PendetaPERKATAAN 5 :

“Aku haus!”

—————————————–

Bacaan :

Yohanes 19:28-29; Mazmur 22:14-16; Mazmur 69:21-22

Arti yang paling dalam mengenai keselamatan, ada dalam ke-tujuh perkataan Kristus di atas salib. Siapakah Anda dan saya yang boleh diberi pengertian oleh Roh Kudus untuk mengetahui akan rahasia cinta kasih Tuhan? Yang kita ketahui mungkin hanya sepersepuluh, seperseratus atau bahkan sepersejuta, tetapi puji Tuhan karena Dia tidak mau kita tidak mengetahui apa-apa tentang sengsara dan salib-Nya. Orang yang mengenal kesengsaraan Kristus adalah orang yang bisa mencintai Tuhan. Kita tidak mencintai Tuhan karena kita tidak sadar akan kasih Tuhan. Apakah sebabnya rasul Yohanes memberitakan kasih Allah lebih dalam daripada rasul-rasul yang lain? Karena Yohanes adalah satu-satunya rasul yang berada di bawah salib. Karena pengenalan akan salib dan sengsara Yesus Kristus mengakibatkan seseorang masuk ke dalam tempat Mahakudus dari kasih Tuhan Allah. Kita boleh mengasihi Allah juga.

Tuhan memperbolehkan kegelapan selama tiga jam menudungi Anak-Nya. Kegelapan yang lebih besar dari gerhana matahari. Di atas Golgota sama sekali tidak ada cahaya. Matahari tidak berani melihat kerusakan yang ditimpakan di atas kayu salib. Matahari tidak berani melihat kekejaman yang menganiaya Kristus tanpa peri kemanusiaan. Kesengsaraan dan penderitaan yang paling sulit dan paling kejam diterima oleh Yesus Kristus. Pada waktu kegelapan datang, tak seorang pun dapat melihat apa yang sedang terjadi pada tubuh Yesus Kristus karena di Golgota tidak ada alat penerangan. Tidak seorang pun tahu apakah tubuh-Nya menggeletar karena mengalirkan darah terlalu banyak. Pada saat itu Allah tidak mengizinkan siapa pun melihat apa yang terjadi pada tubuh Kristus.

Setelah tiga jam lewat dari jam dua belas, maka di dalam keadaan yang paling gelap itu terdengarlah satu suara yang mencetuskan satu kesengsaraan yang tidak terbandingkan dan tidak mungkin dimengerti oleh siapa pun: “Eli, Eli, lama sabakhtani? Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Inilah ucapan yang paling sedih dari hati yang paling penat dan pedih. Ucapan ini keluar dari hati yang paling menderita, yang jiwa-Nya diperas. Paku kasih sudah mencapai keseluruhan; penderitaan sudah mencapai jiwa yang terdalam dari Kristus yang bertempat mengambil status Anda dan saya. Kalimat ini satu kali tercetus dari mulut Yesus Kristus dan tidak pernah diulangi-Nya lagi.

Di dalam saat itu Allah menyatakan kuasa-Nya dan saat itu Allah menyatakan satu keadaan melalui keadaan paradoks yang tidak dimengerti oleh manusia. Itu Allah lakukan untuk menggenapi satu rencana yang sudah ditetapkan dari kekal sampai kekal. Allah merencanakan untuk menerima kita dan menghapuskan segala dosa kita melalui pengorbanan Anak-Nya. Allah mau memperdamaikan diri-Nya dengan kita dengan menetapkan untuk meremukkan Kristus. Peremukan itu sudah diteriakkan oleh Kristus dengan satu reaksi yang amat menakutkan.

Jam tiga adalah jam di mana kematian Kristus mendekat. Di dalam menit-menit terakhir, Kristus mengucapkan empat kalimat. Selama dipaku di atas kayu salib, Ia mengucapkan tujuh kalimat. Tiga kalimat pertama adalah kalimat yang berdoa kepada Allah. Doa untuk meminta pengampunan bagi orang berdosa, janji untuk menerima jiwa berdosa yang bertobat dan perkataan bagi Maria. Sedangkan kalimat yang ke-empat adalah satu teriakan yang menakutkan. Sekarang sesudah teriakan ke-empat itu, maka reaksi orang di bawah mungkin tercengang, entah pula mengejek, entah heran dan tidak mengerti apa yang seharusnya mereka perbuat. Tetapi sekarang mereka sadar bahwa matahari yang tadinya tertudungi awan gelap mulai bersinar kembali. Orang-orang di bawah salib melihat pada satu minuman yang tersedia di situ.

Pada waktu itu mereka hendak menunggu akan apa yang terjadi setelah Kristus berteriak: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Waktu itu ada orang berkata: “Mari kita melihat apakah Elia datang menyelamatkan Dia.” (Matius 27:49). Apakah ini satu ejekan, olokan atau satu ketakutan? Sesudah kegelapan itu menudungi seluruh daerah, maka siapa pun tidak bisa tenang lagi. Setiap orang yang mengalami kegelapan seperti itu, harus berpikir dan menyelidiki diri. Apakah gejala alam yang demikian itu timbul karena dosa manusia? Orang yang telah memaku dan menjatuhkan hukuman mati terhadap Kristus, baik Pilatus, Herodes, Kayafas, Hanas, prajurit-prajurit maupun rasul-rasul yang melarikan diri hingga orang-orang Yahudi yang meneriakkan: “Salibkan Dia!” bagi Kristus, harus bepikir: “Kapan kegelapan yang pekat akan berhenti?”

