kingdom-of-godTulisan sebelumnya

4). Penghakim Seluruh Bumi

Allah juga adalah Allah yang tidak membiarkan dunia ini begitu saja. Bukan seperti ajaran Deisme yang dimulai sejak abad 18. Deisme dimuilai oleh Herbert of Churbury (1583-1648), dari Inggris, dikembangkan oleh William Paley (1743-1805) di Perancis. Deisme mengajarkan bahwa kita bisa mempercayai Allah Pencipta, yang hanya mencipta. Seperti seorang tukang jam yang membuat jam. Waktu itu belum ada jam tangan yang kecil seperti saat ini, di mana setiap orang bisa memiliki beberapa jam. Saat itu jam berukuran besar dan diletakkan di atas gedung tinggi di mana seluruh warga kota bisa melihat jam tersebut. Lalu pembuat jam itu mengatur waktunya, memutar per yang ada di dalamnya dan membiarkannya berjalan, tidak mempedulikan jam itu lagi sampai jam itu rusak dan berhenti.

Allah seperti itu adalah Allah yang tidak perlu lagi memelihara, tidak perlu providensia, tetapi membiarkan semua berjalan dengan sendirinya sampai nanti tiba pada hari kiamat. William Paley melihat kesamaan antara kerja jam, yang dikendalikan oleh hukum mekanika, maka di dalam alam ada hukum alam. Jika jam itu dibuat oleh pembuat jam, maka alam ini dibuat oleh Allah. Orang Deisme tetap percaya ada Allah. Mereka bukan atheisme. Mereka menekankan bahwa jika segala keteraturan yang begitu rumit bisa ada di dunia ini, pasti ada yang merancang. Ada sesuatu yang merancang, bahkan memberikan tenaga di dalamnya dengan suatu kekuatan yang disebut sebagai hukum alam. Hukum alam dan kekuatan alam yang tersimpan di dalam alam semesta ini, menggerakkan segala sesuatu di dalamnya. Ketika tenaga alam semesta ini habis, maka dunia kiamat.

Alkitab melawan pandangan sedemikian. Alkitab tidak pernah mengajarkan konsep Deisme. Alkitab, di dalam Ibrani 4:13 mengatakan: “Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.” Saya melihat ayat ini sebagai ayat yang langsung melawan konsep Deisme, karena setiap apa pun di dunia ini harus berhubungan dengan Allah.

Alkitab mengatakan bahwa Allah bukan saja mencipta, memelihara dan memberikan berkat, tetapi Allah juga memberikan kutukan kepada dunia ini. Pada saat-saat tertentu di dalam sejarah, Tuhan mengintervensi hukum alam. Hal ini yang kita kenal sebagaiu mujizat. Mujizat berarti “tangan Tuhan” yang dari luar alam, telah masuk ke dalam dunia alam, dan mengatur kembali atau mengintervensi kembali alam yang berjalan berdasarkan hukum yang telah ditetapkan oleh-Nya, kini berdasarkan kuasa yang ditetapkan-Nya untuk melakukan perubahan sesaat. Apakah Anda percaya mujizat?

Saya tidak melihat mujizat seperti kebanyakan orang Kristen Kharismatik melihat mujizat. Di dalam banyak kebaktian kesembuhan, seringkali terjadi mujizat palsu. Mujizat yang saya tegaskan di sini adalah mujizat-mujizat yang berasal dari Tuhan Allah, mujizat yang murni, seperti inkarnasi Tuhan Yesus Kristus. Mengapa anak dara yang perawan bisa melahirkan anak? Ini membuktikan bahwa kuasa Allah melampaui hukum alam. Ini adalah tindakan supra-alam.

Banyak mujizat yang kita temui, seperti kebangkitan Kristus, bahkan ketika kita melihat orang-orang yang berdosa, yang selama ini mengeraskan hatinya, tidak mau mengakui dosanya, melawan Tuhan dan kebenaran-Nya, tiba-tiba dia bisa menyadari dosanya, menangis sedih dan mengerti bahwa ia adalah obyek murka Allah. Ia bisa berlutut dengan rendah hati, mau menyadari kecelakaan dirinya, dan minta pengampunan Tuhan. Ini mujizat luar biasa yang Tuhan kerjakan di dalam hati seseorang. Tidak mungkin orang bisa bertobat tanpa Tuhan menyentuh hatinya, sehingga ia bisa berubah menjadi orang baik. Mujizat seperti ini jauh lebih penting dari sekedar sakit disembuhkan, atau dulu miskin sekarang kaya.

