Nats Firman Tuhan : Yohanes 11 : 55 – 12 : 8

Di pasal 11, Yesus melakukan mujizat terbesar diantara tiga puluh lima mujizat yang Dia lakukan di dunia: membangkitkan orang mati. Semakin jelas menunjukkan tujuanNya datang ke dunia, bukan membereskan masalah baik-jahat, tahu-tak tahu, bijak-bodoh, melainkan masalah mati–hidup (Yohanes 3: 16). Masalah yang tak mungkin dapat diselesaikan oleh semua disiplin ilmu  ataupun agama. Karena Mohammad, Sakyamuni, Laozi, Socrates, Confucius dan semua pendiri agama lain harus mati, hanya Yesus Kristus; Anak Allah yang inkarnasi dapat menyodorkan hidup kekal. Maka hanya Dia yang berani mengatakan: “Aku datang memberi hidup, bahkan hidup yang berlimpah” (Yohanes 10) dan dibuktikan dengan membangkitkan Lazarus yang sudah dikubur empat hari.

Empat statemen yang Yesus katakan di depan kubur Lazarus: “singkirkan batu itu!” “Lazarus keluar!” “Ya Allah, Kau sudah mendengar doaKu” “lepaskan ikatan di tubuhnya”:

  1. mengingatkan kita harus melakukan: pre evangelism, evangelism dan post evangelism
  2. menyatakan bahwa Dia adalah the Master of life.

Melihat Yesus membangkitkan Lazarus, sebagian orang percaya padaNya, tapi sebagian yang berpandangan sempit justru memandangNya sebagai setan pengganggu dan bermufakat membunuhNya. Hal yang sama masih berlangsung hingga hari ini: orang mengutamakan untung-rugi, perasaan pribadi lebih dari kebenaran dan tak menyadarinya. Pasal 12, menjelang hari Paskah, banyak orang pergi ke Yerusalem, they purified themself to prepare the day of the Passover — sangat mengharukan. Tapi pemimpin-pemimpin agama justru merencanakan hal yang keji: menangkap Yesus Kristus. Karena Christ is the most controversial person in the world history: ada yang sangat cinta Dia, sampai rela menyerahkan hidup bagiNya. Ada juga yang sangat membenci Dia, sampai menginginkan nyawaNya. Mengapa saat orang Yahudi membersihkan diri di Yerusalem, pemimpin agama justru menajiskan diri dengan rencana penangkapan Yesus, apa karena Dia bersalah? Bukan! Because their hearts can not tolerate with the existance of thruth. Meski demikian, Yesus tak menghindar dari rencana mereka. Karena Dia datang untuk menyerahkan nyawa jadi tebusan bagi umat manusia yang berdosa. Menyatakan bahwa Jesus always take the inisiative. Pasal 12 diawali dengan Dia datang ke Betania, kampung kecil yang jaraknya tak sampai sepuluh kilometer dari Yerusalem. Dimana terdapat keluarga Marta, Maria dan Lazarus (Yoh.11). Apakah keluarga mereka itu mampu, terhormat? Ya. Terlihat saat Lazarus sakit bahkan mati, banyak orang yang datang menghibur Marta dan Maria. Keluarga itu juga tak pelit, suka menerima tamu. Kata Alkitab: barangsiapa menerima nabi; murid, dia mendapat pahala nabi; murid. Jadi, open house is one of the key, that we be blessed. Keluarga Marta, Maria dan Lazarus menerapkan prinsip ini: setiap kali Yesus datang, mereka menerima Dia dan murid-murid. Karenanya Tuhan mengatur, ada seorang laki-laki: Lazarus di keluarga itu. Agar kedatangan Yesus di rumah mereka tak jadi gunjingan orang. Dan setelah Lazarus mati, Yesus tak langsung datang. Agar orang tak menggosip: lihat, saat pria di keluarga itu meninggal, Dia cari kesempatan mendatangi mereka. Menyatakan bahwa pengaturan Tuhan memang luar biasa, jauh melampaui pemikiran manusia. Meski karena “keterlambatan” itu, membuat Marta, Maria mengeluh padaNya: kalau saja Kau di sini, tentu Lazarus tak akan mati. Tapi Allah menetapkan segala sesuatu seturut bijaksanaNya, tak perlu berunding dengan manusia. Akhirnya terbukti, Yesus menyatakan diri: the Lord of life is here. So all the problems will be solved.

