Kualitas dan Relasi Guru-Murid

“Jangan banyak orang di antara kamu mau menjadi guru” menunjukkan bahwa guru mengemban tugas yang serius, berat, penting, dan bermakna. Guru akan dihakimi lebih berat dari yang lain. Guru Kristen harus memiliki cara hidup yang selalu menyatakan iman dan moralnya berkaitan dengan pengharapan yang bersifat kekal. Seorang Guru Pendidikan Agama Kristen seharusnya adalah orang Kristen yang menjadi guru, yang menjadikan keunikan dan finalitas Kristus sebagai pusat dan poros dari Kekristenannya.

Di dalam pembangunan watak Kristus, pendidikan harus ditunjang oleh unsur berurutan: guru bermutu, bahan pendidikan bermutu, murid yang baik, dan fasilitas yang memadai. Faktanya, bukankah kini para ahli pendidikan membalikkan urutan dari belakang ke depan? Bagaimana mungkin sekolah menghasilkan murid berkarakter Kristus dengan 70% guru yang belum Kristen? Berbahagialah sekolah yang memiliki guru-guru dan bahan pendidikan yang bermutu, meskipun fasilitas sekolahnya kurang memadai. Tuntutan terhadap Guru Sekolah Kristen dan Guru Sekolah Minggu ialah bahwa mereka harus mempunyai jiwa Injil, pengalaman dilahirbarukan secara pribadi, dan mendapatkan hidup yang baru sebagai ciptaan baru. Hal ini berpengaruh terhadap cara mereka mendidik anak. Seorang guru harus memiliki pengetahuan kebenaran dan segala sesuatu yang diperlukan untuk menjadi bahan pendidikan yang cukup dan tepat. Dia perlu mengerti tentang cara berpikir dari tahap informatif, komparatif, analitik, sampai sinkretik.

Ujung-ujungnya, tugas dan fungsi dari pendidikan Kristen adalah penegakan karakter Kekristenan. Pembentukan karakter Kristen membutuhkan kasih yang sungguh-sungguh, keadilan yang tegas, bijaksana untuk mengatur keduanya, kebajikan dan keberanian untuk meneruskan seluruh kehidupannya. Dari sisi interaksi dengan murid, seorang guru perlu memahami dan mengasihi murid, membangkitkan niat juang murid, serta berlaku adil kepada murid. Murid bukan objek (it), melainkan suatu pribadi (thou) yang dibentuk guru. Guru yang sukses, khususnya dalam mendidik karakter orang lain, dia sendiri haruslah orang yang pernah mengalami kesulitan. Dari situlah akan terbentuk pribadi yang berdaya juang, berani menantang kesulitan, sabar dan tenang, bahkan rela berbagi hidup.

Metode Pendidikan Kristen

Seorang pemimpin yang baik paling sedikit harus memiliki kebenaran, ketulusan dan kejujuran sebagai dasar motivasi, di samping kelincahan, kebijaksanaan, keterampilan, dan fleksibilitas sebagai teknik kepemimpinan. Seorang guru harus mempelajari dan merenungkan firman sehingga dirinya terisi dengan kebenaran, sedemikian penuhnya sehingga pada saat ia mengajar firman, itu mengalir deras secara alami. Dia akan berusaha dengan Injil membawa orang kembali kepada Tuhan.

Seumur hidupnya, guru tetap menjadi murid kebenaran. Kebenaran bukan sekadar pengetahuan, tetapi merupakan suatu kekuatan yang dinamis, yang mengubah baik hidup guru maupun muridnya.

Bagaimana manusia belajar? Melalui sensasi atau indera, respons jiwa, imajinasi, analisis rasio, pembandingan, penerapan, dan peniruan. Di dalam pembelajaran, salah satu bahan pelajaran dan alat peraga yang penting adalah diri guru sendiri. Ada juga beberapa tahapan pendidikan yang penting yaitu penyampaian informasi yang jujur dan utuh; iluminasi atau pencerahan yang diberikan guru melalui cara memancing pikiran murid dan memperkaya pandangan mereka; inspirasi dengan cara merangsang murid untuk berpikir sendiri dan menemukan potensinya sendiri; improvisasi dan inquiry dengan merangsang pikiran murid. Guru yang baik bukan saja siap ditantang oleh pertanyaan muridnya, tetapi juga harus menjadi penantang pikiran muridnya dengan pertanyaan yang merangsang pikiran.