Salah satu pemikiran yang timbul dari mereka adalah jikalau Yesus yang mereka salibkan itu sungguh-sungguh Anak Allah, maka kegelapan itu terjadi karena kemarahan Allah kepada orang-orang yang menyalibkan Anak-Nya dan tulisan nubuat nabi Amos terjadi (Amos 8:9). Hal ini sungguh menakutkan mereka. Ejekan tidak mungkin dilontarkan lagi. Mereka memang sungguh-sungguh mengharapkan kedatangan Elia untuk menolong Kristus, karena dengan demikian maka segala sesuatu akan menjadi beres dan murka Allah tidak menimpa umat manusia.

Allah mempunyai rencana sendiri. Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah ia – supaya genaplah yang ada tertulis dalam kitab suci: “Aku haus”. Kata pertama dari ayat ini adalah Sesudah itu, Sesudah apa? Apakah yang terjadi sesudah kegelapan lewat? Apakah sesudah Kristus berteriak: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Apakah sesudah hal yang paling kejam dan paling sulit itu lewat? Yesus tahu bahwa peperangan yang paling sengit sudah lewat dan sesudah hal itu, Ia melihat satu hal: Segala sesuatu telah selesai.

Pada waktu Yesus Kristus bertahan di atas salib sampai jam tiga, sekarang Ia mengetahui bahwa segala hal sudah terjadi. Apakah yang sudah terjadi? Nubuat-nubuat tentang Mesias dan kematian-Nya sudah tergenapi. Nubuat-nubuat apa yang tergenapi di atas kayu salib itu? Allah menyediakan keselamatan bukan dengan rencana yang sembarangan. Paulus menulis dalam surat Efesus bahwa rencana keselamatan dari Allah sudah ada sebelum dunia diciptakan (Efesus 1:4). Allah sudah menetapkan kita yang ada di dalam Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya. Inilah satu rencana dari kekekalan, dari sejak dunia belum diciptakan.

Tidak ada rencana yang lebih besar daripada rencana keselamatan Allah di dalam Yesus Kristus. Rencana Allah sudah ada sebelum dunia diciptakan. Sesudah dunia diciptakan, rencana itu dilaksanakan. Darah yang pertama kali dialirkan setelah manusia jatuh di dalam dosa bukanlah darah manusia itu sendiri tetapi darah binatang yang Tuhan bunuh untuk mengganti Adam yang berdosa (Kejadian 3:21). Dalam Perjanjian Lama, Tuhan menyatakan dengan jelas bahwa sesudah Adam berbuat dosa, ia tidak mati pada hari itu juga. Adam tidak mengalirkan darah, tetapi Allah menghukum Adam dan Allah memberikan pakaian dari kulit binatang untuknya. Binatang bisa dikuliti setelah mati. Ada binatang yang mati. Ada binatang yang darahnya dialirkan. Adam yang berbuat dosa, tetapi binatang yang mengalirkan darah.

Ada pengganti. Di sini kita melihat bahwa penebusan dengan cara mengganti (Redemption by substitution) sudah menjadi wahyu pertama yang dinyatakan kepada manusia. Nubuat pertama dalam seluruh Kitab Suci sesudah manusia berdosa bukan dikatakan oleh mulut manusia. Manusia pertama yang berbuat dosa dan baru saja berbuat dosa, bagaimanakah ia bisa menjadi penyambung lidah Allah? Allah sendirilah yang mengucapkan nubuat itu. Allah sendiri berkata: “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau (ular) dan perempuan ini; benih perempuan (Kristus) akan berperang dengan ular. Kepala ular akan diremukkan oleh benih dari perempuan itu dan benih perempuan itu akan dilukai kakinya.” (terjemahan lain dari Kejadian 3:15). Peperangan rohani secara kosmos sudah ditetapkan oleh Allah dan kemenangan ada pada benih perempuan. Siapakah benih perempuan yang dimaksud? Terjemahan bahasa asli dari istilah benih perempuan itu, menunjuk kepada satu Oknum saja dan bukan banyak oknum. Manusia tidak mengerti nubuat itu, Hawa juga tidak mengerti nubuat itu.

Waktu Hawa melahirkan anak pertama, ia mengira bahwa anak pertamanya itu yang dinubuatkan oleh Allah (Kejadian 4:1). Tetapi Kain bahkan lebih jahat daripada Adam, maupun Hawa. Dosa melahirkan dosa, dosa makin besar dan jahat. Benih perempuan menjadi satu tanda tanya sepanjang sejarah berlangsung. Tetapi Tuhan mempunyai rencana yang agung dan kekal tidak berputus asa menunggu persiapan sejarah. Tuhan mengirimkan nabi-nabi-Nya satu demi satu untuk memberitakan pengharapan penebusan dosa bagi manusia.

Sampai pada nabi Yesaya, Tuhan mengatakan: “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: “Sesungguhnya seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Immanuel.” (Yesaya 7:14). Allah telah menggerakkan Matius pada waktu mengutip ayat tersebut dalam Matius 1:23 untuk memakai satu istilah yang hanya boleh dikenakan kepada anak perawan yang belum menikah, kepada Maria ibu Yesus. Seorang perawan mengandung dan melahirkan seorang anak hanya terjadi satu kali, dan tidak boleh diulangi lagi di dalam sejarah. Siapakah benih dari anak perawan itu? Siapa kecuali Yesus Kristus? Siapakah saya? Saya adalah benih dari laki-laki dan perempuan. Siapakah Anda? Anda adalah benih dari laki-laki dan perempuan. Siapakah Yesus Kristus? Ia adalah benih dari perawan. Perawan itu adalah Maria. Maria melahirkan Yesus Kristus. Yesus adalah satu-satunya orang yang dari sejak kandungan, tidak menerima warisan dari dosa asal yang diturunkan Adam.

