keluarga-bahagiaPENGUASAAN DIRI : DASAR RELASI KELUARGA KRISTEN

a. Manusia Makhluk Ber-dwikategori

Selain kehendak Allah yang kekal, kita juga telah melihat bahwa kita diciptakan di dalam lingkungan yang sama sekali berbeda dengan segala makhluk yang lain. Kita adalah satu-satunya makhluk yang sekaligus memiliki dua sifat di dalam satu pribadi yang sama. Di sinilah kesulitan-kesulitan kehidupan terjadi. Karena di dalam manusia dua kategori yang berbeda digabung dalam pribadi yang sama, maka di dalam perjuangan hidupnya, manusia mengalami kesulitan besar.

b. Jasmani dan Rohani

Apa yang dimaksud dengan “satu-satunya makhluk yang mempunyai dua kategori di dalam satu pribadi yang sama”? Artinya manusia itu pribadinya satu tetapi mempunyai dua bidang: bidang rohaniah dan bidang jasmaniah. Di dalam bidang jasmaniah kita seperti binatang, dan di dalam bidang rohaniah kita sepertri malaikat. Tetapi kita bukan malaikat dan juga bukan binatang. Itu sebabnya manusia harus digolongkan ke mana? Kalau digolongkan ke golongan rohani, kita berdaging, berambut, dan lain-lain, padahal roh itu kekal. Sedangkan manusia mempunyai bidang yang bersifat sementara (fana). Tubuh kita begitu lemah sehingga mau tidak mau manusia mempunyai unsur bidang yang pertama, yaitu kategori materi, kategori fisik (carnal category) yang disebut tubuh. Tetapi manusia bukan hanya terdiri dari tubuh jasmaniah saja. Manusia juga mempunyai bagian tubuh yang lain, yaitu jiwa atau roh. Jiwa-roh, kedua istilah ini dipakai dalam Alkitab secara bergantian.

Alkitab mengatakan bahwa selama jiwa tidak ada pada tubuh maka mati adanya, seperti juga iman tanpa perbuatan mati adanya. Itu berarti kedua bagian itu bersatu. Pada waktu tubuh tanpa jiwa atau roh, maka kita tidak lagi disebut manusia, tetapi mayat. Manusia diciptakan dengan dua kategori di dalam satu pribadi. Yang pertama adalah kategori materi, dan yang kedua kategori rohani. Kedua kategori yang berbeda tergabung di dalam satu pribadi, ini mengakibatkan kita berbeda dengan malaikat dan binatang. Malaikat mempunyai cinta kasih tetapi tidak mempunyai seks, binatang mempunyai seks tetapi tidak mempunyai cinta kasih.

Di sini manusia mengalami kesulitan karena mempunyai kedua hal ini. Kita tidak boleh hanya melampiaskan nafsu. Mengadakan hubungan seks semau sendiri tanpa mempunyai kasih yang sejati. Seks tanpa kasih adalah ide binatang, kasih tanpa seks adalah ide malaikat. Tetapi manusia bukan malaikat dan bukan binatang, karena itu manusia harus mengharmoniskan kedua hal ini, sehingga kedua hal ini diserasikan dengan indah luar biasa. Demikianlah cara Tuhan menciptakan manusia. Allah menciptakan manusia dengan kerohanian yang bisa mengerti kehormatan, kemuliaan, kebebasan, kedudukan, kekekalan, dan moralitas, yang bisa mengenal ibadah, berdoa, dan berpengharapan kepada kekekalan. Namun Allah juga menciptakan kita dengan suatu tubuh yang memerlukan kepuasan seks. Kita diberikan organ-organ yang berhubungan dengan seks,dan kita ingin mengalami kepuasan di dalam bidang seks. Ini fakta! Saya kira agama-agama yang sejati tidak melarikan diri dari fakta ini, karena fakta ini diciptakan oleh Tuhan. Oleh sebab itu agama Kriksten tidak menyangkali adanya kebutuhan seks.

c. Neo-Platonisme dan Kekristenan

Neo-Platonisme telah membagi dunia menjadi dua, yang tertinggi dan terendah. Yang tertinggi yaitu roh, dan yang terendah dan terkasar adalah materi. Pengaruh dari Neo-Platonisme menjalar kepada Kekristenan, sehingga ada pandangan bahwa orang yang tidak menikah lebih suci daripada yang menikah. Ini ajaran yang tidak benar. Barangsiapa tidak menikah jangan menganggap diri lebih suci daripada mereka yang menikah, dan barangsiapa menikah jangan menganggap diri sudah berada di dalam dosa karena ada isteri atau suami. Tidak! Karena kita sudah melihat bahwa Allah menciptakan kita dengan suatu tubuh dengan fungsi seks. Ini riil dan sungguh-sungguh fakta. Jika seorang laki-laki sudah berusia belasan tahun, dan ingin menikah, kita tidak menghina dia, tetapi juga tidak memperbolehkan dia menikah sembarangan, sebaliknya memimpin dia kepada prinsip dan menjaga dia agar jangan sampai keluar jalur.

