Pdt. Dr. Stephen Tong

Pdt. Dr. Stephen Tong

Setiap anak Tuhan berhak mengikuti perkataan-perkataan yang sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, yang diucapkan oleh seorang yang mengaku sebagai hamba Tuhan. Jika ia tidak mengajarkan kebenaran firman Tuhan dengan benar, Saudara berhak untuk tidak mengikutinya. Di masa tuanya, St. Agustinus menulis kepada orang-orang Kristen, “Jika ada suatu ajaranku yang tidak sesuai dengan ajaran firman Tuhan, tinggalkan saja; tetapi ikutlah firman Tuhan yang tercantum di dalam Alkitab.”

Saat ini saya kembali menegaskan kalimat ini. Saya tidak berhak menuntut Saudara mengikuti saya, karena saya sendiri adalah murid Tuhan Yesus Kristus. Saya hanya berhak mengabarkan firman dan memaparkan prinsip-prinsip firman, bukan hanya untuk menunjukkan penghakiman terhadap semua sistem pikiran yang melawan firman Tuhan. Akibatnya, seringkali saya dianggap terlalu keras, terlalu berani dan kurang cinta kasih. Tetapi sebenarnya semua ini terjadi karena beban dan visi serta tanggung jawab yang diberikan Roh Kudus di dalam hati saya, sehingga saya harus berdiri di menara pengawas, untuk berjaga-jaga bagaimana ajaran yang tidak benar itu datang, caranya, latar belakangnya apa, dan akan membawa Gereja ke mana. Semua itu harus dipikirkan, dipertimbangkan, dianalisis dan dinilai dengan baik. Saya sendiri juga terbuka untuk penilaian dari siapa saja, silahkan tunjukkan hal apa yang harus saya koreksi, sehingga kita dapat belajar di hadapan Tuhan dengan rendah hati.

Persatuan umat Kristen hanya dapat terjadi jika bersatu di dalam firman. Jika penafsiran terhadap Alkitab diselewengkan, sehingga pengertian firman Tuhan dikacaukan, maka tidak akan ada dan tidak mungkin terjadi persatuan terjadi. Kita tidak boleh dijebak untuk bersatu dengan yang bukan satu. Tidak semua taat pada firman, dan tidak semua berasal dari Tuhan. Firman Tuhan memang berasal dari Tuhan dan merupakan wahyu Tuhan, tetapi ketika firman Tuhan itu ditafsirkan, seringkali banyak pikiran manusia yang masuk ke dalam tafsiran itu. Orang-orang di Indonesia sering terlalu mudah ditipu, bahkan seluruh dunia pun demikian.

A. Bolehkah Menguji Roh ?

Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa kita tidak boleh menerima semua roh (1 Yohanes 4:1). Kita harus mengujinya, apakah roh itu berasal dari Tuhan atau bukan. Ajaran ini adalah ajaran dari Alkitab sendiri, yang diwahyukan oleh Roh Kudus. Jadi Roh Kudus yang mewahyukan Kitab Suci mengatakan kepada Gereja untuk tidak menerima semua roh. Maka kita harus taat dan tidak menerima semua roh. Kita harus mengujinya, karena roh si jahat atau pun roh dunia ini sudah ada, bukan akan ada atau sedang datang!  Oleh karena itu, kita perlu waspada dan tidak menerima sembarang roh.

Lebih kurang 21 tahun yang lalu, ketika di Switzerland, saya telah melihat beberapa tokoh yang penting, termasuk seorang profesor dari Fuller Theological Seminary. Menjadi pendorong suatu gerakan emosionil yang tidak bertanggung jawab dengan memakai nama Roh Kudus di tahun-tahun berikutnya. Kini orang itu telah mempengaruhi dunia secara luas, bahkan semakin lama semakin menyeleweng dari kebenaran.

