Kehendak Allah Atas Pengaturan Alam Semesta

Man holding arms up in praise against golden sunsetDalam mengerti kehendak Allah  di alam semesta, kita tahu bahwa alam semesta mempunyai Sumber, Pencipta, dan Perancangnya, yaitu Allah yang menciptakan dengan rencana yang luar biasa. Waktu kecil kita tidak mengerti bahwa air dan es itu sesungguhnya adalah satu benda yang sama. Keduanya adalah H2O, elemennya sama, tetapi sifatnya berbeda. Es lebih ringan dari pada air sehingga es terapung di air (karena berat jenis es lebih kecil dari berat jenis air). Susu dan air bisa bercampur menjadi satu, tetapi minyak dan air tidak bisa bersatu. Benda jika dipanaskan memuai, tetapi jika didinginkan menyusut. Tetapi air, jika didinginkan sampai empat derajat Celcius, kemudian suhunya diturunkan lebih rendah lagi, maka air itu bukannya menyusut tetapi justru memuai. Kita hanya bisa melihat gejalanya saja, tetapi sering kita tak dapat menjelaskan mengapa begitu.

Orang yang kurang pengetahuan hanya bisa mengetahui fenomena saja, tetapi orang yang pengetahuannya lebih mendalam memikirkan esensi yang ada di balik fenomena tersebut. Ilmu sebenarnya tidak mendalam sebab hanya memberi tahu sesuatu itu begini, tetapi tidak memberi tahu mengapa begini dan juga tidak memberi tahu misteri dibelakang alasan mengapa begini. Karena itu kita harus kembali kepada Pencipta segala sesuatu. Ketika air didinginkan di bawah empat derajat Celcius dan air itu memuai, maka sebenarnya hal itu melawan dalil fisika, tetapi para ilmuwan tidak bisa menjelaskan mengapa demikian.

Jawabannya hanya ada pada Tuhan. Apa sebab? Karena Tuhan menciptakan berbagai macam binatang di dalam air. Jika es lebih berat daripada air dan tenggelam di dalam air, maka binatang-binatang di air akan mati semua! Tuhan memerintahkan agar es yang membeku itu tetap mengapung di atas, supaya binatang di dalam air tetap bisa hidup di air, di bawah es yang membeku itu. Itulah kehendak Tuhan di dalam alam ciptaan.

Kita melihat alam semesta diciptakan menurut hikmat luar biasa yang dibuat oleh Tuhan. Para ilmuwan tidak mungkin memberikan penilaian di balik semua rancangan itu, kecuali kembali kepada Tuhan. Semakin kita memikirkan tentang ciptaan dan kehendak Allah, semakin kita mencintai Allah dan bersyukur kepada-Nya.

Kehendak Allah Atas Pemeliharaan Alam Semesta

 Allah menciptakan segala sesuatu menurut rancangan-Nya. Di dalam dunia ini ada satu sistem alam semesta yang tidak boleh dirusak manusia. Karena itu kalau kita merusak lingkungan sama halnya dengan kita melawan kehendak Allah.

Orang Injili yang membicarakan soal kehendak Allah, hanya demi dirinya sendiri, seperti bagaimana mendapat untung dalam perdagangan, bagaimana mendapat jodoh yang sesuai, dan tidak mengingat kehendak Allah dalam seluruh alam semesta, belumlah tuntas menjadi orang Kristen yang bertanggung jawab. Alam semesta harus kita kelola dengan baik. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mungkin merusak alam semesta ini secara besar-besaran.

Pada waktu Saddam Hussein membiarkan jutaan liter minyak mentah dituang ke Laut Merah, maka perbuatannya adalah sebuah pekerjaan yang melawan agama, sebab dalam agama bukan saja ada moral, tetapi juga perasaan bertanggung jawab terhadap dunia yang diciptakan oleh Tuhan. Kalau kita mau memikirkan kehendak Allah sampai tuntas, maka kita juga harus mengelola alam semesta dan tidak boleh merusaknya. Jangan menebang pohon sembarangan. Juga untuk pohon Natal, jangan menebang pohon pohon cemara yang sangat berguna untuk menjaga keseimbangan lingkungan.

Mencemari lingkungan sama artinya  dengan melawan kehendak Allah. Tanggung jawab manusia terhadap lingkungan ini boleh dimasukkan dalam “mandat budaya.” Setelah Allah menciptakan segala sesuatu, Allah menaruh manusia di taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara tanah itu (Kejadian 2 : 15).

Kita mudah sekali membuat satu kebaktian besar-besaran yang menarik, supaya kelihatannya menarik banyak orang untuk memuji Tuhan. Tetapi sering kali kita tidak mengingat satu pekerjaan Tuhan yang jauh lebih besar daripada apa yang kita pikirkan. Saya bersimpati kepada mereka yang berusaha memperbaiki dan melestarikan lingkungan, sebab ini termasuk salah satu segi dalam mandat budaya yang telah Tuhan berikan.

Alam Semesta Yang Bertujuan

Ketika Tuhan menciptakan alam semesta, satu hal yang tidak dikenal oleh orang di luar Kekristenan adalah bahwa alam semesta ini mempunyai tujuan. Di dalam theologi hal ini disebut sebagai “teleologi,” yang diambil dari kata bahasa Yunani “telos” yang berarti “tujuan atau makna terakhir.” Apakah dunia ini ada sasarannya? Apakah Allah menciptakan segala sesuatu seperti konsep Deisme, yaitu setelah menciptakan segala sesuatu kemudian dibiarkan begitu saja tanpa ada tujuan? Tidak demikian! Allah menciptakan segala sesuatu dengan tujuan untuk Dia sendiri. “Segala sesuatu dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia” (Roma 11:36).

