Jesus PrayKita telah membicarakan tentang lepas dari kejahatan natural (natural evil), kejahatan moral (moral evil), dan kejahatan dasar (ontological evil), yaitu si Jahat itu sendiri. Kita harus memerhatikan bagaimana lepas dari rencana si Jahat yang mau melawan Tuhan.

Tuhan menciptakan manusia sedikit lebih rendah dari malaikat, sehingga status, kuasa, dan kebijaksanaan malaikat lebih tinggi, lebih besar, dan lebih dalam dari manusia. Catatan Yehezkiel 28, “Kau tadinya di Taman Eden,” berarti Tuhan telah menciptakan penghulu malaikat yang sangat bijaksana dan menempatkannya di Taman Eden. Tetapi karena pemberontakannya ia dilempar dari sorga dan menjadi setan. Setan adalah penghalang atau penantang. Setan dilempar dari sorga, berada di angkasa untuk bekerja di hati orang yang mau taat kepadanya dan ia menjadi pemimpin roh jahat.

1 Yohanes 5:19 menuliskan bahwa seluruh dunia ada di bawah kuasa si Jahat, sehingga tidak seorang pun dapat menganggap diri terlalu pandai dan bijaksana, sehingga mengetahui semua kesulitan dan rahasia. Kita harus menjauhkan diri dari rasa terlalu percaya diri. Saya paling takut di balik agama, gereja, dan ibadah adalah setan. Maka berkali-kali saya berkata, “Hari ini, di seluruh dunia yang paling berani membunuh manusia bukanlah orang atheis, tetapi mereka yang menyebut ‘Allah’.” Mereka kira mereka sedang berbakti kepada Tuhan, tetapi mereka sedang menyembah, melayani, dan bekerja bagi si Jahat. Kita berdoa, “Jauhkan kami dari si Jahat,” berarti kita sadar kita berada di antara bajik dan jahat, terang dan gelap, suci dan najis. Kita berada di tengah kesucian dan dosa, Allah dan setan. Itu sebab, kita harus senantiasa minta kekuatan Tuhan untuk melihat dengan jelas siasat, cara, dan tipu muslihat Iblis untuk merusak kerohanian kita.

Permohonan itu dilanjutkan dengan, “Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan, dan kuasa, dan kemuliaan, sampai selama-lamanya.” Kita telah mengerti bahwa Doa Bapa Kami dimulai dengan mengutamakan Tuhan dan diakhiri dengan kembali kepada Tuhan. Doa Bapa Kami mengutamakan nama Allah, Kerajaan Allah, dan kehendak Allah, bukan keadaan, kebutuhan, keinginan, ambisi, dan segala rencana manusia yang egois. Inilah doa yang benar. Doa bukan semau diri kita memaksa Allah mengikuti kehendak kita. Doa yang sesungguhnya adalah kemauan untuk takluk kepada Tuhan, menjalankan kehendak-Nya, ingin kerajaan-Nya tiba, dan kehendak-Nya terjadi di dalam diri kita. Setelah itu kembalilah kepada Tuhan, karena Tuhanlah pemilik kerajaan, kuasa, dan kemuliaan.

Dunia ini akan lenyap. Orang Kristen justru berbeda dengan orang yang binasa di dunia, karena kita tahu bahwa kita bukan milik dunia. Yesus berkata, “Bapa, Aku berdoa bagi mereka, agar Engkau melepaskan mereka dari kejahatan, karena mereka bukan dari dunia ini. Mereka tetap hidup dalam dunia, tetapi mereka bukan milik dunia. Jika mereka milik dunia, dunia pasti mencintai mereka. Mereka bukan milik dunia, maka dunia membenci mereka.”