Alkitab mengatakan, “Saudara-saudaraku yang kekasih, jangan percaya pada setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah, sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.” (1 Yohanes 4:1). Kita perlu mewaspadai orang-orang yang mengatakan, “Saudara-saudaraku yang kekasih, kasihilah semua (segala macam) roh, janganlah mengkritik atau menguji roh-roh itu, yang penting mengasihi semua orang.”  Rasul Yohanes adalah rasul yang disebut sebagai “rasul kasih”. Rasul yang penuh kasih justru tidak mengatakan bahwa kita harus mengasihi semua roh. Tidak! Memang Yohanes adalah rasul kasih, tetapi justru melalui rasul kasih ini, Roh Kudus berkata untuk memberitahukan kepada segenap Gereja, agar jangan percaya dan jangan menerima setiap roh-roh itu.

Salah satu keteledoran umat Kristen di abad XX ini adalah kita tidak mau menguji segala macam roh dan menerimanya begitu saja. Karena begitu senang membicarakan Roh Kudus, maka semua roh diterima. Kita perlu memperhatikan dua macam ekstrim yang sedang terjadi di dalam Gereja saat ini:

  1. Ketakutan akan masuknya segala macam roh sehingga semua roh ditolak, termasuk Roh Kudus pun ditolak;
  2. Kegirangan mengalami pengalaman rohani, sehingga menerima segala macam roh, termasuk yang bukan Roh Kudus pun dianggap sebagai Roh Kudus.

Keadaan yang pertama merupakan suatu ekstrim yang terjadi pada Gereja-gereja yang mulai kering dan dingin, suam dan tidak mempunyai firman lagi. Behitu banyak Gereja yang pada mulanya begitu giat, begitu sungguh-sungguh, begitu rindu kepada firman, tetapi lama kelamaan kerinduan itu menjadi hilang. Dengan organisasi yang sudah kuat, pengalaman yang banyak, uang yang banyak, Gereja menjadi Gereja yang berdiri tetapi tidak lagi kembali pada firman. Gereja yang memiliki banyak orang kaya harus sangat berhati-hati. Bila suatu hari uang mulai dijadikan andalan utama, orang-orang kaya menjadi majikan di Gereja, maka suara Tuhan mungkin akan tidak didengar lagi. Kita perlu lebih mendengarkan suara Tuhan dan kehendak Tuhan.

Tuhan Yesus Kristus, sampai naik ke sorga, belum pernah membenahi organisasi-Nya. Ia tidak membuat dana penginjilan untuk Petrus atau jaminan asuransi atau pensiun bagi murid-murid-Nya, seperti banyak organisasi-organisasi saat ini. Tetapi sebelum meninggalkan dunia ini, Ia hanya berpesan agar murid-murid-Nya tidak meninggalkan Yerusalem, sampai Roh Kudus turun ke atas mereka. Jika sudah menerima Roh Kudus, maka murid-murid akan menerima kuasa untuk menjadi saksi-saksi Kristus.

Ada orang yang membantah, mengatakan bahwa pasti Tuhan Yesus sudah menjalankan sistem organisasi, karena sudah memiliki bendahara. Dengan adanya bendahara, pasti ada organisasi. Tetapi jika diperhatikan lebih lanjut, maka dengan argumen di atas justru dapat melihat, andaikata Tuhan Yesus membentuk organisasi, maka organisasi-Nya pasti kurang beres, karena salah memilih bendahara (bendahara Tuhan Yesus adalah Yudas). Saya tidak anti organisasi, tetapi visi harus mendahului dan selalu berjalan di depan organisasi, bukan sebaliknya. Organisasi harus melayani visi.

B. Roh Yang Dijanjikan

Kisah Para Rasul 1:3-8 mengungkapkan janji Tuhan Yesus Kristus sebelum naik ke sorga. Tuhan Yesus melarang mereka meninggalkan Yerusalem dan menyuruh mereka untuk tetap tinggal di sana, menantikan janji Bapa. Mereka akan menerima Roh Kudus dan mereka akan menjadi saksi bagi Kristus mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi. Setelah itu Tuhan Yesus naik ke sorga.

Kisah Para Rasul 2:4-dstnya, mengungkapkan bagaimana Roh Kudus untuk pertama kali dan terakhir kalinya turun di Yerusalem dalam bentuk lidah api kepada murid-murid, sehingga murid-murid itu dapat berkhotbah dalam berbagai macam bahasa orang yang sedang berkumpul di Yerusalem saat itu.