Banyak orang bukan Kristen yang dulu miskin sekarang kaya, atau orang bukan Kristen yang sakit sekarang sembuh, sehingga keadaan sedemikian bukan mutlak hasil pekerjaan mujizat Tuhan. Marilah kita melihat muijizat tidak dengan kerangka pikir yang sudah dicemarkan oleh pandangan yang sesat. Saya bukan tidak percaya adanya kesembuhan ilahi, dan itu terjadi dalam beberapa kali pelayanan yang saya lakukan. Ini bukan hal yang paling penting. Mujizat yang paling penting adalah kematian dan kebangkitan Kristus yang membawa orang berdosa bertobat dan kembali kepada Tuhan. Mujizat-mujizat mermbuktikan bahwa Tuhan Allah masih menguasai dan mengontrol seluruh alam semesta.

Bukan saja demikian. Tuhan Allah telah mengutuk seluruh dunia ini, karena dunia ini telah berdosa., Hal ini disingkapkan pada ayat terakhir Perjanjian Lama, yaitu Maleakhi 4:6, “Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.” Kalimat ini menunjukkan kepada kita bahwa ada satu kuasa yang bisa menjatuhkan laknat, mendatangkan kemalangan dan menghancurkan seluruh dunia. Adakah raja yang mempunyai kuasa seperti itu? Tidak ada, kecuali Dia yang memiliki kuasa atas alam semesta. Ini adalah kutukan Allah. Allah adalah Allah yang menghakimi seluruh muka bumi.

Kejadian 18:25 mengatakan: “Jauhlah kiranya dari pada-Mu untuk berbuat demikian, membunuh orang benar bersama-sama dengan orang fasik, sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang fasik! Jauhlah kiranya yang demikian dari pada-Mu! Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?”

Kalimat di atas menunjukkan bahwa Allah adalah Hakim atas segenap alam semsta. Pernyataan yang sangat dini di dalam Alkitab ini menunjukkanh pengenalan yang jelas akan siapa Allah itu. Pernyataan ini muncul dari bapa segala orang beriman, yaitu Abraham. Di dalamnya terungkap prinsip keadilan dikaitkan dengan Allah. Saya sangat terkejut ketika menggumulkan ayat ini. Adalah mustahil bagi Hakim segenap bumi untuk melakukan penghakiman dan penghukuman tanpa keadilan.

Ada dua konsep teologis yang sangat penting di sini:

  1. Allah akan menghakimi seluruh isi dunia. Percuma Anda mau lari kemana pun, karena Allah akan menghakimi seluruh dunia, dan anda tidak bisa bersembunyi di mana pun. Konsep ini adalah konsep keadilan universal, konsep kosmik yang sangat luas dan kuasa yang terbesar. Tidak ada agama di zaman kuno yang mempunyai konsep seperti ini. Mereka tidak pernah bisa memikirkan ada hakim yang sedemikian besar kuasa dan lingkup wilayahnya sampai bisa menghakimi seluruh dunia. Konsep dewa-dewa mereka merupakan konsep dewa suiku, yang berbeda dari Yehovah, Pencipta dan Pemilik alam semesta. Terkadang kita membaca Alkitab tidak mengerti karena hanya untuk mau adu cepat baca, sehingga kita tidak mendalami maknanya yang terdalam. Ayat ini harus dibandingkan dengan Wahyu, bahwa semua manusia, orang yang berjabatan penting, harus berteriak gentar dan meminta gunung untuk runtuh menimpa, daripada dihakimi oleh Tuhan Allah.
  2. Allah berkuasa di dalam kerajaan manusia. Di dalam Daniel 4: 43-34 dikatakan, “Pada saat itu juga terlaksanalah perkataan itu atas Nebukadnezar, dan ia dihalau dari antara manusia dan makan rumput seperti lembu, dan tubuhnya basah oleh embun dari langit, sampai rambutnya menjadi panjang seperti bulu burung rajawali dan kukunya seperti kuku burung. Tetapi setelah lewat waktu yang ditentukan, aku, Nebukadnezar, menengadah ke langit, dan akal budiku kembali lagi kepadaku. Lalu aku memuji Yang Mahatinggi dan membesarkan dan memuliakan Yang Hidup kekal itu, karena kekuasaan-Nya ialah kekuasaan yang kekal dan kerajaan-Nya turun-temurun.” Kalimat ini sangat penting karena diucapkan setelah ‘raja di atas segala raja” yaitu Nebukadnezar dijadikan seperti sapi.