Itu sebabnya kedatangan Kristus menggenapi apa yang sudah diberitakan sebagai nubuat pertama oleh Tuhan Allah kepada Adam. Manusia tidak perlu putus asa lagi, tidak perlu kecewa lagi, karena Allah Tuhan Pencipta kita sudah menjalankan mujizat untuk menggenapi apa yang telah dijanjikan-Nya kepada manusia yang murtad kepada Allah. Banyak hal lagi nubuat tentang Kristus yang sudah digenapkan. Mikha 5:2 menubuatkan bahwa Mesias akan dilahirkan di Betlehem dan itu tergenapi pada waktu Yesus Kristus dilahirkan (tertulis dalam Lukas 2:1-7). Kristus disebut sebagai tunas yang keluar dari keturunan Daud (Yesaya 11:1, Yeremia 23:5) dan Kristus dilahirkan dari keturunan Daud juga (Matius 1:1-16). Dalam satu nubuat (Hosea 11:1), dikatakan bahwa Allah memanggil Anak-Nya dari Mesir dan itu terjadi dalam hidup Kristus pada waktu Ia dibawa menghindar ke Mesir dari ancaman pembunuhan oleh raja Herodes (Matius 2:13-15). Alkitab berkata kepada kita bahwa hati Yesus akan berkobar-kobar melihat kejadian di dalam bait Allah (Mazmur 69:10), hal itu terjadi dalam hidup Yesus Kristus (Yohanes 2:13-17). Dan Alkitab mengatakan bahwa Mesias akan memasuki bait Allah dengan menunggang keledai (Zakaria 9:9), itu tergenapi pada waktu Yesus Kristus memasuki bait Allah di Yerusalem menunggang seekor keledai muda (Matius 21:1-5).

Sekarang kita akan melihat belasan nubuat yang khusus berkata tentang kematian-Nya. Untuk menubuatkan kematian Kristus yang terjadi di Golgota, dari sejak Yudas menjual Dia, sampai Kristus menghembuskan nafas terakhir, di dalam beberapa jam itu saja, Allah memerlukan waktu kira-kira seribu tahun untuk menubuatkan hal-hal itu. Dari mulut Daud, Yesaya maupun dari pemazmur dan penulis lain, telah dengan begitu limpah dan lengkap menubuatkan tentang kematian Yesus Kristus. Nubuat-nubuat yang terjadi selama seribu tahun digenapi dalam satu hari. Nubuat sepanjang seribu tahun, dikonsentrasikan di dalam satu Oknum di dalam satu hari. Jika Yesus bukan Kristus, siapakah Dia? Jika apa yang terjadi pada-Nya bukan menurut rencana Allah, maka itu terjadi menurut rencana siapa? Yohanes 19:28 berbunyi: “Karena Yesus tahu bahwa segala sesuatu sudah terjadi…lalu Dia berteriak: “Aku haus!” Apakah arti ayat ini? Istilah segala sesuatu sudah terjadi, meliputi sepuluh hal yang sudah genap pada hari itu juga.