Tuhan Yesus berkata, bahwa dalam beberapa hari kemudian mereka akan menerima Roh Kudus. Tuhan Yesus yang memerintahkan mereka pergi ke seluruh dunia untuk memberitakan Injil, adalah Tuhan Yesus yang juga memerintahkan mereka untuk tidak boleh pergi. Ini merupakan perintah yang bersifat paradoks.

Setiap kali bentuk pengajaran dari Tuhan Yesus, maka terjadi suatu sinkronisasi yang sangat penting, dan merupakan prinsip yang harus kita pegang dengan baik. Gereja perlu mengerti sifat paradoks kedua hal ini. Banyak orang yang terlalu ingin cepat pergi, tetapi di lain pihak ada orang yang selalu menunggu dan tidak pernah pergi. Mereka menunggu, setiap tahun berdoa sepuluh hari. Ada orang-orang yang tidak dididik baik-baik, tidak mempelajari Alkitab dengan baik namun sudah berani berkhotbah, akhirnya timbul begitu banyak kekacauan akibat “kicauan-kicauan” yang tidak bertanggung jawab seperti itu.

Ketika murid-murid dilarang pergi dari Yerusalem, mereka taat dan tidak pergi. Mereka berada di suatu loteng, berkumpul bersama di situ dan berdoa. Para rasul pun berada di sana. Mereka tidak berpikir bahwa tiga tahun bersama Tuhan Yesus sudah cukup sempurna. Selain itu, ada beberapa wanita, salah satunya adalah Maria, ibu Yesus. Di sini terakhir kalinya nama Maria, ibu Yesus, disebutkan di Alkitab. Seluruhnya ada 120 orang yang berkumpul di situ. Mereka tidak berdoa kepada Maria, seperti yang dilakukan oleh banyak orang Roma Katolik saat ini. Mereka tidak berdoa kepada Maria, karena saat itu Maria bersama-sama berdoa kepada Tuhan Yesus Kristus. Maria berdoa, bukan menerima doa. Semua murid-murid Tuhan Yesus Kristus berdoa kepada Tuihan sambil menanti. Maria ikut menanti dan ikut berdoa. Di tengah mereka juga ada beberapa adik-adik Tuhan Yesus. Padahal jika kita memperhatikan Yohanes 7, terlihat bahwa saudara-saudara Tuhan Yesus sangat menghina dan tidak menyenangi Tuhan Yesus. Tetapi setelah Tuhan Yesus mati dan bangkit, mereka baru sadar bahwa yang pernah serumah dengan mereka, pernah mereka panggil sebagai kakak, adalah Anak Allah yang menjelma menjadi manusia. Maka ketika mereka menerima Roh Kudus, mereka tidak mempunyai status yang berbeda dengan orang-orang lain. Mereka berdoa bersama dengan ibunya, rasul Petrus, Yakobus, rasul-rasul lainnya dan rekan-rekan lainnya.

Setelah mereka menanti sepuluh hari, Roh Kudus turun ke atas mereka. Peristiwa ini merupakan pertama kalinya dunia menerima Roh Kudus. Peristiwa ini merupakan suatu peristiwa unik. Di dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus turun ke atas seseorang karena adanya tugas khusus menjadi hamba Tuhan. Setelah selesai menjalankan tugas itu, Roh Kudus ditarik kembali. Roh Kudus tidak terus menerus beserta dengan orang itu sampai selama-lamanya.

Di dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus tidak diberikan untuk selama-lamanya. Terkadang Roh Kudus diberikan kepada seseorang, namun karena hidupnya tidak beres, maka Allah menarik kembali Roh Kudus ke sorga dan membiarkan orang itu di dalam keadaan yang sangat nestapa. Inilah yang dialami oleh Saul. Akibatnya, ada yang mempertanyakan apakah ia termasuk salah seorang nabi, karena kelihatannya ia bernubuat, tetapi sambil telanjang dan bergulung-gulung di tanah. Di sini kita melihat bahwa pada saat Roh Kudus meninggalkan seseorang, sangat mungkin roh yang lain akan memasuki orang itu. Di sinilah kecelakaan dan keanehan akan terjadi. Jika dikatakan itu “roh dari Tuhan” bukan berarti itu Roh Tuhan, tetapi itu berarti Allah yang memberikan izin kepada roh-roh yang lain yang ingin memasuki Saul.