Paskah kali itu merupakan kali yang keempat atau kali terakhir Yesus ke Yerusalem. Itulah salah satu sebab kita percaya, Yesus mati saat Dia berusia tiga puluh tiga setengah tahun. Karena Lukas mencatat, Dia mengawali pelayananNya pada usia tiga puluh tahun. Dan di Paskah yang ke-4, mereka menyalibkan Dia. Sebelum Yesus ke Yerusalem, Dia singgah di Betania. Karena tak ada keluarga lain yang mau menerima Dia bagai keluarga ini. Terlebih, di keluarga itu ada seorang yang selalu siap mendengar dan mengerti firman Tuhan lebih tuntas dari siapapun. Kali itu, Marta menjamu Yesus makan bersama dengan tamu-tamu undangan. Bukan pemimpin agama yang konsepnya bias, tapi rakyat jelata yang pandangannya lebih obyektif, hati nuraninya lebih murni. Mereka turut bergembira, karena anak bungsu di keluarga itu sudah bangkit. Lazarus juga ikut makan. Perhatian, setiap kali Alkitab berbicara tentang Marta, pasti dikaitkan dengan soal masak-memasak. Walau ada kalanya juga mengomel. Karena memang ada orang Kristen yang banyak melayani, juga banyak mengomel. Ada juga yang banyak melayani tapi tak mengomel. Ada juga yang hanya bicara tapi tak melakukan apa-apa. Kau termasuk kategori yang mana? Marta suka dan rela mengeluarkan uang untuk pelayanan. Sayang, dia kurang mengutamakan soal mendengar khotbah. Dan suka membanding-bandingkan diri dengan orang lain: dia duduk enak-enak – aku bekerja setengah mati. Setelah Yesus mendengar komplainnya, Dia bukan menyuruh Maria membantu kakaknya, malah menegur Marta: “kau sibuk-sibuk dalam banyak perkara. Tapi Maria sudah memperoleh berkat terbesar, yang tak mungkin dirampas oleh siapapun. Ingat: firman yang kau dengar dan kau simpan di hati merupakan harta yang tak mungkin hilang. Tak seperti harta dunia. Berapa hari ini saya merasa sedih sekali, mengingat dua puluh sekian juta orang di Tokyo yang mulai terkena paparan radiasi — malapetaka yang tak mungkin bisa diselesaikan dengan uang. Meski mereka sudah mengeluarkan ratusan trilyun, tapi sebenarnya hanya menentramkan hati saja. Karena radiasi yang sudah masuk ke tubuh manusia tak mungkin dikeluarkan. So the most advance country become one of the miserable country in the world history. Maka kata Yesus: “Hai Marta, Maria sudah memperoleh berkat yang terbaik, yang tak mungkin direbut oleh siapapun”. Jadi, berapa banyak firman Tuhan yang kau simpan di hati, itulah harta utamamu, amin? Karena kebenaran yang kau mengerti dan kau jalankan, tak mungkin direbut oleh siapapun, bahkan setan. Yesus adalah Firman, Dia rela inkarnasi, mengutarakan firman dalam bahasa manusia, agar manusia dapat mengerti dan menyimpannya di hati. Setelah seorang anak mendengar khotbah, dari pertanyaan yang dia ajukan, saya tahu, berapa banyak firman yang tersimpan di hatinya. Itu juga merupakan salah satu ukuran yang Yesus pakai untuk memuji Maria lebih dari Marta.