  1. Dia dijual oleh kawan-Nya sendiri (Mazmur 55:13-15), digenapi dalam Matius 26:47-56. Melalui pemazmur, Tuhan berkata bahwa jikalau musuh yang menjual-Nya, itu masih wajar. Tetapi yang menjual Kristus adalah kawan yang dekat, yang dipercaya. Yesus tidak dijual oleh orang Farisi, tetapi justru dijual oleh Yudas, yang siang malam selama tiga setengah tahun ada bersama dengan Dia.
  2. Dia akan dijual dengan tiga puluh keping perak (Zakaria 11:12), digenapi dalam Matius 26:15-16. Yudas telah menjual Yesus dengan upah tiga puluh keping perak. Yudas sudah menerima pikiran dari iblis dan menetapkan hatinya untuk berbuat kejahatan serta menjual Yesus Kristus. Yudas sudah mengambil tekad yang tidak akan berubah.
  3. Penggembala harus dibunuh dan domba-dombanya akan bercerai-berai (Zakaria 13:7), digenapi dalam Matius 26:56. Siapakah Yesus Kristus? Dia adalah Gembala. Gembala yang besar. Gembala yang sulung. Tetapi Alkitab berkata bahwa Gembala itu akan dibunuh dan domba-domba-Nya akan bercerai-berai ke sana ke mari. Pada waktu Yesus ditangkap, murid-murid-Nya pergi ke sana ke mari. Pada waktu dipaku di atas kayu salib, Dia tahu bahwa Dia akan menggembalakan domba-domba-Nya. Dan domba-domba di luar kandang akan dibawa-Nmya kembali untuk bersatu dengan domba-domba yang sudah ada di dalam kandang (Yohanes 10:16). Akulah Gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya (Yohanes 10:11). Yesus tahu bahwa diri-Nya adalah Gembala yang dipukul, yang dilukai. Waktu dipaku di atas kayu salib, baik Petrus, Andreas maupun murid-murid-Nya yang lain yang biasanya melayani Dia dengan giat kini tidak ada. Orang-orang Kristen yang biasanya sibuk melayani di dalam persekutuan kini tidak kelihatan lagi bahkan bayang-bayangnya sekalipun tidak. Karena apa? Karena sudah dinubuatkan bahwa domba-domba-Nya akan berkeliaran ke sana ke mari dan tersesat. Gembala yang baik sudah dipukul. Yesus tahu bahwa nubuat ini sudah tergenapi.
  4. Mesias akan dituduh dan difitnah oleh saksi-saksi dusta. Tuduhan-tuduhan itu akan menjadi penodaan bagi-Nya, tetapi Dia tidak berbicara apa-apa karena Dia rela menerima tanpa membalas segala perkataan jahat yang ditimpakan jkepada-Nya. Ini dinubuatkan oleh Tuhan melalui nabi-Nya dalam Mazmur 109:2-5, dan penggenapannya bersama dalam Matius 27:12. Pada waktu disalib, Dia melihat bahwa hal ini sudah terjadi. Semua tuduhan orang Yahudi yang ditimpakan kepada Yesus, didengarkan oleh Pilatus. Sebagai orang Romawi, tuduhan bahwa Kristus melakukan penghujatan terhadap Allah tidaklah penting bagi Pilatus. Tetapi bagi orang yahudi, hal itu sebaliknya. Bagi orang Yahudi, Yesus yang berani menyebut diri sebagai Anak Allah yaitu Kristus, adalah seorang penghujat. Itu adalah dosa besar! Satu-satunya manusia yang di hadapan umum berani mengatakan bahwa diri-Nya mengampuni dosa orang lain (matius 9:1-3; Markus 2:6-7) dan di hadapan umum berani mengatakan bahwa diri-Nya Kristus Anak Allah adalah Yesus (Yohanes 5:17-18). Tuduhan menghujat Allah yang didengar oleh Pilatus, tidaklah penting. Baginya, Yesus itu Anak Allah atau bukan, tidaklah penting. Yesus itu Kristus atau bukan, tidaklah penting. Tetapi kalau Yesus mengatakan bahwa diri-Nya adalah Raja orang Yahudi, maka tuduhan itu menjadi penting bagi Pilatus. Karena saat itu orang Yahudi ada di bawah jajahan orang Romawi, Pilatus adalah salah satu gubernur Romawi. Bagaiamana jika ternyata Yesus adalah raja baru bagi orangYahudi? Apakah Dia akan mengganti kedudukan Herodes? Bukankah Herodes adalah raja boneka orang Yahudi yang ditunjuk dan dikuasai oleh pemerintah Romawi? Bukankah Yesus ingin mengadakan satu pemberontakan politik? Bukankah Yesus ingin mengadakan satu revolusi? Maka Pilatus bertanya kepada-Nya: “Engkaukah raja orang Yahudi?” (Lukas 23:3). Yesus Kristus menjawab Pilatus: “Aku dilahirkan dalam dunia sebagai Raja dan Aku bersaksi tentang kebenaran.” (Yohanes 18:37-38). Pilatus bertanya lagi kepada Yesus: “Apakah kebenaran itu?” Pilatus bertanya demikian karena dia mempunyai satu dasar atau tradisi pengenalan kebenaran ala Romawi yang dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani. Istilah kebenaran (Yunani: Aletheia) adalah satu istilah yang maknanya terus dicari oleh filsuf-filsuf Yunani seperti Protagoras, Georgias, Sokrates, Plato, Aristoteles, orang-orang Stoik, orang-orang Episkurian dan sampai Pilatus. Mungkin Pilatus pernah menerima pengaruh dari Seneca atau pemikir Yunani yang lain. Jika orang-orang Romawi sudah dipenuhi oleh filsafat Yunani yang begitu dalam menyelidiki tentang kebenaran, maka kebenaran macam apakah yang Yesus berani katakan? Demikian pikir Pilatus. Bukankah Yesus berkata bahwa kedatangan-Nya adalah untuk bersaksi tentang kebenaran? Apakah kebenaran? Pilatus hanya bertanya dan tidak menantikan jawabannya. Inilah sikap manusia yang tidak menghormati Tuhan. Dan Tuhan Yesus juga tidak menjawab Pilatus. Kini di atas kayu salib, semua umpatan-umpatan, fitnahan-fitnahan maupun segala olokan sudah terlewati. Nubuat ke-empat sudah lewat.
  5. Orang-orang akan mencambuk, memukuli, melukai serta meludahi muka-Nya. Berapa kali Krisitus menerima segala penghinaan, dera dan fitnahan? Pada waktu Kristus dihadapkan kepada Herodes, Herodes mengharapkan agar Dia mengadakan satu mujizat di hadapannya (Lukas 23:8). Tetapi di hadapan tentara Herodes, tidak ada satu mujizat pun yang akan diadakan-Nya untuk pamer atau pun untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia. Herodes adalah manusia yang ingin mengetahui mijizat dan menyuruh Allah melayani dia. Herodes ingin supaya Yesus Kristus mendemonstrasikan dan memamerkan kuasa-Nya kepada dia. Di atas Golgota tidak ada hal ini. Di atas sengsara Kristrus, tidak ada hal ini. Pada waktu Yesus Kristus mendengarkan perkataan Herodes, Dia diam dan tidak menjawabnya. Dia memutar tubuh-Nya. Pukulan dan cambukan datang menghantam tubuh-Nya. Dia menerima segala pukulan dan cambukan yang merobek-robek daging dan kulit-Nya. Dia tetap membiarkan mereka. Nubuat sudah mengatakan bahwa Mesias akan membiarkan mereka memukul Dia dan membiarkan supaya badan-Nya dicambuk (Mikha 5:1; Yesaya 50:6). Dengan bilur-Nya Anda dan saya disembuhkan (Yesaya 53:3-8). Di dalam bilur-Nya ada keselamatan yang lengkap bagi kita. Penderitaan Kristus sudah dinubuatkan kira-kira tujuh ratus tahun sebelumnya. Dan itu digenapkan dalam Matius 26:67-68; 27:30. Inilah nubuat ke-lima yang sudah digenapi.
  6. Dia akan dihukum beserta dengan perampok-perampok. Kristus akan dihukum dengan para kriminal. Bahasa asli Ibrani menunjukkan bahwa Mesias akan mati di antara orang-orang (bentuk jamak) kriminal. Nubuat ini ada tujuh ratus tahun sebelum Yesus disalibkan (Yesaya 53:9, 15) dan digenapi dalam Markus 15:7, 28.
  7. Tangan dan kaki Mesias akan ditusuk. Orang-orang tidak akan mengerti bagaimana cara Mesias akan mati meskipun Perjanjian Lama sudah jelas mengatakan hal ini. Sampai pada satu hari Kristus mati, barulah kita mengetahui bagaimana Kristus akan mati. Kristus mati dengan tangan dan kaki tertembus paku. Masakan cara mati Kristus juga dinubuatkan dalam Alkitab? Ya, memang dinubuatkan. “Kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kau letakkan aku. Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku.” (Mazmur 22:16). Mazmur ini ditulis kira-kira seribu tahun sebelum Yesus dipakukan di atas kayu salib. Orang akan menusuk tangan dan kaki-Nya. Nubuat tentang penderitaan Mesias yang paling penting terdapat dalam Mazmur 22. Lalu di manakah ayat-ayat yang menggenapi hal ini? Di dalam ketiga Injil sinopsis (Matius, Markus, Lukas) tidak dikatakan bahwa tangan Yesus ditusuk. Tetapi Injil Yohanes mencatat bahwa setelah Yesus bangkit dan menampakkan diri kepada murid-murid-Nya, maka salah satu dari murid yang bernama Tomas tidak percaya hal itu. Akhirnya Tomas bertemu denganTuhan Yesus dan melihat dengan jelas akan bekas paku di tangan dan bekas tusukan tombak di lambung-Nya (Yohanes 20:25-29). Tomas tidak ada pada hari pertama kebangkitan Yesus. Tetapi pada hari ke delapan dari kebangkitan-Nya, Ia menemui Tomas dan menunjukkan kepada bekas tusukan paku.
  8. Pakaian-Nya akan direbut dan dibagi-bagi di antara orang-orang yang menyalibkan Dia (Mazmur 22:18), hal ini digenapi dalam Yohanes 19:23-24.
  9. Dia berdoa untuk orang-orang kriminal yang disalibkan bersama-sama Dia (Yesaya 51:12). Ini digenapi dalam Lukas 23:34. “Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”
  10. Kegelapan menudungi Kristus (Amsal 8:9), ini tergenapi dalam Matius 27:45.