Sekarang di dalam Gerakan Gelombang Ketiga dalam arus Kharismatik dan Pantekosta di abad XX, terjadi banyak gejala orang-orang yang terbaring sambil kejang-kejang. Jangan Saudara mengira itu adalah kepenuhan Roh Kudus, karena di dalam seluruh Alkitab, khususnya sesudah Roh Kudus turun ke dunia di hari  Pentakosta , belum pernah tercatat satu kali pun terjadi hal seperti ini.

Kita melihat bahwa Roh Kudus turun, bukan untuk menjadikan para murid congkak atau merasa superior, tetapi diberikan untuk memuliakan Kristus, bersaksi bagi Kristus, mendampingi umat pilihan dan memberikan penghiburan kepada mereka, menolong anak-anak Tuhan berdoa dan menguduskan Gereja.  Inilah tugas-tugas utama yang diberikan oleh Tuhan Yesus Kristus kepada Roh Kudus, sehingga Roh Kudus memiliki tugas dan fungsi yang sesuai dengan rencana Allah di dalam kekekalan, seperti yang dicatat di dalam Alkitab.

Kisah Para Rasul 1 mencatat bahwa Roh Kudus akan menguatkan dan memberikan kuasa kepada Saudara, agar Saudara dapat menjadi saksi-saksi-Nya. Roh Kudus diberikan agar orang tersebut berani, mempunyai kekuatan untuk menjadi saksi-saksi Kristus. Hubungan antara dikirimnya Roh Kudus dengan penginjilan sangat ketat. Itu sebabnya, Roh Kudus tidak diberikan agar orang boleh membanggakan diri karena memiliki Roh Kudus. Roh Kudus tidak diberikan agar orang yang memamerkan pengalaman yang lain daripada yang lain.

Kita telah mempelajari bahwa kebenaran Allah lebih penting dari pengalaman, sehingga kebenaran Allah harus memimpin, menguji dan menghakimi pengalaman. Seringkali proses pertumbuhan rohani kita diganggu oleh berbagai pengalaman yang tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab. Tetapi karena kita kurang belajar dengan baik dari kebenaran Alkitab, kita mulai mengadopsi berbagai pengalaman yang kita anggap benar. Akibatnya, kita mulai meniru, menyenangi dan akhirnya mengejar pengalaman-pengalaman seperti itu. Dengan mengejar pengalaman itu, akhirnya mereka mendapatkan sesuatu. Setelah itu mulai mengajarkan sesuatu itu. Karena di dalam dunia ini memang ada kuasa supra-natural, maka sebenarnya kita tidak boleh langsung menghubungkan kuasa supra-natural seperti itu dengan kuasa Roh Kudus.

Mereka yang berasumsi seperti itu, menggunakan ayat “Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan?’ (Matius 7:9-10); maka jika kita minta pasti akan diberi yang baik. Jika ayat ini ditafsir secara mutlak demikian, berarti Tuhan selalu harus menaati anak-Nya, bukan anak-anak-Nya yang harus taat kepada Tuhan. Tuhan hanya memberikan sesuatu kepada anak-anak-Nya sesuatu dengan prinsip, janji dan kebutuhan yang Ia pikirkan terbaik. Saat ini ayat-ayat seperti itu begitu banyak disalah-tafsirkan, sehingga hanya ditafsirkan secara hurufiah saja.

Bagaimana dengan pengertian bahwa permintaan itu harus di dalam nama Tuhan Yesus? Apakah itu berarti ‘pokoknya’ setiap permintaan harus menyebut di dalam nama Tuhan Yesus, dan segala sesuatu yang diminta pasti/harus diberikan, karena itu janji Tuhan (Yohanes 15:16b)? Maka kita dapat memiliki Mercedes E-320 atau Roll-Royce, dan Tuhan harus memberikan karena kita memakai nama Tuhan Yesus. Itu adalah ajaran dari Paul Yonggi Cho, di dalam bukunya “Dimensi Ke-empat”, dan itu bukan ajaran Alkitab.

