya yang buruk. Pada saat mereka sudah beranjak dewasa, mereka melihat  hidup orang tua mereka yang sudah beres, sehati dalam membesarkan anak. Akhirnya mereka menikmati suatu sukacita yang luar biasa. Ini bukan senang-senang, tetapi sungguh-sungguh suatu sukacita yang kudus.

Sukacita bukan bersenang-senang. Kita sering kali menghitung kesenangan kita dari beberapa banyak uang yang kita miliki. Kita menganggap kesenangan kita tergantung pada beberapa banyak uang yang kita miliki di bank, berapa banyak materi yang kita miliki. Mari sekarang kita menghitung aset kita bukan dari uang, tetapi dari waktu, dari kesempatan, dan dari kesucian Tuhan  yang mempengaruhi emosi kita, dan dari kerohanian kita yang mencatat sejarah.

Nama Buku        :  Pengudusan Emosi
Sub Judul           :  Sukacita Yang Kudus
Penulis                :  Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit              :  Momentum, 2011
Halaman           :  41 -52

Artikel Terkait :