Yesus sayang pada Maria, Marta dan Lazarus: Marta adalah orang yang melayani dalam hal masak-memasak, Maria adalah orang yang duduk diam, mendengar khotbah Yesus. Dan Lazarus, hanya dicatat makan bersama Yesus. Jadi, kita tak tahu, apa yang Lazarus lakukan. Hanya tahu, saat keluarganya mengadakan pesta, dia ikut makan. Suatu kali, Panitia KKR di Taipei usul, mengundang semua pendeta di sana, mensharing– kan visi pada mereka, mengajak mereka untuk mendoakan dan memublikasikan KKR. Maka STEMI mengundang mereka makan di Asia World Hotel yang kapasitasnya + seribu orang. Tapi hasilnya: tak banyak dari pendeta pendeta itu yang turut berpartisipasi. Jadi, mereka hanya datang saat makan, tapi tak ikut berbagian dalam persiapan maupun pelaksanaan KKR. Lebih celaka lagi, ada seorang pendeta malah menghasut: dia mengundang kita makan, hanya ingin memperalat kita menyukseskan KKR-nya. Mengapa KKR dipandang sebagai KKR saya? Padahal KKR itu diselenggarkan, agar orang-orang disana punya kesempatan mendengar injil. Bukan karena saya tak punya kerjaan di Indonesia. Karena sesungguhnya, menjadi gembala sidang di GRII saja sudah cukup repot. Untuk apa saya masih mau berjerih-lelah melayani di Hong Kong, Filadelphia, San Diego, Berlin, London, Perancis….? Karena desakan: people need Jesus Christ. Tapi orang malah menfitnah. Apalagi yang menfitnah adalah seorang pendeta, sehingga dari delapan ratus enam puluh orang pendeta yang ikut makan, yang ikut melibatkan diri di KKR hanya dua puluh orang. Hati saya sedih luar biasa. Karena ternyata yang membutuhkan injil bukan hanya orang berdosa, juga orang Kristen dan pendeta yang menderita “penyakit pendeta”: mengira dirinya beres. Padahal sikap masih menjadi diri sebagai titik-pusat hidupnya belum dikoreksi oleh Tuhan. Permisi tanya, apa yang kau jadikan titik pusat hidupmu: uang, makan, nama atau kuasa? Kalau orientasimu hanya berkisar pada hal-hal diatas, kau tak akan mungkin peduli akan mati-hidup orang lain.

Selain makan bersama Yesus, tak ada catatan lain tentang apa yang Lazarus kerjakan. Jadi, kita memang bersyukur untuk kebangkitkannya. Tapi setelah bangkit, apa yang dia lakukan? Sama halnya dengan kita, what are you doing, after you saved by the grace of Jesus Christ? Setelah sepuluh orang kusta disembuhkan oleh Yesus. Hanya satu orang (bukan orang Yahudi tapi orang Samaria) yang kembali memuliakan Tuhan. Padahal orang Samaria adalah orang yang dihina dan dijauhi karena dipandang sebagai kafir oleh orang Yahudi. Tapi Alkitab memperlihatkan, Tuhan kita memang berbeda, Dia banyak mengoreksi konsep kita yang bias. Kata Yesus: “selain orang Samaria ini, dimanakah kesembilan orang yang menerima kesembuhan bersamanya? Acara konsultasi iman Kristen se Asia Pacific yang akan diselenggarkan pada tanggal 24-27 April, pendaftar dari luar negeri sudah tujuh ratus orang. Tapi GRII sendiri, tak sampai dua ratus orang yang mendaftar. Jadi, jujur saja, saya sangat kecewa dengan kalian. Mungkin kalian berdalih, habis acara itu menggunakan bahasa Inggris dan Mandarin, saya tak paham. Padahal kami sudah menyiapkan penerjemahan bahasa Indonesia dengan ear phone. Mengapa kita melimit Kerajaan Tuhan hanya sebatas bangsa kita? Bukankah janji Allah pada Abraham: your decendant will be the blessing for all nations. Masakan hanya Stephen Tong yang punya konsep global, sementara yang lain hanya  memikirkan Indonesia, Jakarta, bahkan Kemayoran saja? Mengapa saya yang sudah begitu sibuk: harus memperhatikan seluruh gerakan ini dan semua masalah di lima puluh sekian gereja cabang masih mau mengadakan konsultasi iman Kristen se Asia Pasifik? The Kingdom of God is not limited in your circle only. Amanat Agung Yesus adalah: memberitakan injil ke seluruh dunia. Maka mari kita tak lagi hanya memikirkan untung-rugi; profit pribadi, melainkan melihat kemungkinan yang dapat kita kerjakan bagi Kerajaan Tuhan. Saya selalu melihat sesuatu yang sekarang ini belum kalian lihat. Bahkan mungkin perlu sepuluh tahun lagi, baru kalian menyadari apa yang saya lihat sekarang ini benar. Maka saya harus sabar menunggu. Karena orang yang belum sadar, tak pernah tahu berapa besar kerugian yang dia derita. Tapi jangan juga terlalu lambat, sampai pendahulumu sudah meninggal dunia baru menyadarinya. Karena saat saya yang menyaksikan banyak orang take it for granted, kadang-kadang merasa sangat menyakitkan.