Ketika Nebukadnezar diberi hak oleh Tuhan untuk berkuasa, termasuk mengalahkan Israel, maka ia menjadi raja yang sangat berkuasa. Ia begitu berkuasa di mana Tuhan mengizinkan umat-Nya sendiri boleh dikuasai olehnya. Sementara itu orang Israel merasa begitu sombong dan yakin akan menang karena mereka memiliki Bait Allah, memiliki nabi dan memiliki Allah yang berkuasa universal, sedangkan bangsa-bangsa kafir ini hanya mempunyai dewa-dewa yang bersifat kesukuan.

Namun nabi Yeremiua dengan tangisan mengatakan kepada mereka: “Engkau mengatakan bahwa inilah bait Yehuvah, tetapi Tuhan berkata bahwa bait ini akan dirampas, dirobohkan dan dihancurkan.” Berita ini membuat orang Israel marah. Mereka menganggap Yeremia tidak membela bangsanya, dianggap pemfitnah dan dianggap melecehkan Allah. Yeremia tidak memberitakan kemenangan orang Israel, maka ia dianggap sebagai orang yang tidak sungguh-sungguh cinta negara. Akibatnya, Yeremia ditangkap, dibuang dan dimasukkan ke dalam sumur. Di dalam sumur yang lembab dan mungkin penuh dengan berbagai serangga, nabi Yeremia yang sudah tua disiksa siang dan malam, karena ia berkata jujur.

Sementara nabi-nabi palsu yang membawa berita yang menyenangkan bagi orang Israel, walupun berita itu palsu, justru disukai oleh orang Israel. Nabi-nabi palsu mengatakan bahwa Nebukadnezar adalah raja kafir, pasti akan dikalahkan oleh umat Allah. Bait Allah tidak mungkin bisa dikalahkan dan dirobohkan, karena Allah sendiri pasti akan menjaganya. Akhirnya, apa yang dikatakan Yeremia benar. Yerusalem akhirnya diruntuhkan dan mereka semua dibunuh atau ditawan ke Babel. Di antara tawanan ada Daniel, yang kemudian menjadi nabi di pengasingan.

Setelah menang atas Israel, Nebukadnezar merasa begitu berkuasa dan besar, karena tidak ada negara yang tidak tunduk di bawah kekuasaannya. Pada saat Nebukadnezar menjadi raja atas segala raja, ia bermimpi dan Daniel yang bisa menjelaskannya. Kemudian dalam mimpi yang kedua, kembali dijelaskan oleh Tuhan melalui Daniel. Satu kali ia melihat seluruh kekayaannya dan menjadi sombong. Ia merasa begitu hebat dan berkuasa, maka Tuhan menjatuhkan hukuman atas dia. Setelah ia dipulihkan, ia mengeluarkan pengakuan bahwa Tuhan Yehovah lebih tinggi daripada dia. Maka Daniel mengatakan bahwa sampai pada akhirnya Nebuikadnezar harus mengaku bahwa ada kuasa di atas kuasa manusia, kuasa dirinya itu.

D. KERAJAAN DUNIA DAN KERAJAAN ALLAH

Penguasa-penguasa dunia tidak mau mengakui kuasa Allah, mereka mempermainkan dunia, mempermainkan dan memperalat sistem-sistem agama, menipu rakyat. Pada saat pemerintah-pemerintah berkuasa mutlak membanggakan diri, mereka merasa berperan seperti Allah, dan menantang semua kekuasaan. Mereka merasa kalau mereka mau menindas rakyat, tidak ada siapa pun yang akan membela rakyat. Mereka tidak mengakui adanya Allah dan kuasa-Nya yang lebih besar dari mereka. Pada saat penguasa bejat berperan seperti Allah, maka Allah yang sejati akan membiarkan untuk sementara, karena waktunya belum tiba. Dan setelah waktunya tiba, maka ia kan dijatuhkan dan kehabisan seluruh kekuatannya.