“Dari Dia” artinya Tuhan  adalah sumbernya: “oleh Dia” artinya Tuhan adalah media untuk mencipta dan “kepada Dia” artinya Tuhan yang menerima pertanggungjawaban. Kalau kita memahami hal ini, maka kita menyadari bahwa segala hal berada di dalam titik kesinambungan di mana kita harus menjawab secara total dihadapan Tuhan. Apa yang saya kerjakan sekarang menyusul apa yang saya kerjakan kemarin dan juga harus menuju pada apa yang saya kerjakan besok. Apa yang kita kerjakan besok, menuju pada kewajiban total kita. Kewajiban total itu pada akhirnya menuju kepada penghakiman Tuhan. Sebab kita diciptakan oleh-Nya, melalui Dia dan untuk Dia. Alam semesta pada akhirnya menuju kepada sasarannya.

Theologi Proses yang timbul di Inggris lalu berkembang di Chicago University dan diperkembangkan lagi di Jerman dimulai oleh Alfred North Whitehead yang merupakan rekan kerja Bertrand Russell yang sama-sama menjadi profesor di universitas terbesar dan terpenting di Inggris, yaitu Cambridge dan Oxford. Kedua orang ini menulis satu buku yang terkenal dengan judul The Principles of Mathematics. Mereka berkembang ke dalam bidang filsafat. Bertrand Russell mengembangkan satu sistem filsafat yaitu Deutero Monism, sedangkan Alfred Whitehead memikirkan tentang bagaimana terjadinya alam semesta. Akhirnya ia mengatakan bahwa alam semesta itu bergelombang, berevolusi, dan berproses.

Pemikiran ini menunjukkan bahwa kita tidak tahu bagaimana hari depan itu. Sepuluh tahun yang lalu kita tidak tahu bahwa hari ini kita jadi seperti ini, dan hari ini kita tidak tahu bagaimana keadaan kita sepuluh tahun mendatang. Itu berarti yang berada di dalam proses tidak tahu hari depannya. Ada orang yang ketika lahir miskin sekali, tetapi setelah dewasa menjadi presiden. Sebaliknya, seorang anak yang lahir dalam keluarga Rockefeller mungkin mati dimakan binatang buas karena tidak diketahui bagaimana nasibnya.

Segaka sesuatu yang mungkin terjadi menunjukkan bahwa kita berada di dalam proses. Pemikiran Whitehead ini kemudian diterima oleh University of Chicago dan kemudian menuju pada satu theologi yang menganggap bahwa manusia tidak tahu segala sesuatu itu akan menjadi apa. Yang lebih parah lagi, mereka menerapkan teori ini kepada Allah dengan mengatakan bahwa Allah sendiri tidak tahu esok Ia akan menjadi apa. Ini benar-benar suatu pemikiran yang kurang ajar. Isitlah yang mereka pakai adalah The Unknown Quantity of the Future.

Alkitab mengatakan kepada kita bahwa Alkitab melawan Deisme dan Theologi Proses. Dalam Deisme, Allah dianggap sebagai permulaan dari segala sesuatu, tetapi kemudian tidak campur tangan lagi. Di dalam Theologi Proses, Allah bahkan dianggap tidak tahu Ia akan menjadi apa dan bagaimana nantinya. Di dalam theologi yang menyetujui evolusi, mereka tidak mengetahui titik permulaan itu di mana. Ada yang menganggap bahwa Allah merupakan titik permulaan, tetapi bukan titik akhir. Sebaliknya, ada yang menganggap Allah adalah titik alhir, tetapi bukan titik permulaan.

Ini semua ditolak Alkitab, Alkitab mengatakan bahwa Tuhan menyatakan. ” Akulah Yang Awal dan Akulah Yang Akhir.” Tuhan Yesus juga mengatakan, “Akulah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir.” Arti dari “Akulah Alfa” – Dia adalah titik permulaan, dan “Akulah Omega” – Dia adalah titik akhir. Tuhan yang memulai segala sesuatu dan Tuhan juga yang mengakhiri segala sesuatu. Segala sesuatu bermula dari Tuhan, bersandar pada topangan Tuhan dan menuju pada titik akhir yaitu menuju kepada Tuhan sendiri.

Biarlah setiap kali kita dengan rasa ingin tahu mempelajari kehendak Tuhan, kita selalu mengatakan kepada Tuhan bahwa kita berada dalam alam semesta cipataan-Nya dan kita sadar bahwa segala sesuatu berawal dari Tuhan dan menuju kepada Tuhan. Kalau segala sesuatu dari Tuhan, apakah yang dapat kita banggakan? Tidak ada! Kalau segala sesuatu menuju kepada Tuhan, bolehlah kita menggunakan kebebasan kita secara sembarangan? Tidak boleh! Karena kita dari Tuhan, maka Dia adalah sumber kita sehingga harus berpegang kepada-Nya. Karena kita menuju kepada Tuhan, maka kita harus bertanggung jawab kepada Tuhan. Orang semacam ini baru mungkin untuk menjalankan kehendak Tuhan dengan baik.

Dunia diciptakan Tuhan bukan tanpa sasaran. Jika orang-orang dunia tidak tahu dunia menuju ke mana, biarlah orang Kristen dengan tenang dan stabil mengatakan bahwa semuanya akan diakhiri dalam tangan Tuhan, dan pada titik akhir, mereka yang menjalankan kehendak Allah akan memperoleh kebahagiaan yang kekal. Sebaliknya mereka yang melawan kehendak Tuhan akan dihukum oleh Tuhan dan mendapatkan penghukuman yang kekal. Biarlah kita menaklukan diri di bawah kehendak Allah,

Sumber : Buku Stephen Tong, Judul Mengetahui Kehendak Allah. Penerbit Momentum. (Halaman 31 s.d 37).

Artikel Terkait