Waktu Yesus di Betania, kita melihat Marta, jemaat wanita yang sangat baik: dimana ada kebutuhan, di situ dia melayani dan melayani dengan konsisten. Maka setiap kali saya melihat ibu Sugandi, teringat akan Marta. Bedanya: ibu Sugandi selain memasak, juga mendengar khotbah. Menandakan bahwa dia bukan hanya ingin jadi Marta, juga ingin menjadi Maria. Dimanakah wanita Kristen yang seperti dia? Jangan hanya janji, tapi realisasinya. Ada orang mengingatkan: “Pak Tong, jangan memuji-muji orang, nanti dia sombong”. Kalau seorang sudah dipuji dan tetap tak sombong, membuktikan bahwa dia memang betul-betul tak sombong. Karena a man who lives without examination is unworth living — statemen Socrates. Alkitab juga mengajarkan: pujian adalah ujian bagi seorang. Selain itu, waktu juga merupakan the most faithful testifier. Saat GRII baru mulai, ada banyak orang yang menggebu-gebu, tapi + dua tahun kemudian, mereka menghilang. Mengapa? Filter out by the exam of time. Saya bersyukur pada Tuhan, meski punya banyak kelemahan, tapi tetap punya jiwa yang murni untuk Tuhan. Selama telah lebih dari setengah abad melayani Tuhan, juga banyak dikritik dan dibenci, tapi saya tetap melakukan apa yang Tuhan ingin saya lakukan.

Kali itu, waktu Yesus makan di Betania, Marta melayani. Sementara Maria yang biasanya mendengar khotbah, justru melakukan sesuatu yang berbeda: dia mengeluarkan satu botol minyak Narwastu, memecahkan botolnya, mengurapi kaki Yesus dan menyeka kaki Yesus dengan rambutnya di hadapan umum. Semahal apa sih minyak Narwastu itu? Upah kerja seorang selama satu tahun penuh; seratus persen. Maka ternyata di sini, cinta Maria yang sangat besar pada Yesus. Karena memberinya kesempatan mendengar firman yang Yesus Kristus sampaikan, bukan hanya mengisi pengetahuan otaknya juga mengisi rohaninya. Maka meski Alkitab mencatat dia duduk mendengar khotbah, tapi ternyata, itulah yang membawanya jadi satu-satunya orang di zaman itu yang mengerti Yesus akan mati dan mengurapi Dia di saat yang tepat. Apa yang dia perbuat itu diingat orang sepanjang masa. Dari mana kita tahu hal itu? Kata Yesus: biar dia lakukan itu untuk hari penguburanku. Statemen yang membuat saya ingin menangis, karena He knows accurately, that He is going to be crucified. Dan Dia harus mati sebagai Imam Besar. Tapi siapa yang harus melantiknya? Tuhan bukan memakai Kayafas atau Hanas; imam besar zaman itu untuk melantikNya, melainkan memakai Maria; seorang wanita. Sesuatu yang tak biasa, bukan? Ya. Allah memang sering melakukan perkara yang sangat berbeda dengan pikiran, tradisi manusia bahkan hukum yang berlaku. God is the only One, Who is absolutely free to set us free from all the bodages, administrations and rules in the human society. Dan hanya Dia yang punya otoritas mutlak untuk melakukan hal-hal seperti itu. Mengapa imam besar masa itu tak mengurapi Yesus Kristus? Ingat: semasa Yesus di dunia, Dia diurapi dua kali: 1. Saat Yohanes membaptis Dia, Roh Kudus turun atasNya. 2. Menjelang kematianNya, Maria mengurapi Dia dengan minyak Narwastu. Mengapa mengurapi kakiNya? Karena Maria adalah seorang perempuan, dia tahu, dirinya tak layak melakukan pengurapan.