Dengan sikap menghargai, kita memberikan petunjuk kepadanya agar dia tidak melampiaskan nafsu seperti binatang. Ini fakta dan suatu hal yang nyata. Kalau kita sengaja menutup mata terhadap fakta ini, lalu menganggap diri lebih rohani, itu rohani yang palsu. Sebaliknya, kalau kita tidak mempedulikan prinsip Alkitab, hanya melayani fakta saja, kita akan menjadi seperti binatang. Di sini terletak kesulitan membentuk keluarga yang  berbahagia. Manusia adalah satu-satunya pribadi yang berbidang rohani dan sekaligus berbidang jasmani. Satu-satunya yang diciptakan menurut peta dan teladan Tuhan, yang memiliki sifat rohani tetapi juga diberikan tubuh kelihatan yang bersifat daging ini.

d. Pentingnya Penguasaan Diri Karena Dwi-kategori

Salah satu hal yang paling paradoks dalam hidup manusia adalah bagaimana menguasai diri. Self-control is the highest wisdom of living on the earth. Bagaimana bisa menguasai dan mengontrol diri adalah salah satu bijaksana yang paling besar bagi manusia di dalam dunia. Tetapi penguasan diri tidak mungkin dilakukan oleh diri, kecuali diri Saudara sudah diserahkan ke dalam Diri Allah. Itu sebab Tuhan Yesus berkata, “Jika mau mengikut Aku, serahkanlah dirimu, sangkallah dirimu.” Penyangkalan diri berarti meletakkan diri kita di bawah Diri Tuhan, sehingga tidak mengikuti kehendak diri saya, tetapi kehendak Diri Tuhan yang menguasai diri saya, baru saya bisa menguasai diri saya sendiri. Itulah bijaksana.

Ada orang yang mengira Kekristenan tidak ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, itu adalah omong kosong, tidak riil, dan tidak nyata. Tetapi dengan kacamata teologi yang ketat, saya tegaskan kepada Saudara bahwa tidak ada tindakan Saudara yang tidak ada hubungannya dengan firman Tuhan dan dengan teologi. Bagaimana dengan orang yang membenci teologi dan doktrin? Itu adalah akibat pengaruh Kekristenan yang simpang siur, tidak ada akar dan tidak ada arah, karena mereka mengira semua tidak ada hubungan. Integrasi dari yang dalam ke yang paling dangkal, dari yang paling sulit ke yang paling mudah, dari pikiran yang mendalam, yang sulit dimengerti dan digali, dengan kehidupan sehari-hari yang sederhana mengakibatkan kita mempunyai kerangka hidup rohani dan jasmani yang kuat dan menyatu.

Manusia diciptakan dengan fungsi seks, plus kerohanian yang diberikan kewajiban mengontrol diri. Kalau kita melihat dari sudut kebebasan, tidak ada binatang yang lebih bebas daripada manusia, khususnya di dalam bidang seks. Pembentukan tubuh manusia begitu indah dan ajaib sehingga manusia boleh melakukan hubungan seks lebis bebas daripada binatang apa pun. Seni yang tertinggi bukan di dalam dunia luar, tetapi di dalam diri kita sendiri. Kita memliki tubuh yang bisa bersenam dengan indah, atau meloncat ke dalam air dengan begitu indahnya, atau keterampilan badan dan menari balet yang luar biasa, dengan seni yang begitu tinggi dan indah. Jika engkau memiliki teologi yang kuat, maka ketika engkau melihat balet, engkau melihat keindahan Allah, bukan sekadar keindahan tubuh, karena Allah yang menciptakan keindahan tubuh sedemikian. Jika engkau memahami keadaan ini, maka ketika engkau melihat orang yang bersenam, meloncat dan tidak jatuh, engkau bukan sekadar melihat keindahannya, tetapi melihat keindahan ciptaan Tuhan yang luar biasa. Semua ini adalah anugerah Tuhan, termasuk kebebasan seks. Tetapi kebebasan seks justru harus dikontrol oleh hal yang lain, yaitu firman dan kasih yang suci.