Di dunia ada dua macam manusia, yaitu: 1) yang dicintai Iblis, atau 2) yang dibenci Iblis. Jika engkau diterima semua pihak dengan baik, engkau telah menjadi orang yang dicintai semua orang, termasuk orang yang melawan Tuhan, maka engkau bukan orang Kristen yang normal. Jika di dunia kehadiranmu memancing permusuhan, dibenci sebagian orang di dunia, dan orang yang membenci engkau justru adalah orang yang membenci Tuhan, maka engkau orang Kristen yang normal. Jika engkau tidak pernah dikritik, dibenci, dihakimi oleh dunia, mungkin sekali engkau sudah bersatu dengan Iblis. Oleh karena itu, Alkitab berkata, “Barang siapa bersahabat dengan dunia ini, ia musuh Allah.” Barang siapa menjalankan kehendak Allah, ia pasti mengalami aniaya. Paulus berkata kepada jemaat Galatia, “Orang Kristen yang baru percaya dan mau masuk ke dalam Kerajaan Allah pasti akan mengalami berbagai kesulitan.” Paulus juga berkata kepada Timotius, “Barang siapa mau hidup beribadah pasti mengalami berbagai aniaya.” Barang siapa mencintai Tuhan akan dibenci oleh Iblis, karena Iblis membenci Tuhan. Maka Iblis membenci orang yang mencintai Tuhan. Karena Iblis membenci Tuhan, maka ia akan mencintai orang yang juga membenci Tuhan. Oleh karena itu, kalimat Doa Bapa Kami diakhiri dengan, “Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan.”

Di dunia ini saya hidup di dalam kerajaan yang sementara. Republik Indonesia adalah negara yang agung dan besar, tetapi negara ini hanya sementara. Kerajaan Romawi, Babilonia, Asyur, India, dan Tiongkok hanya sementara. Seorang nelayan bernama Yohanes berani berkata, “Dunia beserta segala nafsu duniawinya akan lenyap.” Ia melihat bahwa hanya Kerajaan Allah yang kekal keberadaannya. Ketika Hongkong diliputi kesulitan, anak muda tidak mau pergi diusir oleh polisi. Hal itu terjadi beberapa minggu. Maka di Hongkong saya menegaskan beberapa hal: 1) Mahasiswa adalah hati nurani masyarakat. Ketika mereka berontak, berarti mereka sedang menuntut sesuatu yang hakiki, yang mungkin tidak dianggap penting. Mereka melihat keseluruhan masyarakat perlu demokrasi – anak muda yang ditembak mati di Universitas Trisakti pada tahun 1998 sedang memperjuangkan demokrasi bangsa. 2) Demokrasi tidak mungkin dicapai dengan mudah, selalu melalui pertumpahan darah. Seperti ibu susah melahirkan, harus ada perdarahan ketika melahirkan bayi, demikian demokrasi memerlukan pertumpahan darah. Ini terjadi ketika Amerika melawan Inggris, di Tiongkok melawan Dinasti Qing, di Rusia dan di berbagai negara lainnya.

Demokrasi menempuh jalan pertumpahan darah. Pemuda pemudi yang sedang berjuang untuk suatu target yang indah jangan ditunggangi orang jahat yang tidak bertanggung jawab. Pada saat rakyat yang bersih motivasinya sedang meminta demokrasi, biasanya selalu ada orang jahat yang berusaha menungganginya. Dunia ini tidak pernah beres atau sempurna. Egoisme orang yang ingin cepat kaya selalu mencari cara yang tidak beres untuk mempermudah diri sambil merugikan rakyat. Kita, orang Kristen, bukanlah milik kerajaan dunia yang sementara ini. Maka dalam Doa Bapa Kami Yesus berkata, “Engkaulah yang empunya Kerajaan.”

Kerajaan dunia bukan dimiliki dunia, raja dunia, pemimpin atau penguasa politik dunia. Mereka hanyalah orang yang pasti akan berlalu dan mati. Tuhan hanya untuk sementara waktu memberikan kuasa kepada mereka dan di antara mereka banyak yang semaunya sendiri menguasai orang lain. Hal seperti ini yang tidak diperkenan Tuhan. Sepanjang enam ribu tahun sejarah Tiongkok, saya melihat setiap dinasti dibangun dengan motivasi baik dan mulia yang ingin membahagiakan rakyat, tetapi semua dinasti turun dengan suram, rusak, dan jahat. Gereja juga demikian. Jika motivasi gereja sungguh-sungguh mencintai Tuhan, berdiri di atas prinsip Alkitab, akan diberkati Tuhan. Tetapi jika melupakan prinsip Alkitab, tidak menjalankan dalil yang ditetapkan dalam Alkitab, maka gereja akan menjual diri, rusak, dan mempermalukan diri.