Tapi dia juga tahu, Yesus adalah Mesias. Maka dia hanya mengurapi kakiNya dengan minyak Narwastu yang sangat mahal. Banyak kali, something done by others, you just take it for granted. Padahal Rome is not build in one day, pasti ada orang yang mengerjakannya dengan cucurkan air mata, tapi kau, hanya melihat kekurangannya. Itulah yang Maria alami, setelah botol minyak Narwastu dipecahkan, harum semerbak dari parfume; biang minyak wangi itu memenuhi ruang dimana mereka berada. Memang bau harum hanya bertahan sebentar dan hilang. Sepertinya tak sepadan dengan harganya yang begitu mahal. Dan mengapa pula Maria memecahkan botolnya, tak dia simpan jadi kenang-kenangan? Karena biasanya, bentuk botol minyak wangi yang mahal pasti indah, hasil desain dari desainer kelas tinggi. Itu sebab, banyak orang suka mengoleksi botol minyak wangi. Tapi Maria, memecahkannya. Karena dia cinta Tuhan, mempersembahkan seutuhnya dengan sepenuh hati; tak ingin menyisakan apa-apa bagi dirinya. Dan dia juga sadar, segala yang baik, yang ada padanya adalah pemberian Tuhan.

Tapi Yudas, melihat apa yang Maria lakukan. Itu berarti, orang lain dapat menyaksikan apa yang kau perbuat. Dan celakanya, ada semacam orang, setelah melihat perbuatan bajik orang bukan memuji malah mencari-cari kesalahan untuk menghakiminya. Jadi, mari kita belajar, tak membiasakan diri dalam hal meneropong kelemahan; kekurangan orang. Tanpa menyadari bahwa perbuatan kita itu sangat jahat adanya. Karena setelah kita meneropong kelemahan orang pasti disusul dengan mengutuk atau menghinanya. Itulah yang Yudas lakukan, setelah dia menyaksikan apa yang Maria lakukan, bukan menyadari cinta Maria pada Tuhan yang begitu besar, juga bukan menyadari bahwa Yesus memang perlu pengurapan, malah menuding dia melakukan pemborosan. Tidakkah lebih baik kalau Maria tak membeli minyak Narwastu itu tapi mempersembahkan uangnya. Karena aku; bendahara, dapat mengatur persembahanmu? Di gereja lain, banyak orang suka jadi bendahara gereja. Karena sebagai bendahara, bisa saja mengotak-ngatik uang gereja. Itu sebab, jabatan bendahara di badan IMF bukan dipilih dari bawah tapi ditunjuk dari atasan. Mengindikasikan bahwa di saat-saat tertentu, dalil “kuasa ada pada rakyat” tak bisa diterapkan. Itu juga sebabnya Plato dan Aristotles paling tak menyetujui demokrasi. Karena menurut mereka: urusan negara dan bangsa yang begitu penting, tak semestinya diserahkan pada mayoritas rakyat yang pengetahuannya sangat minim. Meski demikian, sistem demokrasi memang lebih baik dari diktator. Hanya saja demokrasi bukan satu-satunya sistem yang terbaik. Maka saat Calvin menjalankan pemerintahan di Geneva, bukan menjalankan sistem demokrasi tapi theocracy (Tuhan yang memimpin). Tapi dia juga mengadakan musyawarah, membentuk kongres, konsistori, menandakan bahwa dia bukan memonopoli. Semua prinsip itu kita jalankan di GRII. Sehingga calon majelis di GRII bukan dipilih oleh jemaat, tapi oleh hamba Tuhan yang lebih tahu kerohanian jemaat, baru kemudian dipilih oleh jemaat. Menandakan kita juga menghargai aspirasi jemaat. Apakah Tuhan Yesus tak tahu kualitas dari Yudas? Tahu. Bagian ini merupakan satu-satunya tempat di Alkitab, yang menyebut Yudas adalah pencuri, yang mencuri uang kas. Mengapa Tuhan Yesus; Allah yang Mahatahu, mengizinkan si pencuri masuk sebagai muridNya. Apa Dia tak “salah pilih” padahal sebelum Dia memilih murid-murid sudah berdoa semalaman? Memang, logika kita tak bias menerima hal itu. Padahal Yesus sejak awal tahu, bahwa seorang diantara muridNya adalah “iblis”; tidak beres. Lalu mengapa masih memilih dia? Hari ini, kita tak akan membahasnya. Hanya mengingatkan: jangan seorang pilihan mengira dirinya hebat. Kita dipilih, bukan karena kita baik, melainkan karena belas-kasihNya; Dia mau mengampuni dosa kita. Jadi, saat kita ingin mengeritik kelemahan orang, juga harus ingat akan diri kita yang juga penuh dengan kelamahan. Jangan meneladani Yudas, bukan saja tak menyadari kekurangan diri, malah menggunakan alasan yang terbaik guna menutupi ketidakberesan dirinya. “Mengapa tak jual saja minyak Narwastu itu dan serahkan uangnya pada bendahara guna menolong orang miskin” — teori yang sangat hebat, membuat orang mengira dia sangat peduli pada orang miskin.