Sepuluh nubuat yang besar tentang kematian Kristus sudah tergenapi dalam satu hari. Sepanjang seribu tahun sebelum Kristus lahir ke dunia, sudah ada nubuat-nubuat tentang bagaimana Dia akan mati. Semua nubuatan itu terkonsentrasi pada satu Orang. Dan kini Kristus menggenapi semua nubuat itu. Apakah ini satu kebetulan? Tidak. Ini semua menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah Mesias. Selain sepuluh nubuat di atas, masih ada tujuh nubuat yang penting tentang kematian Kristus. Satu nubuat yang sedang terjadi kini adalah kehausan. “Aku haus!” Pada waktu Alkitab mengatakan pada waktu Yesus mengetahui bahwa segala hal ini sudah terjadi, berkatalah Ia supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: “Aku haus!” Inilah ucapan ke-lima dari Kristus. Ucapan dari Kristus yang sengsara: “Aku haus!”

Ayat sebelumnya dari perkataan Kristus adalah supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci. Apakah Yesus sedang bersandiwara supaya apa yang ditulis dalam Perjanjian Lama menjadi genap dalam diri-Nya? Apakah Yesus berkata begitu supaya bisa menyatakan diri-Nya sebagai Kristus? Pikiran semacam demikian adalah pikiran jahat yang selalu mengganggu akan iman kita. Saya berkata kepada Anda bahwa hal ini tidak mungkin. Yesus bukan menggenapi hal itu untuk bersandiwara. Siapakah orang yang bisa menentukan diri sendiri untuk mati dengan tangan tertusuk? Apakah Yesus menentukan hal itu? Tidak. Siapakah yang bisa menentukan perundingan untuk menjual Yesus dengan tiga puluh keping perak? Siapakah yang menentukan harga Yesus dijual? Siapakah yang bisa menentukan bahwa jika Yesus berteriak : “Aku haus!”, maka orang akan memberi-Nya anggur asam? Ini semua sudah ditetapkan oleh Tuhan Allah dan disampaikan oleh nabi-nabi-Nya, bukan pengaturan manusia.

Pada waktu Yesus berteriak: “Aku haus!” maka orang memberikan anggur asam kepada Dia. Genaplah lagi apa yang sudah tertulis dalam Kitab Suci (Mazmur 69:122). Tentang kematian Kristus, Alkitab mengatakan bahwa tidak ada satu tulang pun dari pada-Nya yang akan patah (Mazmur 34:21). Yesus Kristus dinubuatkan akan dikuburkan dalam kuburan orang kaya. Kematian Yesus Kristus mempunyai nubuat-nubuat yang penting, dan tak ada satu pun dari nubuat-nubuat tersebut yang tidak terjadi.

Apakah arti perkataan: “Aku haus!” ? Semua perkataan dari atas kayu salib memiliki obyeknya kecuali perkataan yang satu ini. Pada waktu berkata: “Bapa, ampunilah mereka…”, Yesus berkata kepada Bapa. Pada waktu berkata: “….hari ini juga, engkau bersama Aku di Firdaus.”, Yesus berkata kepada perampok. Pada waktu Yesus berkata: “Wanita, lihatlah anakmu…”, Dia berkata kepada Maria. Pada waktu berkata: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”, Yesus berkata kepada Allah. Selanjutnya pada waktu Dia mengatakan: “Sudah Genap!”, itu adalah satu perkataan kepada semua yang menunggu akan penggenapan pekerjaan Mesias. Dan terakhir, ketka Yesus berkata: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku!”, Dia berkata kepada Allah. Tetapi di sini Dia berkata: “Aku haus!”

Siapakah yang berkata? Berkata kepada siapa? Mengapa berkata? Bukankah yang berkata di atas kayu salib: “Aku haus!” pernah duduk di pinggir perigi dan berkata kepada seorang perempuan Samaria: “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi; tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” (Yohanes 4:13)? Kristus pernah memberikan penghaarapan kepada manusia bahwa barangsiapa yang datang kepada-Nya tidak akan haus lagi (Yohanes 6:35). TUHAN adalah Gembalaku, tak kan kekurangan aku. Kristus berjanji bahwa barangsiapa datang kepada-Nya akan dibawanya ke air yang tenang dan ke atas rumput yang hijau, tidak akan lapar dan dahaga (Mazmur 23:1-2).