Ketika Ferdinand Marcos, mantan presiden Filipina, hampir jatuh, berulang kali ia meneriakkan: “Hai rakyat Filipina, belalah saya, dan curahkanlah darah kalian hingga penghabisan untuk membela saya!” Bagi saya, kalimat ini bukan kalimat pemimpin. Tuhan Yesus justru mencurahkan darah-Nya untuk membela dan menyelamatkan umat-Nya, sementara Marcos justru minta rakyatnya mencurahkan darah untuk membela dia. Mendengar kalimat teriakan dari Marcos itu, maka saya sudah membayangkan bahwa tidak lama lagi pasti ia jatuh. Dan benar, beberapa hari kemudian ia jatuh.

Beberapa hari sebelum Soeharto, mantan presiden Indonesia jatuh, saya sudah berteriak dengan air mata dan hati yang berat bahwa Soeharto dan keluarganya harus bertobat. Kalau ia berpikir bahwa kekuasaan ada ditangannya, dan dia boleh memberikan kuasa sewenang-weenang kepada anak-anaknya, dan lupa bahwa Tuhan jauh lebih berkuasa dari dia, maka ia akan jatuh.

Sampai kapankah para penguasa dunia menyadari bahwa ia bukan raja tertinggi dan terakhir? Masih ada Tuhan sebagai Allah, Raja di atas segala raja. Kerajaan dunia tidak terlalu tinggi, karena ada Kerajaan Allah yang jauh lebih tinggi. Ada dua ayat yang jelas menyatakan hal ini, yaitu: Keluaran (dalam peristiwa Firaun dan 10 Tulah), dan Daniel (dalam kasus hukuman terhadap Nebikadnezar dan Belsyazar).

Dalam peristiwa Firaun dan 10 Tulah di Mesir, kita melihat bahwa kuasa Kerajaan Allah jauh berada di atas kuasa kerajaan manusia mana pun, termasuk kuasa Mesir dan Firaun. Dalam Alkitab, kedua ayat ini membicarakan bahwa Kerajaan Allah dan Kuasa Allah berada di atas kerajaan manusia dan kuasa manusia. Maka Allah adalah Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuhan, yang sejati.

Jika anda menangkap, menghayati dan menerima hal ini, bukan sekedar sebagai suatu pengetahuan, tetapi sebagai suatu daya iman yang berakar dengan sungguh-sungguh di dalam hatimu, maka engkau akan berubah, sehingga seluruh sisa hidup anda akan bergeser, tidak lagi mudah berkompromi, tidak lagi merasa berkuasa, dan kemudian menjadi kacau dan hancur.

E. PEMERINTAHAN TEOKRASI

Kini kita perlu mengerti akan sifat Kerajaan Allah, khususnya dalam kaitan dengan ide bahwa bangsa Israel adalah identik dengan Kerajaan Allah. Apakah bani Israel adalah Kerajaan Allah? Kalau bani Israel identik dengan Kerajaan Allah, mengapa Yohanes Pembaptis berteriak kepada orang Israel, “Bertobatlah karena Kerajaan Allah sudah dekat!” yang mengindikasikan Kerajaan ini belum datang?

Orang Israel merasa begitu tinggi dan menganggap bahwa Kerajaan Allah adalah identik dengan kerajaan Israel. Jika memang demikian, mengapa bangsa Israel bisa kalah melawan pasukan Babel di bawah Nebukadnezar? Masakan ada Kerajaan Allah yang bisa dikalahkan oleh kerajaan dunia? Dan masakan Allah bisa dikalahkan oleh dunia ini? Tidak mungkin Allah Pencipta bisa dikalahkan oleh ciptaan yang Ia ciptakan. Maka kita mengetahui bahwa Israel tidak identik dengan Kerajaan Allah.

Tetapi, Allah ingin agar Israel menjadi umat-Nya dan Allah mau menjadi Raja atas orang Israel. Dari mana kita mengetahui? Allah mengatakan, “Aku akan menjadikan engkau umat-Ku, dan Aku akan menjadi Bapamu.” Tuhan Allah sendiri ingin memerintah umat Israel. Inilah pemerintahan Teokrasi.

