man in praiseLangit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari, yang keluar bagaikan pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya. Dari ujung langit ia terbit, dan ia beredar sampai ke ujung yang lain; tidak ada yang terlindung dari panas sinarnya. Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah. Lagipula hamba-Mu diperingatkan oleh semuanya itu, dan orang yang berpegang padanya mendapat upah yang besar. Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari. Lindungilah hamba-Mu, juga terhadap orang yang kurang ajar; janganlah mereka menguasai aku! Maka aku menjadi tak bercela dan bebas dari pelanggaran besar. Mudah-mudahan Engkau berkenan akan ucapan mulutku dan renungan hatiku, ya TUHAN, gunung batuku dan penebusku. (Mazmur 19:2-15)

Datanglah Allah kepada Bileam pada waktu malam serta berfirman kepadanya: “Jikalau orang-orang itu memang sudah datang untuk memanggil engkau, bangunlah, pergilah bersama-sama dengan mereka, tetapi hanya apa yang akan Kufirmankan kepadamu harus kaulakukan.” Lalu bangunlah Bileam pada waktu pagi, dipelanainyalah keledainya yang betina, dan pergi bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab. Tetapi bangkitlah murka Allah ketika ia pergi, dan berdirilah Malaikat TUHAN di jalan sebagai lawannya. Bileam mengendarai keledainya yang betina dan dua orang bujangnya ada bersama-sama dengan dia. (Bilangan 22:20-22)

Marilah kita maju menyerang Yehuda dan menakut-nakutinya serta merebutnya, kemudian mengangkat anak Tabeel sebagai raja di tengah-tengahnya, maka beginilah firman Tuhan ALLAH: Tidak akan sampai hal itu, dan tidak akan terjadi, sebab Damsyik ialah ibu kota Aram, dan Rezin ialah kepala Damsyik. Dalam enam puluh lima tahun Efraim akan pecah, tidak menjadi bangsa lagi. Dan Samaria ialah ibu kota Efraim, dan anak Remalya ialah kepala Samaria. Jika kamu tidak percaya, sungguh, kamu tidak teguh jaya.” TUHAN melanjutkan firman-Nya kepada Ahas, kata-Nya: Mintalah suatu pertanda dari TUHAN, Allahmu, biarlah itu sesuatu dari dunia orang mati yang paling bawah atau sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas. Tetapi Ahas menjawab: “Aku tidak mau meminta, aku tidak mau mencobai TUHAN.” Lalu berkatalah nabi Yesaya: “Baiklah dengarkan, hai keluarga Daud! Belum cukupkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan Allahku juga? Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel. (Yesaya 7 :6-14)

Apakah setiap orang yang sudah mengenal kehendak Allah dengan sendirinya bisa melakukan kehendak Allah? Apakah setiap orang yang sungguh mengenal kehendak Allah dengan sendirinya mampu melaksanakan kehendak Allah di dalam kehidupannya? Bukankah ini menjadi masalah dalam kehidupan kita? Di satu pihak kita rindu mengenal kehendak Allah, mengerti pimpinan Tuhan dan sungguh-sungguh mengenal kebenaran Tuhan, tetapi dilain pihak, kita sering tidak sungguh-sungguh setia melaksanakannya.

Bukan hanya itu saja. Pada saat kita ingin melaksanakan kehendak Tuhan, yang kita dapati sering kali justru banyak kegagalan dan bukannya keberhasilan. Kita sering gagal dan bukannya taat melaksanakan kehendak Tuhan. Pada bab ini kita akan menelaah berdasarkan Firman Tuhan, hal-hal apakah yang sering kali membuat kita gagal untuk melaksanakan kehendak Tuhan, meskipun kita sudah mengerti kehendak Tuhan itu? Mengapa sekalipun kita sudah mengenal Firman Tuhan, kita tetap tidak melaksanakan Firman Tuhan dalam hidup kita?

1. Gagal mengenal zaman kita

Sekarang kita akan melihat satu aspek yang menjadi penyebab mengapa kita sering kali tidak bisa melaksanakan kehendak Tuhan. Jadi, pertanyaan di atas lebih dipersempit lagi menjadi : Bagaimanakah kita dapat menerapkan Firman Tuhan? Waktu kita ingin menerapkan Firman Tuhan, waktu kita mau menaati kehendak Tuhan, ada satu hal yang juga perlu kita perhatikan, yaitu kita harus mengenal dunia di mana Tuhan menempatkan kita.

Jikalau kita mengenal kehendak Tuhan, tetapi tidak jelas mengenal dunia di mana kita ditempatkan, atau kalau kita mengenal Firman Tuhan, tetapi tidak tahu dunia dan situasinya, maka kita akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan kehendak Tuhan. Itulah sebabnya kalau kita ingin sungguh-sungguh melaksanakan kehendak Tuhan dan menaati Firman Tuhan, kita harus mengenal apa yang Tuhan sudah kerjakan dalam alam semesta, situasi di mana Tuhan menempatkan kita, sebab tanpa itu kita tidak akan dapat melaksanakan kehendak Tuhan.