Mengapa Kristus yang memberikan janji air hidup sekarang berteriak: “Aku haus!”? Bukankah Kristus yang sama adalah Kristus yang mengatakan: “Makanlah daging-Ku, minumlah darah-Ku. Sungguh Aku berkata kepadamu bahwa daging-Ku bisa dimakan dan darah-Ku boleh diminum. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, mempunyai hidup yang kekal di dalam dirinya.” (Yohanes 6:53-56). Tidak ada ceramah Kristus yang lebih sulit dimengerti daripada ceramah yang satu ini. Semua orang Yahudi, termasuk murid-murid-Nya sendiri menjadi terkejut. Dari kecil mereka belajar dan mengetahui bahwa Tuhan Allah jelas melarang orang Yahudi minum darah (Imamat 7:26-27). Taurat dengan jelas mengajar bahwa orang Yahudi tidak boleh minum darah. Tetapi Kristus dengan jelas berkata kepada mereka: “Minumlah darah-Ku!” “Yesus orang gila! Yesus orang sinting! Dia tidak mengenal Taurat!”, demikianlah orang Yahudi menyebut Dia. Tetapi Yesus berkata lagi: “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkannya pada akhir zaman.”

Orang-orang Yahudi menjadi kacau mendengarkan teologi yang begitu dalam. Mereka tidak tahan mendengarkan Dia. Dalam Yohanes 6:2, diperkirakan ada dua belas ribu orang di sekeliling Yesus Kristus mengikuti Dia. Tetapi setelah mendengarkan pengajaran yang keras dari Tuhan, maka sisa orang yang tertinggal hanya belasan orang bahkan mungkin kurang dari itu (Yohanes 6:60-66). Dari dua belas ribu orang yang mengelilingi Dia akhirnya hanya sisa dua belas orang. Dari mana kita memperkirakan jumlah dua belas ribu orang tersebut? Kristus memberi makan kira-kira lima ribu orang laki-laki (Yohanes 6:10); bukankah dengan demikian kita dapat memperkirakan bahwa paling sedikit ada enam ribu orang perempuan dan sekitar seribu remaja dan anak-anak? Siapakah kaum yang lebih mayoritas dalam mengikuti kebaktian? Pria atau wanita? Tetapi setelah Kristus mengatakan “Darah-Ku boleh diminum, daging-Ku boleh dimakan!” maka semua lari karena tidak bisa mendengar perkataan itu. Yesus berkata kepada sisa orang yang tertinggal, yaitu murid-murid-Nya: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Maka Petrus menjawab, mewakili orang Kristen suci dari sepanjang zaman: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal…” (Yohanes 6:67-68). Petrus memang hebat, mengerti dan setia kepada Yesus Kristus. Inilah Yesus yang berkata di atas kayu salib: “Aku haus!”

Bukankah Kristus yang berkata: “Aku haus!” adalah Kristus yang di dalam kekekalan akan memberikan air hidup? Bukankah sungai air kehidupan akan keluar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba? (Wahyu 22:1). Kristus, yang menghentikan haus, yang menjanjikan air hidup dan yang mengatakan bahwa barangsiapa yang datang kepada-Nya tidak akan dahaga, sekarang berkata: “Aku haus!” Bukankah pada waktu Musa membawa orang Isarael, maka Kristus menjadi Batu Karang rohani yang memberikan air hidup kepada orang Israel yang kehausan? (1 Korintus 10:1-4; Keluaran 17:6; Bilangan 20:11). Yang menyertai orang Israel keluar dari tanah Mesir dan masuk ke tanah Kanaan adalah Kristus dengan Roh-Nya. Pada waktu orang Israel dilanda kehausan besar, mereka bersungut-sungut kepada Musa: “Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?” Engkau mengajak menjadi Kristen, sekarang pada waktu kami kehausan, Allah tidak mendengarkan kami. Lalu Musa berdoa kepada Allah dan Allah menuruh Musa untuk memukul Batu Karang. Batu Karang itu pecah dan air keluar.

Siapakah Batu Karang itu? Kristus. Kristus adalah air hidup yang memuaskan dahaga. Kristus adalah Batu Karang untuk segala zaman. Di atas Batu Karang Aku akan mendirikan gereja-Ku (Matius 16:18). Batu ini hanya boleh dipecahkan satu kali untuk mengalirkan air hidup bagi semua. Bukankah ini paradoks? Kristus yang memberikan air hidup adalah Kristus yang mengatakan, “Aku haus!” Siapakah Dia yang berteriak: “Aku haus!” Di antara tujuh perkataan salib, perkataan yang paling sulit dikhotbahkan adalah perkataan ini. Apa arti perkataan Kristus?

Kepada siapa perkataan “Aku haus!” ditujukan? Kepada Allahkah? Kepada murid-Nyakah? Kepada musuh yang memaku Diakah? Kepada siapa? Tidak ada jawaban. Perkataan ini bukanlah satu permintaan, tetapi pernyataan! Kristus tidak minta air. Kristus tidak perlu dipuaskan oleh manusia. Tidak ada satu manusia pun yang bisa memuasakan dahaga Kristus. Siapakah Anda, siapakah saya? Apakah di atas Golgota ada air yang bisa memuaskan dahaga Kristus? Siapakah yang boleh memuaskan Kristus? Kristus memuaskan kita, bukan kita yang memuaskan Dia. Kristus penolong kita, siapakah yang bisa menolong Dia? Dia pengampun dosa kita, siapakah yang bisa memberikan anugerah kepada Dia? Dia sumber anugerah, siapakah yang bisa memberi kepada Dia?