Selama lima belas tahun terakhir ini kita sudah terlalu banyak membicarakan masalah demokrasi, tetapi mungkin sangat jarang kita membicarakan Teokrasi. Demokrasi dari kata demos (=rakyat) dan kratia (=kekuasaan), sehingga demokrasi berarti: kekuasan pemerintahan berada di tangan rakyat. Pemerintah dipilih dan diberi mandat oleh rakyat. Tetapi istilah ini tidak pernah muncul dalam Alkitab, dan istilah ini bukanlah kehendak Allah yang kekal. Demokrasi diizinkan oleh Allah ada di dalam dunia sementara dalam sejarah. Allah justru menghendaki Teokrasi, yaitu kata theos (=Allah) dan kratia (= kekuasaan), yang berarti: Allah mempunyai kekuasaan yang penuh.

Memang bibit demokrasi tidak ada di dalam Hinduisme atau Buddhisme, tidak ada di dalam konsep Sintoisme, Konfusianisme, atau Taoisme, juga tidak ada dalam konsep Islam. Bibit demokrasi datang dari Kekristenan. Tetapi di dalam Kitab Suci yang menunjang konsep demokrasi berdasarkan ide bahwa raja-raja atau pemerintah-pemerintah harus menghormati rakyat dengan hak azasi manusia, ditunjang kuat oleh konsep Alkitab bahwa manusia dicipta menurut peta dan teladan Allah. Maka manusia yang hormat tidak boleh diremehkan dan dilecehkan oleh siapa pun juga termasuk penguasa atau pemerintah.

Tetapi kehendak Allah bukan demokrasi tetapi teokrasi. Sekalipun manusia dicipta dengan hormat dan mulia, tetapi manusia tetap harus menghormati dan memuliakan Tuhan Allah, karena Tuhan lebih tinggi dari manusia. Maka, “Aku akan menjadi Tuhanmu, Aku akan menjadi Rajamu.” Kerajaan Allah lebih tinggi dari kerajaan dunia. Karena itu kita harus memandang kepada Kerajaan-Nya. Itu sebabnya Tuhan Yesus mengajar kita berdoa: “Bapa kami yang ada di sorga, dipermuliakanlah nama-Mu; Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga….; Karena Engkaulah yang Empunya Kerajaan, dan Kuasa, dan Kemuliaan, sampai selama-lamanya.” Tidak ada kuasa dunia yang bisa selama-lamanya. Tidak ada kerajaan yang berdiri selama-lamanya. Hanya kerajaan Kristus dan kuasa-Nya yang selama-lamanya. Orang Kristen harus mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang kerajaan dan kuasa-Nya untuk selama-lamanya. Puji Tuhan!

Pengertian sedemikian membuat orang Kristen bisa berdiri tegak. Maka ketika orang Israel merasa bahwa mereka adalah kerajaan Allah, mereka salah. Mereka telah menggeser dari Teokrasi menuju kepada demokrasi, yang Tuhan izinkan terjadi atas permintaan mereka. Ini terjadi ketika pada mulanya Allah menjadi Tuhan dan Raja atas mereka, tetapi mereka minta kepada Samuel agar mereka juga mempunyai raja seperti bangsa-bangsa kafir. Inilah teriakan demokrasi pertama di dalam Alkitab, di mana rakyat bersama-sama berteriak dan memaksa meminta pemerintahan seperti yang mereka inginkan. Dan teriakan demokrasi pertama ini justru adalah teriakan demokrasi untuk mematikan demokrasi; karena mereka minta raja, yang justru akan mengekang, menekan, memaksa mereka bekerja dan memanipulasi mereka untuk kepentingan sang raja. Lalu Samuel datang kepada Tuhan dan mempertanyakan tentang hal ini, dan Tuhan mengizinkan itu terjadi.

Di sini Tuhan sangat menghargai demokrasi, sekalipun itu justru akan menghancurkan diri mereka sendiri. Tuhan memerintahkan Samuel untuk mengingatkan bangsa Israel tentang resiko teriakan demokrasi mereka, tetapi mereka tetap bersikukuh pada permintaan mereka. Akibatnya, teriakan demokrasi mereka justru membunuh demokrasi. Karena mereka tetap bersikukuh sekalipun Tuhan sudah membukakan apa yang akan mereka alami, maka akhirnya Tuhan membiarkan dan mengizinkan mereka mengalami dan mempunyai raja.