Karena istilah “miskin” memang mudah mengundang simpati orang. Itu sebab, banyak orang memanipulasi hal itu untuk memperkaya diri. Misalnya menggunakan momen “tsunami”; bencana alam, untuk mengeruk uang orang. Ternyata hati manusia begitu bejad. Usul Yudas itu mungkin sempat dianggap sebagai ide yang cemerlang, bahkan mungkin banyak orang turut menuding dia: pemborosan. Jadi, kalau kau cinta Tuhan, melayani Dia dengan sungguh, belum tentu mendapat pujian, malah mungkin disalah-pahami, dikritik, difitnah, diumpat, dipermalukan di depan umum. Mengapa begitu? Itulah pers: suka mencomot hal yang mereka anggap penting, dan menenggelamkan hal yang mereka anggap tak penting. Maka pers mungkin jadi sesuatu yang sangat menakutkan. Karena editor-editor selalu tak punya fairness yang sungguh. Apa jadinya Maria, kalau semua orang setuju dengan ide Yudas? Di saat seperti itulah Tuhan Yesus melakukan intervensi, kataNya: Maria melakukan itu untuk penguburanKu. Dengan kata lain, Aku sedang menghadapi masa yang paling sulit, kalian sudah tak tahu. Pada waktu ada orang yang mengerti Aku, kalian malah mencaci-maki dia. Jadi, mari kita keluar dari pikiran kita yang dangkal, yang hanya mementingkan perasaan diri, kalangan sendiri, menuntut mengerti perkara besar yang Allah rencanakan. Orang miskin? Setiap hari ada. Tapi Aku, tidak selalu berada di di tengah-tengah kalian. Tahukah kalian bahwa berapa hari lagi Aku akan dipaku di atas kayu salib? Kita juga sering memakai sibuk, tak punya waktu…. sebagai alasan untuk tak melibatkan diri dalam kesempatan yang tak sering ada. Banyak hal di pasal ini membuat saya ingin menangis. Karena ternyata, sampai menjelang hari terakhir dari kehidupan Yesus di dunia, ada murid yang hanya memikirkan uang. Sehingga saat dia gagal mendapat tiga ratus dinar dari minyak Narwastu itu, dia berniat menjual Yesus. Yesus tahu, pikiran manusia memang sangat jahat. Tapi kataNya: I come to give; to sacrifice my life, to bare My cross, to fulfill the salvation.

(ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – EL)

..

Pengkhotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong

..

Sumber : https://www.noah.byethost22.com/index.php?hal=RingkasanKhotbah