Dia pernah minta air kepada seorang perempuan Samaria. Saat itu, Kristus berkata: “Berilah Aku minum.” (Yohanes 4:7). Kini di atas kayu salib Kristus berkata: “Aku haus!” Dia tidak meminta minum. Di dalam kedua kasus ini, kita bisa melihat satu fakta. Pada waktu meminta air minum kepada perempuan Samaria, sebenarnya permintaan Kristus berisi satu pembukaan dari pengajaran-Nya tentang air hidup kepada manusia. Lapar, haus dan lelah menyertai Kristus yang pergi memberitakan Injil berjalan kaki. Dia mengabarkan Injil dengan susah payah. Dia duduk di pinggir perigi sementara murid-murid-Nya pergi ke kota membeli roti. Yesus tidak minum air ataupun roti sejak semula di pinggir perigi sampai penduduk Samaria datang meminta Dia untuk tinggal di sana dua hari. Para murid-Nya yang membeli roti mengajak Dia makan: “Rabi, makanlah.” Tetapi Kristus menjawab mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”

Demikianlah pada waktu berteriak di atas kayu salib: “Aku haus!” Yesus bukan mengatakan satu permintaan. Itu adalah satu pernyataan yang sungguh-sungguh bahwa diri-Nya haus. Pada waktu orang memberikan anggur asam kepada-Nya, Yesus menerimanya. Sebenarnya, anggur asam tidak bisa menghentikan kehausan Kristus, karena yang diberikan itu hanya semacam buluh yang disusukkan ke dalam anggur asam dan disekakan ke mulut Kristus. Alkitab terjemahan lama mengatakan bahwa Kristus mencicipinya, bukan meminumnya. Yang paling penting, kita mengerti bahwa Kristus tidak memerlukan pertolongan dari manusia, tetapi Dia sedang menyatakan satu hal yaitu kesengsaraan yang diderita oleh-Nya secara fisik sudah mencapai sesuatu derajat tertentu (Daud menulis hal ini dalam Mazmur 22:16). Kehausan seperti itu sudah dinubuatkan. Dan sekarang Kristus berteriak: “Aku haus!”, supaya Dia menyatakan kepada manusia bahwa Dia adalah satu-satunya yang menggenapi semua nubuat dalam Perjanjian Lama. Selain Dia tidak ada Kristus. Dialah Kristus yang sesungguhnya.

I am thirsty! “Aku haus!” menunjukkan bahwa Kristus sungguh-sungguh manusia. Dia bukan Allah yang duduk di sorga dengan enaknya tanpa mengerti akan kesulitan kita masing-masing. Anda harus mengenal Kristus Tuhan Anda begitu rupa. Dia begitu mencintai Anda sehingga Dia mau datang ke dalam dunia untuk menjadi Imam. Apakah artinya Imam? Imam artinya orang yang berdiri di tengah-tengah antara Allah dan manusia. Imam bertugas untuk menyelesaikan permusuhan antara manusia dengan Allah dengan memberikan korban. Tetapi imam-imam di dalam Perjanjian Lama, harus mempersembahkan korban dari binatang. Kristus sendiri menjadi Imam sendiri menjadi kroban persembahan kepada Allah. Pada waktu Yesus Kristus menjadi Imam, Dia menyatakan cinta kasih-Nya. Kristus kita bukanlah Allah yang tidak mempedulikan kita. Dia adalah Allah yang ber-inkarnasi ke dalam dunia dengan tubuh yang bisa mengalami kekelahan, lapar, luka, berbilur, ditusuk dan bisa haus.

Selain daripada tidak bisa bernapas, kesulitan yang ditanggung dari manusia tidaklah lebih dari kehausan. Sudah enam jam Kristus mengeluarkan darah. Berliter-liter darah yang ada dalam tubuh-Nya terus keluar secara perlahan. “Aku mencurahkan hidup-Ku, mencurahkan darah-Ku sehingga kering seperti beling di tengah pasir. Aku begitu kering sehingga lidah-Ku melekat pada langit-langit mulut-Ku.” Selama enam, jam keringat-Nya sudah habis karena selama tiga jam pertama matahari bersinar dengan teriknya. Selama tiga jam dalam kegelapan, cairan dalam tubuh Krsitus terus keluar. Dapatkah air yang sudah keluar dari tubuh-Nya masuk lagi dan mengisi kebutuhan tubuh-Nya akan cairan? Kehausan sudah mnencapai keadaan maksimal. Dia harus berteriak: “Aku haus!”. Tetapi, apakah Kristus meminta pertolongan dari manusia?

Waktu duduk di bangku SMA, ada seorang teman saya yang melawan ajaran Kristen. Dia bertanya kepada saya: “Apakah Yesus itu Allah?” Saya menjawab: “Ya.” Lalu pertanyaan dilanjutkan: “Kalau begitu Yesus Mahakuasa dan pandai bersandiwara bukan?” Saya terheran mendengar pertanyaan seperti itu. Lalu teman saya menjelaskan pendapatnya bahwa karena Yesus itu Allah yang Mahakuasa, bukankah mudah bagi Dia untuk berpura-pura menjadi manusia dan menderita kesakitan supaya kita jatuh kasihan lalu percaya kepada-Nya? Bukankah mudah bagi Yesus untuk berpura-pura menderita padahal Dia sebenarnya tidak menderita? Itulah satu pertanyaan yang mengandung ancaman terhadap teologi yang ortodoks. Pikiran orang ini aneh sekali. Sejak saat itulah saya terangsang untuk berpikir lebih dalam tentang teologi. Kalau Yesus memang Allah, bisa melakukan mujizat, bukankah Dia bisa berpura-pura sakit, haus dan menderita lalu sesudah itu Ia boleh sukses memenangkan banyak jiwa? Setelah menyelidiki lebih dalam saya bisa tahu bahwa Kristus menjadi manusia adalah satu keharusan. Jikalau Kristus adalah Allah yang Mahatinggi di sorga, tetapi bukan Manusia yang hidup di dunia dan mengalami penderitaan, maka Kristus tidak bisa menjadi Pengantara antara Allah dan manusia.