2. Gagal mengaitkan wahyu umum dan wahyu khusus

Firman Tuhan diberikan kepada kita untuk diaplikasikan atau diterapkan dan ditaati. Itulah sebabnya kita bukan saja harus mengenal Firman Tuhan, tetapi juga harus mengenal situasi dan dunia di mana kita berada. Itulah yang ditegaskan dalam Mazmur 19. Langit dan bumi menceritakan kemuliaan Tuhan, menyatakan kebesaran Allah. Dalam kategori ini kita melihat wahyu umum dari Allah.

Kalau kita hanya mengenal wahyu khusus tetapi kita tidak mengenal wahyu umum dengan tuntas, maka kita akan sulit melaksanakan Firman Tuhan. Jika kita hanya mengenal wahyu umum tetapi tidak mengerti wahyu khusus, maka kita tidak akan bisa mengerti wahyu umum dengan benar dan tidak mungkin kita melaksanakan wahyu khusus Tuhan. Dalam Alkitab ada beberapa contoh menarik.

Pada suatu hari orang Farisi dan Saduki meminta satu tanda dari Tuhan Yesus supaya mereka bisa percaya kepada Dia. Mereka meminta tanda dari sorga. Tuhan Yesus berkata kepada mereka, “Engkau melihat alam semesta ini, dan engkau bisa mengenal. Jika matahari kemerah-merahan pada sore hari, maka engkau mengerti bahwa hari akan cerah. Jika matahari kemerah-merahan pada pagi hari maka engkau mengerti bahwa hari itu akan mendung dan turun hujan. Rupa dunia engkau tahu, tetapi engkau tidak mengenal Tuhan, karena engkau tidak sungguh mengenal situasi yang sesungguhnya, karena engkau tidak sungguh mengenal keadaan semesta dengan tepat” (Parafrasa dari Matius 16 :1-3).

Orang Farisi adalah orang yang setia pada Taurat dan menyelidikinya dengan tekun siang dan malam. Mereka belajar baik-baik kita Taurat, tetapi mereka tidak mampu melihat wahyu khusus Allah. Oleh karena itu ketika Tuhan Yesus datang ke dalam dunia dan melaksanakan pekerjaan Mesias, mereka tidak mengerti bahwa Ia adalah Mesias. Apa yang dikerjakan Kristus justru menyatakan kemesiasan-Nya, tetapi orang Farisi tidak mengerti semua ini.

Bukankah mereka menyelidiki Taurat? Tetapi mengapa mereka tidak bisa mengerti seluruh arus pekerjaan Allah dalam dunia ini? Mengapa mereka tidak bisa mengerti jalannya seluruh pekerjaan Tuhan dalam sejarah? Itulah sebabnya kita melihat, ketika Kristus dilahirkan di betlehem, mereka justru tidak menyambut Mesias yang mereka harapkan kedatangan-Nya siang dan malam. Mengapa ini bisa terjadi? Karena ketika menyelidiki Taurat, mereka tidak sungguh-sungguh mengerti apa yang Tuhan perbuat. Karena itulah mereka tidak mengerti seluruh keadaan dan pekerjaan Tuhan dalam sejarah berdasarkan apa yang mereka baca.

Bukankah hal yang sama juga sering terjadi pada diri kita. Bagaimana kita bisa terpecah? Pada waktu mengikuti kebaktian, kita mereasa begitu dekat dengan Tuhan. Pada waktu mendengarkan khotbah, kita merasa tahu akan Firman Tuhan. Tetapi ketika tidak mampu, berdasarkan Firman Tuhan, memperhatikan seluruh situasi dunia.

Beberapa waktu yang lalu saya bertemu dengan orang yang katanya aktif sekali dalam kegiatan rohani. Setiap kali bertemu dengannya, dia selalu mengatakan pada saya perkataan yang amat rohani. Tetapi dalam kehidupan sehari-harinya ia tetap memasang undian SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah merupakan lotere yang dilegalkan oleh pemerintah, diselenggarakan pada tahun 1989 – 1993) main valas, dan hidupnya tidak karuan. Hidupnya terpecah, tetapi ia merasa hidupnya sudah rohani, sudah sesuai dengan Alkitab, dan seluruh hidupnya sudah beres. Ia merasa sudah menyelidiki dan menaati Alkitab. Mengapa hidupnya terbelah seperti itu? Karena ia tidak mampu melihat pekerjaan Tuhan dalam sejarah sebagaimana yang dikatakan dalam Alkitab. Bukankah hal semacam itu sangat ironis?