Di dunia kita sulit mendapatkan raja yang bersih dan sungguh-sungguh memikirkan kepentingan rakyat. Kebanyakan pemerintah dunia justru akan memanipulasi rakyat untuk kepentingannya sendiri. Orang yang mengkritik pemerintah yang ada dan ingin menjatuhkannya, seringkali tidak lebih baik dari orang yang dikritiknya. Yang mengkritik korupsi, seringkali justru ingin agar ia juga mendapat bagian. Dunia ini sulit mempunyai pengharapan. Orang Israel justru menolak pemerintahan Tuhan, dan mau memilih raja, padahal raja itu akan menarik pajak dari mereka, akan memakai mereka menjadi prajurit dan harus mati untuk raja, dan gadis-gadis cantik mereka akan diambil menjadi isteri-isterinya. Tetapi mereka tetap meminta raja. Maka Tuhan tidak lagi memerintah mereka dan membiarkan mereka diperintah oleh raja. Tuhan memberikan demokrasi dengan suatu syarat atau resiko.

Tuhan kemudian menakai Yohanes Pembaptis untuk berseru-seru di padang gurun: “Bertobatlah, Kerajaan Allah sudah dekat!” Ini menunjukkan bahwa Kerajaan Israel bukan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah yang tidak kelihatan itu apa? Apakah benar-benar bisa diwujudkan? Apakah Kerajaan Allah ini juga akan diwujudkan di Indonesia?

Ketika Kerajaan Romawi mengalahkan orang Israel dan menjajah wilayah Yehuda, maka orang Israel berbantah, memberontak dan marah. Selama 400 tahun setelah kitab Maleakhi selesai, sebelum Injil Matius dituliskan, adalah masa peperangan antara orang Israel dengan bangsa-bangsa yang mau menaklukkan mereka. Di dalam masa-antara tersebut (intertestamental-periode), ada sebuah keluarga, yaitu keluarga Makabes dari suku Yehuda, yang berjuang melawan musuh Israel yaitu Romawi. Mereka terdesak dan bertahan di Masada. Masada adalah sebuah dataran tinggi di pegunungan, sehingga sulit diserang. Orang Romawi mengepung dan menyerang mereka. Ketika akhirnya mereka berhasil meruntuhkan Masada sekitar tahun 72 SM, mereka terkejut dan sangat kecewa, karena ternyata orang Yahudi yang ada di Masada sudah bunuh diri semua. Mereka lebih rela bunuh diri daripada ditawan oleh Romawi. Itu berarti kerajaan Israel bukan Kerajaan Allah.

Lalu apa yang dimaksud dengan Kerajaan Allah oleh Yohanes Pembaptis dan Kristus? Kerajaan Allah yang didirikan di sini adalah Kerajaan Kristus. Kerajaan Allah ini kemudian juga disebur sebagai Kerajaan Kristus. Maka jika Kristus tidak bersifat ilahi, tidak mungkin Ia memiliki Kerajaan tersebut. Jadi Kerajaan Allah adalah kerajaan Kristus. Kerajaan Allah adalah kerajaan yang didirikan oleh Kristus sendiri. Oleh sebab itu, barangsiapa percaya kepada-Nya diselamatkan. Barangsiapa yang menyebut Dia Tuhan akan diselamatkan. Ia adalah Tuhan, karena Ia adalah Allah. Allah adalah Allah yang tertinggi, yang mencipta, yang memelihara dan menguasai., Ia juga adalah Allah yang menguasai dan memberikan penghakiman.

Allah ini dengan kerajaan-Nya menegakkan Kerajaan Rohani di dalam dunia ini dengan Kristus sebagai Raja di atas segala Raja. Manusia menanti hadirnya Kerajaan Allah melalui kehadiran Kristus di dunia ini. Kristuslah yang mendirikan Kerajaan Allah dan sekaligus Raja di dalam Kerajaan tersebut.

Kalau demikian, apa hubuingan antara Kerajaan Allah dengan Gereja dari Tuhan Yesus Kristus? Dan apa ciri dari Gereja dalam hubungan dengan gedung gereja yang biasa kita lihat dan ketahui? Serta bagaimana kita boleh melayani di dalam gereja?

Amin.
SUMBER :
Nama buku : Kerajaan Allah, Gereja & Pelayanan
Sub Judul : Bab I : Kerajaan Allah (2)
Penulis : Pdt. DR. Stephen Tong
Penerbit : Momentum, 2011
Halaman : 20 – 31