Alkitab mengajarkan bahwa istilah “di dalam nama-Ku” sama seperti kita sedang menulis cek atas nama Tuhan Yesus, sehingga tanpa Tuhan Yesus mernyetujui dan membubuhkan tanda tangan-Nya di situ, seluruh cek itu itu tidak berlaku, berapa pun besarnya angka yang dituliskan di dalamnya. Maka tanpa pengesahan Tuhan Yesus, sekalipun Saudara menggunakan nama-Nya, tetap semua tidak berlaku.

Ketika Tuhan Yesus diminta oleh murid-murid-Nya untuk mengajar mereka berdoa, maka Ia mengucapkan: “Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu.”  Barangsiapa yang tidak dapat menguduskan nama Tuhan, menaklukkan diri secara mutlak kepada Tuhan Yesus, ia tidak berhak berdoa. Setiap kali berdoa dalam nama Tuhan  Yesus berarti Saudara sedemikian mengagungklan, menghargai dan menghormati Nama itu, sehingga ketika menyebut-Nya, Saudara tidak boleh melanggar Hukum ketiga, yaitu “jangan menyebut nama Tuhanmu dengan sia-sia.”  Kita harus menyebut nama itu dengan perasaan takut, baru doa Saudara diterima oleh Tuhan. Istilah “dalam nama Yesus” dijelaskan secara teliti dan tegas, karena saat ini pengertian ayat ini begitu banyak disalahgunakan.

Dalam Matius 7:21-23, Tuhan Yesus sendiri memberikan peringatan bahwa tidak semua orang yang menyebut-Nya “Tuhan” dikenal-Nya. Bahkan Tuhan Yesus tidak mengenal orang-orang tertentu yang melakukan banyak mujizat demi nama Yesus, yang bernubuat demi nama Yesus dan yang mengusir setan demi nama Yesus. Sepertinya orang-orang seperti itu begitu sukses, karena mereka melakukan banyak hal yang begitu spektakuler dan berhasil. Semua itu dilakukan dalam nama Yesus. Tetapi Tuhan Yesus mengusir mereka, karena Ia sama sekali tidak mengenal mereka. Kalimat ini kembali bersifat paradoks, sehingga kita perlu memperhatikan dengan sungguh-sungguh.

Terlalu banyak orang yang hanya mau menerima Alkitab secara hurufiah, padahal Alkitab mengatakan bahwa huruf-huruf itu mematikan, hanya makna yang sesungguhnya menghidupkan. Terlalu sedikit orang yang belajar teologi dengan baik dan begitu banyak teologi yang tidak berpangkal pada Alkitab mengajarkan hal-hal yang salah, seperti Liberalisme, sehingga Gereja jatuh ke dalam dua kutub ekstrim seperti di atas. Gereja harus mengerti kebenaran Alkitab dengan sungguh-sungguh. Gereja harus kembali mengambil reformasi yang sungguh-sungguh. Saya sangat sedih, karena saya melihat begitu banyak kekacauan di dalam Gereja Tuhan. Ingatlah, Tuhan meminta kita menguji setiap roh. Roh yang sejati mengatakan kepada kita bahwa kita harus menguji setiap roh, jadi roh yang berkata bahwa kita jangan menguji roh, pasti bukan Roh yang sejati. Saudara harus dapat mengerti prinsip Alkitab dengan jelas, kalau tidak penipuan akan terus menerus mengikuti Saudara dan semua kegiatan, pelayanan dan aktivitas Saudara selama hidup Kekristenan Saudara hanya akan menghasilkan satu pernyataan: “Enyahlah engkau. Aku tidak pernah mengenal engkau, hai pembuat kejahatan!”

Sumber :
 
Nama buku        :  Baptisan dan Karunia Roh Kudus
Sub Judul          :  Turunnya Roh Yang Dijanjikan (Bagian-1)
Penulis              :  Pdt. Dr. Stephen Tong
Penerbit            :  Momentum, 2011
Halaman            :  43 – 64

 

Dicopas dari : https://www.facebook.com/notes/sola-scriptura/turunnya-roh-yang-dijanjikan-bagian-1-artikel-pdt-dr-stephen-tong/876140892434365