Orang Farisi menyelidiki Kita Suci tetapi ketika Tuhan bekerja dalam sejarah, mereka justru tidak mengerti apa yang dikerjakan oleh Tuhan dan mereka tidak dapat memberi respon kepada Mesias.

Di pihak lain, kita melihat contoh yang berbeda. Seorang perwira di Kapernaum mempunyai seorang hamba yang sakit. Ia meminta agar Tuhan Yesus menyembuhkan hambanya yang sakit itu. Tuhan Yesus mau datang kerumah perwira itu tetapi ia berkata, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu : “Pergi!” maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: “Datang!”, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: “Kerjakanlah ini!”, maka ia mengerjakannya.” (Matius 8:8-9). Heran sekali bahwa perwira itu mengerti segala sesuatu dalam hidupnya dan dapat menerapkannya dalam iman yang beres. Dari segala pengalamannya, ia dapat membandingkannya dengan prinsip iman, sehingga ia sadar bahwa kalau Tuhan Yesus memberi perintah, maka akan terjadi sesuai dengan perkataan-Nya.

Di satu pihak ada sekelompok orang yang mempelajari  Kitab Suci dan seharusnya bisa mengerti pekerjaan Tuhan dalam sejarah, tetapi kenyataannya tidak. Di pihak lain justru ada orang-orang yang hanya mengerti wahyu umum, tetapi dapat menerapkan dan mengalikannya dalam pergumulan imannya.

Kalau kita tidak sungguh-sungguh mengerti keadaan dunia ini, maka kita akan sulit menjalankan kehendak Tuhan, sebab hidup kita akan terbelah antara hidup yang memuji Tuhan, memuliakan Tuhan dan beribadah, dengan kehidupan sehari-hari yang kita rasa Tuhan tidak ada di situ, yang kita rasa Tuhan tidak bekerja dan memimpin di situ. Kita bekerja dari pagi sampai malam, tetapi apakah kita masih sanggup menggenapi kehendak Tuhan yang mau Ia genapkan dalam hidup kita?

Kalai kita memperhatikan Abraham, maka kita melihat satu keadaan yang menyedihkan. Abraham telah mendapat janji dari Tuhan bahwa anak perjanjian itu akan lahir dari Sara. Tetapi Sara melihat situasi sekitar, dirinya yang sudah tua, maka ia ragu-ragu. Dalam keraguan itu ia memberi usul kepada Abraham suapa ia mengambil Hagar, budaknya, menjadi istri, supaya melalui Hagar akan lahir seorang anak yang dapat dijadikan anak oleh Sara juga.

Kalau kita perhatikan, sebenarnya usul Sara ini tidak pernah ada dalam prinsip Alkitab. Tetapi usul Sara ini dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan kemudian ia memberi usul kepada Abraham. Lalu Abraham mengambil Hagar dan lahirlah Ismael. Akhirnya, muncullah kesulitan yang tidak pernah selesai.

Di sini kita melihat kontras demi kontras terjadi. Di satu pihak ada orang yang mengenal Firman Tuhan, tetapi belum tentu dia mengerti pekerjaan Tuhan yang digenapi dalam hidupnya setiap hari. Belum tentu dia mengenal pimpinan Roh Kudus dalam hidupnya, yang memimpinnya masuk dalam dalam seluruh kehendak Tuhan. Di pihak lain, kadang-kadang orang yang di luar, waktu mereka mempelajari sesuatu dalam hidup mereka, mereka bisa membuat analogi dari suatu situasi dan mereka justru bisa mempertemukan analogi dengan iman yang tertuju kepada Allah.

Sebaliknya, ada orang percaya yang katanya sudah menjadi umat Allah, keputusan yang diambilnya justru tidak rohani dam kompromistis dengan situasi hidupnya. Bukankah ketika Sara memberi usul kepada Abaraham sesungguhnya saran itu sangat sesuai dengan realitas kehidupan? Karena menurut pemikiran dunia waktu itu, tidak salah memberikan dayang-dayang kepada suami dan anak yang lahir itu diambil menjadi anaknya sendiri. Bukankah itu sesuatu yang biasa dalam kondisi waktu itu? Tetapi ini justru merupakan tindakan yang keliru.

Bagaimana dengan kehidupan kita sendiri? Pada saat kita sudah mengerti Firman Tuhan, lalu Tuhan mengutus kita hidup di tengah dunia, mampukah kita melaksanakan Firman Tuhan dengan setia dan mengaplikasikannya dalam kehidupan kita setiap hari? Mampukah kita sungguh mengenal Firman Tuhan dan melihat langsung relevansinjya dalam kehidupan kita?

Sumber : Buku Stephen Tong, Judul Mengetahui Kehendak Allah. Penerbit Momentum. (Halaman 201 s.d 208).

Artikel Terkait