Sosok ini mungkin bukan lagi orang terkaya di Asia. Namun dengan total kekayaan USD 34 miliar atau di kisaran Rp 453 Triliun, tak ada yang dikhawatirkan karena hartanya masih berlimpah.

Putus Sekolah

Siapa dia? Li Ka-shing adalah salah satu orang terkaya dunia. Dia menjadi investor utama di sejumlah perusahaan teknologi, antara lain Facebook. Salah satu akuisisi terbesar yang dilakukannya yakni membeli perusahaan telekomunikasi asal Inggris O2. Dia menebusnya akhir Maret dengan mahar USD 15 miliar.

Sebelum menjadi seperti sekarang, Li menapaki jalan terjal dan berliku menuju kesuksesannya. Dia terpaksa putus sekolah karena harus ikut menghidupi keluarganya. Kehidupan keluarganya morat-marit.

Setelah bermigrasi dengan terbang ke Hong Kong dari China Selatan selama Perang Dunia II, ayahnya meninggal karena tuberculosis. Di saat itulah di harus meninggalkan bangku sekolah dan menjadi buruh pabrik di usia 16 tahun.

Selama hampir empat tahun selama pendudukan Jepang di Hong Kong, dia mengirimkan 90% dari gajinya untuk ibunya. Pengalaman menjadi buruh sejak kecil benar-benar menempanya menjadi tabah sekaligus tangguh.

“Seberapa kuat dan mampu Anda, jika tidak besar hati, Anda tidak bisa sukses,” ujarnya seperti dikutip dari Business Insider, Senin (21/8/2017).

Pabrik awal kesuksesan 

Dia memperlihatkan jiwa kepemimpinan dan semangat visionernya saat membuka pabrik pertamanya pada 1950. Saat itu Li baru berusia 22 tahun. Pabrik bernama Cheung Kong Industries ini, memproduksi bunga plastik. Dia sudah mengantisipasi bahwa bahan plastik akan naik pamor dan prediksinya benar.

Pabrik ini kemudian menjadi besar. Kesuksesan Cheung Kong yang dimulai Li dengan modal awal USD 50 ribu disebutnya sebagai wujud kemauan untuk selalu mempelajari tren industri terbaru.

“Korelasi antara pengetahuan dan bisnis sebagai kunci kesuksesan sangat berkaitan,” ujarnya.

Li memang putus sekolah dan tidak pernah punya gelar dari universitas. Meski demikian dia rajin membaca. Tidak sekolah justru membuatnya haus belajar dari mana saja, dan punya kemampuan yang tidak berbeda dengan orang-orang yang bersekolah tinggi.

Misalnya saja, dia menyelesaikan buku akunting tahun pertama perusahaan Cheung Kong seorang diri, tanpa punya pengalaman sebagai akuntan. Dia hanya belajar dari buku-buku yang dibacanya.

Setelah mengolah plastik, dia mulai beralih ke bisnis properti pada 1979, dengan mengakuisisi Hutchison Whampoa. Ini menjadi awal mulanya menjadi juragan real estat. Meski publik mengenalnya sebagai raksasa developer properti, perusahaan Li mengontrol 70% trafik pelabuhan dan penggunaan listrik untuk telekomunikasi di Hong Kong.

Sosok berusia 89 tahun ini juga memiliki sebagian besar saham di Husky Energy, perusahaan asal Kanada. Dia mendistribusikan kekayaan dan kekuasaannya di berbagai industri dan bermacam wilayah geografis. Hal ini memperlihatkan bahwa dirinya tak takut untuk belajar dan mencoba arena baru.

Taktis dan strategis menjadi cirinya. Dia berupaya memastikan keamanan ekonomi, dengan mengantisipasi masa pasang dan surut. “Saya tidak terlalu optimistis ketika kondisi pasar bagus, tetapi juga tidak pesimis berlebihan ketika pasar turun,” sebutnya.

Li saat ini menjadi salah satu investor besar di Facebook dan rajin berinvestasi di sejumlah startup potensial. Dia hanya akan berinvestasi pada teknologi yang dianggapnya membuat gebrakan. Ini sesuai dengan konsistensinya dalam inovasi bisnis yang berkelanjutan.

Selain disegani karena pengetahuan dan pandangan bisnisnya yang luas, Li dikenal dengan reputasi dan loyalitasnya. Dua hal ini tak bisa dipisahkan dari kesuksesannya.

“Kapanpun saya bilang ‘Ya’ kepada seseorang, itu berarti kontrak yang harus saya penuhi,” tutupnya.

Sumber : https://inet.detik.com/cyberlife/d-3608660/buruh-pabrik-putus-sekolah-itu-kini-hartanya-rp-453-triliun