Dunia dan kerajaannya ini tidak beres, maka Alkitab berkata, “Pada suatu hari kerajaan dunia akan menjadi Kerajaan Tuhanku dan Kerajaan Kristus yang dipilih oleh Allah.” Orang Kristen adalah orang yang dimiliki Allah, maka janganlah terlalu memandang dan berharap kepada dunia ini. Kerajaan dunia ini hanyalah bayang-bayang yang sementara dan akan lenyap, sementara Kerajaan Allah tetap kekal selama-lamanya. Maka, orang Kristen, umat pilihan Allah, harus memegang tangan Tuhan dan berkata, “Kita berharap Kerajaan Allah tiba, kehendak Tuhan dijalankan di dunia, karena dunia ini tidak beres.”

Sir Arnold Toynbee berkata, “Seluruh dunia dan kerusakan politik dunia hanya membuktikan ayat Alkitab, upah dosa adalah maut.” Sejak enam ribu tahun lalu sampai sekarang semua pemerintah ingin memberi jaminan kepada rakyatnya, rajanya, kerajaannya, wilayah dan negara, serta segala kebudayaan yang ia pimpin akan membahagiakan umat manusia. Namun tidak lama kemudian, dinasti itu jatuh, rusak, jahat, berdosa, di mana perjudian, perzinahan, dan segala kenajisan terbongkar. Yang bisa mencegah kerusakan negara ialah rakyat yang masih murni dan memiliki ideologi yang bersih.

Hal seperti itu tidak terjamin bisa terjadi, kecuali ada anak-anak muda yang bersih hatinya, yang berani muncul kembali untuk mengoreksi. Maka, kita melihat dunia dan kerajaan dunia tidak ada harapan dan suatu hari akan lewat. Anak-anak Tuhan harus sadar bahwa hanya Kerajaan Allah yang kekal adanya. Sejak Adam berbuat dosa, maka generasi kedua mereka telah saling berkelahi yang berakhir dengan dibunuhnya Habel oleh Kain. Kain yang masih hidup merajalela di dunia, mengakibatkan orang yang berkuasa di dunia ini banyak yang tidak beres. Itu berlangsung terus turun-temurun ribuan tahun hingga hari ini.

Alkitab berulang kali berkata, “Kerajaan Allah dan kuasa Allah lebih tinggi dari kerajaan dan kuasa dunia.” Selain di dalam kekristenan, di dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, tidak ada yang lain yang pernah menonjolkan tentang adanya Kerajaan Allah yang lebih tinggi, abadi, dan dikerjakan mulai dari kerajaan manusia.

Ketika Abraham di dunia, ia dengan 318 orang telah berperang dengan empat negara, mengalahkan raja-rajanya, dan melepaskan Lot dari tawanan mereka. Abraham dengan 318 orang bisa mengalahkan beribu tentara musuh karena Tuhan menyertai dia. Yusuf, seorang yang dibelenggu, dijadikan budak, difitnah, dipenjarakan, akhirnya menjadi Perdana Menteri Mesir. Ini semua adalah bukti bahwa Tuhan mampu membangkitkan orang-orang yang takut akan Dia untuk berkuasa lebih besar daripada semua kuasa kerajaan dunia. Yusuf dipilih menjadi perdana menteri bukan atas kehendak manusia. Kakaknya menjual dia, mendapatkan uang, pulang dengan menipu Yakub, “Anakmu yang paling kaukasihi sudah dimakan binatang buas. Pakaiannya penuh dengan darah.” Saat itu belum ada pengujian DNA, sehingga tidak dapat membedakan darah domba atau darah singa. Tetapi Tuhan tidak bisa ditipu seperti itu. Yusuf diperdagangkan, dimasukkan ke rumah orang kaya dijadikan budak yang dihina dan dicintai majikan wanitanya yang ingin berzinah dengan dia. Ketika ia menolaknya, ia difitnah dan dimasukkan ke penjara. Tuhan kemudian melepaskan dia dengan memberikan kebijaksanaan untuk mengartikan mimpi Firaun, sehingga akhirnya diangkat menjadi Perdana Menteri Mesir.

Adanya Yusuf di Alkitab membuktikan bahwa Allah lebih tinggi dari kuasa politik manusia. Kerajaan Allah akan menguasai kerajaan manusia. Saat itu Yusuf sangat penting, karena ia adalah perdana menteri dari kerajaan terbesar saat itu. Ketika Yusuf menjadi Perdana Menteri Mesir, kekuatan Babilonia dan negara-negara lainnya sudah turun. Kerajaan Mesir menjadi kerajaan yang paling berkuasa. Di situlah Tuhan memasang Yusuf menjadi perdana menteri untuk menunjukkan Kerajaan Allah lebih tinggi dari kerajaan manusia.

