Peter Coghlan, saat itu berusia 34 tahun, terkena sindrom terkunci (locked-in syndrome) setelah dia terjatuh dan kepalanya terbentur lempengan beton ketika dia berdiri di sebuah terowongan, kecelakaan itu menyebabkan kerusakan pada batang otaknya.

Hal itu berarti, meskipun sadar, Peter tidak dapat berbicara atau bergerak menjauh. Pada titik terendahnya di rumah sakit, Peter sampai pada keputusasaan bahwa dia bisa menjadi manusia lumpuh selama sisa hidupnya.

Yang dia bisa lakukan hanya mengedipkan mata pada huruf-huruf alphabet untuk berkomunikasi kepada ibunya.

Suatu saat, Peter mengatakan hal yang membuat ibunya, Anne (63) kebingungan. Pasalnya, Peter mengatakan, “Ibu aku ingin mati. Tolong bunuh aku.”

Sekarang, Peter mengingat kembali hal itu, “Dia (ibunya) mengatakan kepadaku ‘Jika kamu masih ingin mati dalam waktu tiga bulan maka aku akan membantumu entah bagaimana, tetapi tunggu dulu, kamu baik-baik saja’.”

Mantan tentara itu lalu berjuang melalui keputusasaannya dan akhirnya menjadi korban sindrom terkunci pertama yang keluar dari bangsal rumah sakit. Peter, kini berusia 42 tahun, dikeluarkan dari Angkatan Darat ketika ia didiagnosis menderita kanker paru-paru pada ulang tahunnya yang ke-21. Setelah dua tahun dirawat, dia memulai karier baru sebagai tukang batu di Australia. Kecelakaannya pada 2011 terjadi setelah 11 tahun dia bekerja di sana.

Setelah pembicaraan singkat ibunya tersebut, Peter membuat salah satu pemulihan tercepat dari kondisi tersebut yang pernah ada. Selama enam bulan yang melelahkan, Peter bertekad membangun kekuatannya sedikit demi sedikit.

Dia berhasil membuat sentuhan jempol dan jari, kemudian terus berusaha semakin keras. Sambil berbaring telentang, dia mulai menggerakkan tangan, lengan, dan kakinya. Titik balik terpenting datang ketika dia menendang bantal dari tempat tidurnya. Perlahan, Peter belajar berjalan lagi. Dia akan menghabiskan berjam-jam berlatih bagaimana mondar-mandir di bangsal dan melakukan pull-up dari sisi tempat tidurnya.

Pemulihan Peter menjadi semakin luar biasa. 80% dari korban sindrom terkunci bertahan dengan kondisinya, mereka tetap dalam kondisi vegetatif yang persisten. Bahkan, medis sekarang ingin mempelajari faktor-faktor di balik keberhasilan Peter dalam memulihkan kondisinya.

Peter kembali ke kota asalnya Marple, Greater Manchester, pada tahun 2014, dan dilatih ulang sebagai penjaga orang cacat. Sekarang dia telah menulis buku tentang pengalamannya – berjudul In The Blink Of An Eye: Reborn.

Peter ingin membantu penderita sindrom terkunci lainnya, tetapi pada saat yang sama menceritakan bagaimana dia bersimpati dengan mereka yang ingin mengakhiri hidup mereka sendiri.

“Aku ingin para korban ini bertahan,” kata Peter. “Dengan stroke dan cedera kranial, otak dapat sembuh melalui perjuangan.”

Sumber : https://intisari.grid.id/read/031835601/dulu-katakan-ibu-aku-ingin-mati-tolong-bunuh-aku-sekarang-beginilah-kondisi-pria-ini?