Di sini kita melihat manusia berbeda dengan binatang. Binatang mempunyai kebebasan seks yang terbatas, tetapi tidak dibatasi untuk mengontrol diri; manusia diberikan kebebasan seks yang begitu sempurna, tetapi diperintahkan untuk membatasi diri. Merupakan suatu keindahan jika seseorang bisa menaklukkan diri kepada firman Tuhan dan bisa menggali dan menemukan prinsip-prinsip dari sifat ilahi, lalu menjadi kekuatan pedoman, dan kunci kebahagiaan untuk mengontrol diri. Di situ manusia akan menikmati bahagia yang paling besar di dalam pembentukan keluarga. Puji Tuhan!

Orang yang tidak mengerti kebebasan yang terbatas, kebebasan yang dikontrol oleh firman Tuhan, selalu menganggap keluarga dan pernikahan sebagai “penjara cinta”. The prison of the love, is marriage. Tetapi bagi orang-orang Kristen yang mengerti, sesungguhnya cinta dan kebebasan seks yang dikontrol oleh kedaulatan Tuhan bisa kita pergunakan untuk memuliakan Tuhan, di situ kita melihat pernikahan justru menjadi wadah bahagia dari seks.

Kita perlu belajar menjadi manusia yang beres, menjadi kepala keluarga yang beres, menikmati keluarga bahagia yang beres, di hadapan Tuhan Allah. Di dalam diri manusia sebagai ciptaan Tuhan kita melihat peta-teladan sebagai: (1) kedudukan; sekaligus sebagai (2) tujuan; dan juga sebagai (3) kewajiban dan kesetaraan; dan (4) ordo yang harus kita taati; dan (5) menjadi kekuatan yang merupakan sumber kebahagiaan yang memberikan kepada kita kekuatan yang menuju kepada kebahagiaan yang sungguh-sungguh.

Di dalam cinta Tuhan sendiri kita bisa memberikan jalur yang sejati kepada nafsu kita yang tidak mau dilepaskan dari kasih. Nafsu tanpa dikuasai dengan kasih adalah binatang, dan kasih yang tidak ada nafsunya adalah malaikat. Kita adalah manusia yang mempunyai kasih dan mempunyai nafsu, mempunyai cinta kasih dan juga seks. Kedua hal ini dikuasai dan digabung oleh cinta Tuhan sebagai sumber dari emosi kita, baru kita mendapatkan jalur yang sesungguhnya.

Dan Alkitab berkata, “Orang (Adam) yang hidup tersendiri itu tidak baik.” (Kejadian 2:18). Adam hidup seorang diri dan itu tidak baik, maka Allah menciptakan Hawa untuk menjadi penolong yang sepadan baginya. Lalu, mengapa tidak baik pria itu hidup seorang diri? Alkitab tidak mengatakan bahwa Hawa tidak baik jika hidup sendiri lalu menciptakan Adam untuk menolong dia, tetapi justru sebaliknya. Di sini mengandung arti bahwa ada sedikit perbedaan antara seorang pria yang hidup sendiri dan wanita yang hidup sendiri. Sejarah dan bukti masyarakat memberikan kepada kita suatu fakta bahwa pria lebih sulit hidup sendiri daripada wanita yang hidup sendiri. Wanita jangan dihina. Engkau melihat wanita itu lemah, suka menangis, tetapi pada waktu wanita menghadapi kesulitan selalu lebih hebat dan lebih bertahan daripada pria waktu menghadapi kesulitan.

Saya paling tidak berani menghina wanita, dan salah satu sebab yang paling penting adalah karena ibu saya adalah wanita. Kehidupannya lebih megah dan agung daripada banyak pria, termasuk saya. Umur 33 tahun sudah menjadi janda, dan berjanji tidak menikah lagi, dan akan membesarkan anak-anak yang Tuhan berikan kepadanya di hadapan Tuhan dan untuk Tuhan, supaya Tuhan memakai mereka; dan ia berjanji menjadi janda yang setia dan mendidik mereka dengan iman, dan tidak mengizinkan mereka untuk meminta-minta, atau bersandar pada orang lain. Dan ini membuat saya bisa berfondasi dan beriman kepada Tuhan. Saya tahu banyak pria yang kelihatan begitu independen, mandiri, kuat, dan hebat, tetapi begitu kehilangan isteri, menjadi kalang kabut dan tidak keruan. Tetapi saya melihat banyak wanita yang sewaktu kehilangan suami, begitu tegar dalam menghidupi kehidupan mereka. Ini fakta. Mari kita menghargai wanita-wanita yang begitu indah. Kontribusi dari wanita-wanita yang tidak menikah dan menjadi janda sedemikian besar dan kita wajib menghargai mereka.

Amin.

 

SUMBER :
Nama buku : Keluarga Bahagia
Sub Judul : Prakata – Bab I : Prinsip Keluarga Kristen
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2014
Halaman : 1 – 15

 

Artikel Sebelumnya :