Ketika orang Israel tidak diizinkan keluar dari Mesir, Tuhan berkata, “Musa, pergilah kepada Firaun. Beri tahu dia untuk melepaskan umat-Ku.” Lalu Musa menjatuhkan sepuluh tulah yang diberikan Tuhan untuk membuktikan kerajaan Mesir dan agama mereka di bawah kuasa Allah. Dari Alkitab kita terus-menerus melihat kuasa Tuhan – kuasa manusia; Kerajaan Allah – kerajaan manusia; kuasa kehendak Allah – kuasa kehendak raja, dan membuktikan bahwa kuasa sorgawi dan Kerajaan Allah jauh lebih tinggi dari kuasa duniawi dan kerajaan manusia.

Adanya Mesir, Yusuf, Musa, membuktikan hal yang sama. Ketika Musa keluar dari Mesir, bukan memakai tentara, senapan, tetapi kuasa Tuhan menyertai dia, sehingga melalui sepuluh tulah Mesir hancur dan mereka keluar. Setelah mereka keluar, tentara Mesir mengejar mereka sampai Laut Teberau. Di situ bangsa Israel bersungut-sungut kepada Musa, “Mengapa engkau melepaskan kami, membawa kami keluar dari tanah Mesir? Selama ini kami hidup di tanah penuh daging dan bisa makan cukup. Sekarang kami dibawa ke padang gurun.” Mereka ingin kembali ke Mesir. Mereka tidak tahu bahwa menjadi budak di Mesir adalah status yang paling rendah dan hina.

Setelah mereka dibebaskan, mereka tidak menghargai kebebasan itu, mereka hanya ingat materi dan makanan di tanah perbudakan. Ini juga kelemahan kekristenan. Banyak orang Kristen dipimpin Tuhan kepada kemerdekaan, tetapi kita selalu ingat kenikmatan materi ketika diperbudak Iblis dan dosa. Maka Tuhan menghajar orang Israel empat puluh tahun berkeliaran di padang belantara tidak bisa masuk ke Tanah Perjanjian. Tuhan mau mengajar mereka bahwa manusia hidup bukan bersandarkan pada roti saja, tetapi bersandarkan firman yang keluar dari mulut Allah. Allah mengajar mereka agar mereka tahu bahwa “Akulah Allahmu, Akulah Rajamu.”

Setelah beberapa ratus tahun kemudian, orang Israel tetap berkata, “Kami ingin punya raja seperti orang kafir.” Samuel sedih dan menangis di hadapan Tuhan. Tuhan berkata, “Berikan yang mereka minta, tetapi beri tahu bahwa jika mempunyai raja, ia akan menarik pajak yang berat, engkau dipaksa menjadi tentara berperang, dan tidak memiliki kebebasan seperti yang mereka bayangkan.” Hidup Kristen adalah pergumulan antara setia kepada negara dunia dan setia kepada Kerajaan Allah.

Ketika kita berdoa, “Engkaulah yang empunya Kerajaan,” biarlah kita ingat bahwa kita bukan hanya Warga Negara Indonesia, tetapi juga Warga Negara Sorga. Di antara kedua kewarganegaraan ini kita harus patuh Tuhan terlebih dahulu, baru menjadi warga negara yang baik di mana pun kita berada. Kita milik Tuhan dan Kerajaan Sorga.

Orang Kristen berbeda dari orang dunia, karena orang Kristen memiliki kacamata yang bisa menerobos dan punya penglihatan yang lebih dari sekadar melihat dunia ini. Kita dapat melihat adanya Kerajaan Allah di balik kerajaan dunia, sehingga jika memungkinkan kita harus memperbaiki dunia ini. Orang Kristen tidak boleh melarikan diri dari kewajiban, melainkan harus menjadi wakil sorga di dunia, memperbaiki dunia untuk bisa lebih damai, lebih jujur, penuh cinta kasih, dan kebenaran. Kita memang tahu bahwa dunia ini tidak memuaskan, tidak beres, dan tidak sempurna, tetapi keberadaan saya akan membuat masyarakat di mana saya berada akan menjadi lebih baik. Adanya orang Kristen di Indonesia harus membuat Negara Indonesia lebih baik. Kita harus berpandangan tembus melalui dunia yang kelihatan melihat Kerajaan Allah yang tidak kelihatan.