Otoritas Guru

Bisakah murid mengancam guru? Bagaimana pun wibawa guru tidak datang dengan sendirinya karena jabatan guru. Alkitab secara ketat menetapkan rantai otoritas sebagai pengaturan vertikal, ketaklukan kepada yang lebih tinggi. Kekacauan timbul ketika kekuasaan tidak lagi menurut urutan yang ditetapkan Allah. Ordo otoritas perlu diseimbangkan dengan kebijaksanaan (wisdom). Guru yang memahami dan melaksanakan ordo dalam pendidikan memiliki otoritas dan hak untuk menguasai muridnya. Guru perlu menemukan status universal yang beres, sehingga ia tahu bagaimana mengajar, menghadapi murid-muridnya dengan status yang sudah diatur sesuai urutan yang ditetapkan Allah.

Dari mana kita mendapatkan kuasa sebagai seorang guru? Intelektualitas, pengalaman, dan jabatan guru, tidak serta merta membuat murid takluk kepada guru. Prinsip yang penting, guru itu sendiri adalah murid kebenaran. Sebelum mengajarkan kebenaran, ia sendiri harus takluk di bawah kebenaran. Dengan demikian kebenaran akan memeteraikan orang yang mengajarkan kebenaran dengan setia. Roh Kebenaran sendiri akan menaklukkan hati nurani orang pilihan untuk menyetujui apa yang dikatakan guru dengan sungguh-sungguh.

Di samping otoritas, ada dua sifat ilahi yang perlu menyertai guru, sang pembawa kebenaran, yakni cinta kasih Allah juga keadilan dan ketegasan Allah. Kedua sifat ilahi ini – kasih dan keadilan – harus diseimbangkan dan diharmoniskan di dalam jiwa seorang pendidik untuk menghasilkan otoritas yang luar biasa. Guru yang sukses adalah guru yang murid-muridnya takut tapi senang, murid-murid ingin selalu dekat padanya tetapi takut, mau jauh tetapi rindu sekali. Hal ini tidak mudah. Kita berharap kita dihormati demi Tuhan, bukan demi kemauan sendiri, agar melalui rasa hormat kepada kita sebagai wakil Tuhan, mereka boleh melihat kemuliaan dan kehormatan Tuhan. Di dalam keluarga, ayah mewakili keadilan Allah, ibu mewakili cinta kasih Allah. Karenanya ayah dan ibu perlu bekerja sama dalam mendidik anak.

Apakah seorang guru sudah terlalu keras atau terlalu lembut? Ini membutuhkan kepekaan. Perhatikan hal-hal seperti: apakah kita menuntut lebih dari kemampuan murid? Tidak menghiraukan hambatan/kesulitan yang dihadapi murid? Menuntut standar yang bahkan sulit dikerjakan oleh guru sendiri? Terlalu melindungi dan melayani? Merelatifkan hal yang mutlak tidak boleh dilanggar? Menghina kesempatan toleransi? Pendidikan tidak semudah yang kita bayangkan. Perlu terus belajar sambil bergantung kepada bijaksana  Tuhan. Secara naluriah, anak memiliki semacam timbangan dalam hati mereka yang menilai apakah ayah, ibu, atau guru sanggup mendidiknya.

Guru bertugas untuk membawa orang kepada otoritas Allah melalui otoritas kita yang sudah terlebih dahulu ditundukkan di bawah otoritas Allah. Baru kemudian, melalui kebenaran, cinta kasih dan keadilan Allah, kita menaklukkan orang lain.

Guru-guru, pergilah dengan tongkat cambukan, dan dengan hati yang lembut. Pergilah dengan wibawa seorang ayah, dan kasih seorang ibu.

“Arsitek dunia selalu memakai bahan-bahan yang paling indah untuk membangun bangunan yang megah di dunia ini. Hanya Tuhan Allah yang memakai manusia-manusia yang hancur hatinya, menangisi keberdosaan untuk membangun kerajaan-Nya.” – Pdt. Dr. Stephen Tong –

Sumber : sekilas-kin-2014-02.pdf