Kristus Allah sejati dan Kristus Manusia sejati. Sebab Dia manusia sejati, maka Kristus sungguh-sungguh bisa haus dan lapar. Dia bisa sedih, takut, sakit, mempunyai perasaan tersendiri dan sebagainya. “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita. Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.” (Ibrtani 4:15).

“Aku haus!” Ini merupakan satu pernyataan sifat kemanusiaan yang sejati yang mengekspresikan penderitaan yang sungguh-sungguh! Sepanjang hidup kita, kita tidak akan pernah bisa mengerti kehausan apa yang dialami Kristus. Darah-Nya tercurah, semua keringat sudah keluar dan tidak diisi kembali. Kristus hampir mati. Dalam hal ini Krsitus mengalami satu hal yang paradoks.

Kristus yang mengatakan bahwa diri-Nya haus, adalah Kristus yang meminum cawan di Getsemani sampai pada tetes yang terakhir. “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini daripada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Lukas 22:43). Tiga kali Allah tidak menjawab doa Yesus Kristus. Allah Bapa tidak mau menyingkirkan cawan itu. Kita bisa yakin bahwa Kristus meminum seluruh cawan sampai kering. Tidak ada satu tetes pun yang tersisa. Dia minum cawan kemurkaan. Cawan yang menceraikan Dia dan Bapa dalam kesementaraan. Dalam kesementaraan Kristus diceraikan dengan Allah Bapa, untuk menggenapi rencana Allah di dalam kekekalan. Hanya Kristus yang sudah meminum sampai tetes terakhir dari cawan. Sekarang Ia mengeluarkan tetes terakhir dari tubuh-Nya. Kristus yang sudah meminum cawan kemurkaan Allah sampai tetes terakhir, adalah Kristus yang mencurahkan darah pengampunan bagi kita sampai terakhir. Kristus haus secara kekal.

Dalam perkataan ke-tiga di atas salib, Kristus harus memutuskan hubungan dengan orang yang paling mencintai-Nya, yaitu Maria ibu-Nya. Salam ucapan ke-empat, Kristus sementara putus hubungan dengan Allah Bapa-Nya. Di dalam keadaan demikian, Dia menderita kesusahan di dalam tubuhnya. “Aku haus!” Mengenai kehausan, ada satu ayat yang bisa menolong kita mengetahui hal ini. Ayat tersebut ada di dalam perkataan Tuhan Yesus, tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin (Lukas 16:19-31). Yesus Kristus mengalami kehausan seperti orang kaya yang dihukum di dalam neraka. Api neraka dengan segala hukuman murka Allah sudah menghanguskan segala hal di dalam tubuh-Nya. Semua zat cair yang ada di dalam tubuh-Nya sudah kering. Kering total, sehingga seolah-olah Ia perlu tetesan air bagi tubuh-Nya. Keadaan sementara semacam demikian harus diterima oleh Kristus supaya Dia boleh menjadi Air Hidup yang sesungguhnya. Puji Tuhan!

Kristus pernah haus pada hari itu. Karena Dia pernah haus, maka dengan sesungguhnya kita yang percaya kepada-Nya tidak perlu haus untuk selama-lamanya! (Yohanes 4:13-14). Karena ia sudah pernah menanggung kehausan itu, maka air hidup yang sesungguhnya bisa diberikan-Nya kepada kita sehingga kita tidak haus. Yesus pernah haus di atas kayu salib. Puji Tuhan karena ada Air Hidup keluar dari takhta Anak Domba. Worthy is the Lamb who has been slained.

Rasul Yohanes menerima penglihatan dan menangis karena melihat bahwa tidak ada seorangpun baik di sorga maupun di bumi yang dianggap layak membuka gulungan kitab yang dimeteraikan. Saat itu, ada satu suara mengatakan: “Jangan engkau menangis! Sesungguhnya Singa dari Yehuda, yaitu Tunas Daud telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ke tujuh meterainya.” (Wahyu 5:1-5). Waktu Yohanes menyeka airmatanya dan melihat, ternyata yang dilihatnya bukanlah singa melainkan Domba. Dan domba itu ada bercacat. Itulah Domba yang sudah tersembelih. Siapakah Domba yang sudah tersembelih itu? Dialah Kristus yang dipaku di atas kayu salib. Puji Tuhan! “Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.” (Wahyu 5:9).

“Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal; dan mengalir keluar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu. Di tengah-tenmgah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa.” (Wahyu 22:1-2)

“Roh dan pengantin perempuan itu berkata: “Marilah!” Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia berkata: “Marilah!” Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma.” (Wahyu 22:17).

Barangsiapa haus, hendaklah ia mengambil dari air kehidupan (yaitu Kristus) dengan cuma-cuma. Seruan dari atas kayu salib: ”Aku haus!” adalah seruan kehausan yang menghentikan segala kehausan. Kehausan dari kayu salib adalah kehausan yang menghentikan segala kehausan. Mulai hari itu, di sorga sudah disediakan satu takhta yang disebut sebagai takhta Anak Domba. Di sorga ada takhta Allah dan takhta Anak Domba, yang mengalirkan air kehidupan. Sudahkah Anda minum air dari Kristus, yang pernah haus untuk menggantikan Anda dan saya?

Amin.

SUMBER :
Nama buku : 7 Perkataan Salib
Sub Judul : Aku haus!
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1992
Halaman : 89 – 108