Pada saat Nikodemus datang mencari Tuhan Yesus, ia ingin Yesus membantu dan membangun Kerajaan Israel yang baik di dunia ini. Tetapi Yesus berkata, “Tidak. Engkau harus melihat Kerajaan Sorga. Tetapi jika engkau tidak diperanakkan pula, engkau tidak dapat melihat Kerajaan Sorga.” Orang non-Kristen hanya hidup dengan pemikiran duniawi dan tidak ada pengharapan yang lain. Mereka berharap dan bersandar pada negara, pemerintahan, dan masyarakatnya. Sedangkan kita hidup bersandar dan berharap pada Tuhan yang melampaui kerajaan dunia ini menuju kerajaan kekal. Sementara di dunia, kita berdoa. “Tuhan, biarlah Kerajaan-Mu datang, karena Engkaulah yang mempunyai Kerajaan.” Ketika Nikodemus berjumpa Yesus, ia berharap Kerajaan Allah bisa cepat datang, mengubah situasi Israel, karena Israel pernah dijajah oleh Babilonia, Asyur, Makedonia, dan Romawi. Yesus menjawab, “Aku berkata kepadamu, jika engkau tidak diperanakkan oleh Roh Kudus, engkau tidak dapat melihat Kerajaan Sorga.”

Pada masa kini, kita melihat dua macam orang Kristen, yaitu: yang sudah diperanakkan pula, dan yang belum. Orang Kristen yang belum diperanakkan tidak mungkin mempunyai ketajaman mata rohani untuk menembusi dunia ini dan melihat Kerajaan Allah. Tetapi orang Kristen yang mempunyai mata rohani yang tajam, selain melihat dunia ini, juga melihat Kerajaan Sorga. Kita bekerja berat melakukan penginjilan karena kita tahu itu memberi sumbangsih kepada dunia, mempersiapkan rakyat Tuhan menjadi umat sorgawi selamanya. Jika kita tidak punya pandangan ini dan puas di dunia ini saja, hidup kita akan meninggalkan rencana Tuhan. Negara dunia saling berperang untuk mencapai kemenangan mendapat kuasa terbesar, tetapi orang Kristen tahu bahwa “Engkaulah yang empunya Kerajaan, dan kuasa, dan kemuliaan selama-lamanya.”

Fakta sejarah berkata kepada kita, kerajaan dunia jangan sombong, karena pada saat paling sombong, Tuhan akan datang untuk menghapuskannya. Sejarah telah menjadi salah satu guru terbesar bagi umat manusia dan telah mengajarkan hal paling menakutkan bahwa Tuhan tidak mengizinkan kejahatan pemerintah melewati batas. Jika kejahatan manusia sudah melewati batas, Tuhan akan berkata, “Engkau sendiri lenyaplah, kerajaanmu bukan milikmu, tetapi di dalam tangan-Ku.” Kalimat Doa Bapa Kami sungguh benar. Orang Kristen jangan lupa, semua kerajaan dan pemerintahan dunia hanya sementara. Jika Tuhan tidak menghendakinya, semua akan dihentikan.

Mari kita dengan iman yang menerobos dan penetrasi melihat Kerajaan Allah di belakang kerajaan dunia ini. Jika kita menghadapi setan, kita melihat di belakang semua bencana ada setan yang jahat sedang berkuasa; tetapi sebaliknya dengan iman kita melihat di dalam kerajaan dunia ini di belakangnya ada Kerajaan Allah. Hidup kita adalah konflik dan perang di tengah perebutan setan dan Allah. Allah mau menarik kita agar kita memihak Allah dan menjadi saksi-Nya. Setan mau merebut kita untuk menjadi anteknya melawan Tuhan. Di tengah situasi ini marilah kita berdoa, “Bapa kami yang di sorga, Engkaulah yang empunya Kerajaan, dan kuasa, dan kemuliaan sampai selama-lamanya.” Kiranya hidup kita sesuai dengan kehendak Allah dan menyenangkan Kerajaan Sorga, karena dunia ini akan lenyap. Amin.

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/doa-bapa-kami-bagian-16-engkaulah-yang-empunya-kerajaan-1#hal-1

Artikel Terkait :